BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi dan Konsep 2.1.1 Saham Pengertian saham di dalam akuntansi meliputi semua penanaman dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak ada hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. pengertian investasi ini berbeda dengan pengertian investasi di dalam manajemen keuangan atau pembelanjaan yaitu investasi berarti penanaman modal atau dana pada berbagai jenis aktiva perusahaan. Dalam menentukan perubahan harga saham terdapat dua teori yang menetukan, yaitu: 1. Teori Random Walk Istilah random walk merupakan istilah yang pertama kali muncul dalam koresponden di Nature yang membahas mengenai bagaimana strategi yang optimal untuk mencari orang mabuk yang ditinggalkan di tengah lapangan. Caranya adalah dengan mulai mencari di tempat pertama kali orang mabuk itu ditempatkan sebab orang tersebut akan berjalan dengan arah yang tidak tertebak dan acak (Mills, 1999). Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959) menyatakan bahwa 12
perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitas yang sama (Mills, 1999). Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin seorang investor dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih. Hal ini juga memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan price return saham, yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Artinya volatilitas saham tidak akan mempunyai tren yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama. 2. Teori Elliott wave The Wave Principle merupakan penelitian Ralph Nelson Elliott (1938) bahwa perilaku sosial atau masa mempunyai tren yang mengikuti pola-pola tertentu. Penelitiannya menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai suatu struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga mempunyai pola atau gelombang yang bersifat repetitif. Hal yang perlu diperhatikan adalah walaupun bersifat repetitif tetapi pola tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang yang sama. Selain itu pola yang dikemukakannya merupakan bagian dari pola yang lebih besar, yang pada akhirnya merupakan bagian dari pola yang lebih besar lagi dan seterusnya. Pola-pola tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, (Murphy, 1999), : 13
1) Gelombang satu Harga saham mula-mula bergerak naik membuat beberapa investor merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga naik. 2) Gelombang dua Pada saat itu harga saham tersebut sudah dinilai terlalu tinggi sehingga investor mulai merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham tersebut. Dampaknya adalah tekanan terhadap harga saham turun. Namun penurunan harga ini tidak sampai membuat through gelombang 2 serendah through gelombang 1 karena investor menilai saham tersebut menjadi murah lagi. 3) Gelombang tiga Gelombang ini biasanya merupakan gelombang yang paling lama dan kuat sebab didorong oleh lebih banyak investor yang bergabung atau meningkatkan posisi untuk mengambil keuntungan dari tren menanjak sehingga perdagangan menjadi ramai. Harga saham pada saat ini naik sampai melewati harga tertinggi pada gelombang 1 4) Gelombang empat Investor mulai merealisasikan keuntungannya sebab harga saham sudah terlalu tinggi. Koreksi berpola segitiga-segitiga umumnya dikenal dalam gelombang ini, dimana dalam pola koreksi ini volatilitas harga saham 14
cenderung menurun, namun gelombang ini lemah sebab masih banyak investor yang masih menginginkan saham tersebut. 5) Gelombang lima Pada gelombang ini sebagian besar investor sudah memegang saham ini dan sebagian besar merupakan investor yang irasional. Akan tetapi tidak sekuat pada gelombang 3 sebab investor yang berpartisipasi hanya sebagian kecil saja jika dibandingkan dengan gelombang 3. Investor yang mengetahui hal ini mulai mengadakan transaksi short-selling. Pada saat ini saham dapat bergerak kembali ke gelombang 1 atau mulai mengkoreksi diri 6) Gelombang ABC Pada kondisi ini saham akan mengkoreksi dengan melakukan gerakan turun, naik dan turun. Volatilitas pada periode ini biasanya berkurang dibandingkan dengan kelima gelombang sebelumnya, karena pasar sedang mengevaluasi ulang dan sedang dalam tahap istirahat 2.1.2 Return Saham Investasi merupakan menanamkan sesuatu yang nantinya memperoleh hasil (Reilly dan Brown, 2004). Investor menginginkan keuntungan dari modal yang mereka sertakan pada perusahaan yaitu berupa return saham. Pemegang saham dalam investasinya memperoleh return yang ditawarkan suatu saham dalm bentuk capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih harga saham sekarang dengan harga 15
saham periode lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan pada pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan pada pemegang saham, tetapi terdapat bagian yang ditanam kembali. Biasanya deviden yang diterima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagikan deviden kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri. ini berarti jika perusahaan mengalami kerugian tentu saja deviden tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. Deviden yang dibagikan dapat berupa deviden tunai maupun deviden saham Menurut Jogiyanto (98:109) return saham dibedakan menjadi dua yaitu, return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return) 1. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko di masa mendatang 2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan resiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula resikonya sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan resiko. 16
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengurkuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Jogiyanto (2003) menjelaskan return total dinyatakan sebagai berikut ini. : Return saham = Keterangan : PPPP ( PPPP 1) PPPP 1 Pt Pt-1 =Harga saham pada periode sekarang. =Harga saham pada periode sebelumnya. 2.1.3 Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan adalah ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini. Bentuk logaritma natural digunakan karena pada umumnya nilai aset perusahaan sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai aset sampel diubah kedalam bentuk logaritma terlebih dahulu. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No.11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih daro 100 milyar rupiah. 17
Menurut Ferry dan Jines (dalam Sujianto, 2002), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yan ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi rata-rata perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto (1995), suatu perusahaan yang besar sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hamya dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah, maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural.menurut Trisnadewi (2012 :58) ukuran perusahaan juga dapat di hitung dengan : FFiirrmmSSiizzee = log nntotal asset 18
2.1.4 Book To Market Ratio Book to market ratio merupakan factor resiko yang harus diperhatikan oleh para investor, Karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indicator bahwa perusahaan tersebut masih under value. Fama dan French (1995) mendefinisikan book to market equity sebagai book common equity for the fiscal year ending in calendar year (t-1), divide by market equity at the end December of the year (t-1). book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi Book to Market Ratio merupakan perbandingan antara nilai buku saham suatu perusahaan dengan nilai pasarnya di pasar modal. Nilai pasar adalah nilai ekuitas yang dipandang oleh investor. Rumus book to market ratio adalah: BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB = bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Atau BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB = BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBaaaa haaaaaaaaaaaahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Fabozzi (2002) menjelaskan nilai buku terdiri dari : 1. Dana perusahaan yang diperoleh dari penerbitan semua saham dikurangi dengan saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan. 19
2. Jumlah pendapatan perusahaan dikurangi dividen karena ini sudah dipisahkan Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain (Fitriatri, 2002): 1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price. 2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue. 3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan menggunakan earning-price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif. 20
2.1.5 Momentum Momentum adalah harga saham yang meningkat akan tetap meningkat dan saham yang harganya menurun akan tetap menurun. Campbell (2004) mendefenisikian momentum sebagai kecendrungan harga saham untuk terus bergerak ke arah yang sama selama beberapa bulan setelah impuls awal. Menurut Fabbozi (2004), momentum dikatakan sebagai relative strength of a stock. Relative strength of a stock di ukur dengan rasio harga saham dengan beberapa harga indeks. Harga indeks bisa dibentuk dari harga saham dalam industry tertentu atau indeks semua saham terluas. Jika kenaikan rasio jatuh, maka diduga bahwa saham dalam kecendrungan untuk menurun terhadap indeks. Dalam investopedia momentum dikatakan juga sebagai perubahan tingkat laju harga atau volume sekuritas yang merupakan kelanjutan dari tren. Investor akan membeli saham ketika harga terus naik dan menjual sahamnya ketika pergerakan naiknya telah melemah dan berbalik arah. Indicator yang digunakan yaitu nilai penutupan hari ini terhadap nilai penutupan sebelumnya, jika indicator tersebut bernilai positif, berarti telah terjadi kenaikan. Perilaku ini disebut juga sebagai market timing investment strategy. Sedangkan Jaggadesh dan Titman (1953) mendefenisikan efek momentum sebagai efek dari saham winner atau (losser) dimasa lalu yang terus menunjukkan kinerja yang baik (buruk). 21
momentum menurut Darusman (2012:31) dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini: Momentum = CP CN Keterangan : CP = Close price pada periode saat ini. CN = Close price pada periode sebelumnya yang di tentukan. 22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 No Peneliti Judul Hasil Penelitian 1 Dery Analisis Pengaruh Firms Portofolio saham size,book to MarketRatio,Price dengan Book To Darusman Earning Ratio dan Momentum Market Ratio yang terhadap Return Portofolio tinggi menghasilkan (2012) Saham. return yang lebih tinggi dari portofolio saham dengan Book To Market Ratio rendah. Portofolio saham pemenang akan tetap meningkat return sahamnya dan portofolio saham pecundang akan tetap menurun return sahamnya. Portofolio saham dengan Firm Size kecil menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan portofolio saham dengan Firm Size besar. 2 Ding du Momentum dan Pembalikannya Momentum dalam (2009) pada Return Portofolio Industri. jangka panjang dapat dijabarkan dengan autocorreclations sedangkan dalam jangka pendek lebih dapat dijabarkan dengan serial correclations.moment 23
3 Fitriati (2010) 4 Suhardiyah (2002) Analisis Hubungan Distress Risk,Firm Size dan Book to Market Ratio dengan Return Saham. Pengaruh Price Earning Ratio dan Risiko Terhadap Return Saham um tidak selalu menunjukan pembalikan jangka panjang. dalam Hubungan negatif antara distress riskdengan return saham. Hubungan negatif antara firm size dengan return saham. Hubungan positif antara book to market ratio dengan return saham. Price earning ratio secara individual tidak berpengaruh terhadap return saham. Risiko yang diukur dari variable beta berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh per dan risiko secara bersamasama sangat kecil terhadap return saham. 24
Dapat ditarik kesimpulan bahwa diantara ke empat penelitian terdahulu, terdapat perbedaan yang signifikan, urain dibawah ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai perbedaan yang akan di amati oleh peneliti : 1. Perbedaan penelitian yang dilakukan Dery Darusman (2012) dengan peneliti adalah Variabel-variabel yang diteliti adalah Firm Size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Penelitian ini bertujuan mempelajari variabel fundamental yang dapat dijadikan alat prediksi singkat pengembalian investasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif terhadap laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 selama periode 2009-2011. Total sampel penelitian adalah 27 perusahaan yang secara konsisten terdaftar dalam 7 (tujuh) periode pengamatan dalam indeks LQ 45 dan 27 perusahaan yang ditentukan melalui metode purposive sampling. Metode pengujian hipotesis menggunakan uji beda t-test dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan Firm Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Book to Market Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Price Earning Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham perusahaan. 2. Perbedaan penelitian yang dilakukan Ding Du (2009) dengan peneliti yaitu, meneliti momentum dan pembalikannya pada return portofolio Industri. Variabel yang digunakan adalah momentum. momentum tersebut dihitung 25
melalui pendapatan mingguan saham. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh momentum pada saham di setiap sektor industri dalam jangka pendek dan jangka panjang. Momentum dalam jangka pendek dilihat selama 1 minggu. Sedangkan momentum jangka panjang dihitung selama 26 minggu atau 6 bulan. Sampel yang digunakan sebanyak 30 saham dari tahun 1963-2006. Hasil penelitian menunjukan momentum dalam jangka panjang dapat dijabarkan dengan autocorrelations sedangkan dalam jangka pendek lebih dapat dijabarkan dengan serial correlations. Momentum tidak selalu menunjukan pembalikan dalam jangka panjang. 3. Perbedaan penelitian yang dilakukan Fitriati (2010) dengan peneliti yaitu, dalam penelitiannya tentang analisis hubungan distress risk, firm size, dan book to market ratio dengan return saham. Variabel yang digunakan distress risk, firm size dan book to market ratio. Metode yang digunakan adalah korelasi sederhana dengan mengambil sampel 20 saham perushaan manufaktur yang listed di BEI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel tersebut terhadap return saham. Hasil penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara distress risk dengan return saham. Hubungan negatif antara firm size dengan return saham. Hubungan positif antara book to market ratio dengan return saham. 4. Perbedaan penelitian yang dilakukan Suhardiyah (2002) dengan peneliti yaitu, meneliti tentang pengaruh price earning ratio dan risiko terhadap return saham. Variabel yang diteliti adalah price earning ratio, dan risiko. Penelitian 26
ini menggunakan analisis regresi tunggal dan berganda (multiple Regression Analysis). Sampel penelitian diambil secara purposive sampling sebanyak 134 perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini menemukan price earning ratio secara individual tidak berpengaruh terhadap return saham. Risiko yang diukur dari variabel beta berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh PER dan risiko secara bersama-sama sangat kecil terhadap return saham 27
2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan antara ukuran perusahaan, book to market ratio, momentum dan return saham, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut : Ukuran Perusahaan ( X1) Book To-Market Ratio Return Saham ( Y ) Momentum (X3 ) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 28
2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Return saham. H2 : Book To Market Ratio berpengaruh terhadap Return saham. H3 : Momentumberpengaruh terhadap Return saham. H4 : Ukuran perusahaan,book to market ratio dan momentum berpengaruh terhadap returnsaham. 29