PERANANDANKEDUDUKANPEMERINTAHPUSAT DANDAERAHDALAMPENGEMBANGAN WILAYAHPERBATASANLAUT 1 Oleh : Dodi Riyadmadji 1 I. PENDAHULUAN Indonesiaadalah negarakepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi 1,9 juta mil persegi. Indonesia terbentang an tara 6 derajat garis lin tang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 9 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi geografls ini menyebabkan Indonesia berbatasan dengan banyak negara yang tentunya mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi dalam negeri. Kondisi geografis Indonesia seperti ini tentunya menempatkan daerah perbatasan menjadi wilayah atau daerah yang sangat strategis karena daerah-daerah tersebut berbatasan langsung dengan negara lain sehingga menjadi daerah yang mendapat akibat atau dampak langsung dari pengaruh budaya, sosial, politik, atau ekonomi yang ada di perbatasan an tar negara. Dalam posisi ini daerah perbatasan dituntut untuk dapat memerankan fungsi outlet terdepan Indonesia. Dalam kenyataan di lapangari, posisi strategis daerah perbatasan, temyata belum sepenuhnya berkorelasi positif dengan pembangunan daerah perbatasan sebagai daerah terluar Indonesia yang berhubungan langsung dengan negara lain. Berbagai permasalahan berkaitan dengan daerah perbatasan, an tara lain: 1 Kertas Kerja Pada Acara Seminar Hukum Tentang Masalah Hukum Batas Laut Indonesia yang diselenggaralcan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), 8-9 Juni 2005 2 Kepala Sub Direktorat Urusan Pemerintahan Lingkup II, Direktorat Urusan Pemerintahan Daerah, Ditjen Otda, Departemen Dalam Negeri 193
\ a. Ban yak ditemui kebijakan yang tidak ~aling mendukung danlatau kurang sinkron dalam penanganan kawasan perbatasan. b. Kabumya garis perbatasan wilayah negara akibat rusaknya patokpatok di perbatasan menjadi ancaman bagi Negara, yakni kehilangan wilayah kedaulatan. c. Pengelolaan sumber day a alam bel urn terkoordinir an tar pehiku sehingga memungkinkan eksploitasi sumber day a alam yang kurang baik untuk pengembangan daerah dan masyarakat. d. Kemiskinan akibat keterisolasian kawasan perbatasan. e. Terjadi kesenjangan sarana dan prasarana wilayah antar kedua wilayah negara menyebabkan penduduk wilayah perbatasan lebih mudah menjangkau pelayanan yang diberikan negara tetangga dibanding dari Ibukota Kecamatan ataupun Kabupaten. f Sering terjadinya pelanggaran oleh pihak bangsa lain dalam pengelolaan dan eksploitasi sumber daya alam di wilayah perbatasan. Berbagai permasalahan yang ada di daerah perbatasan tersebut tentunya harus dicarikan solusinya dengan segera sebelum menimbulkan dampak lanjutan yang lebih rumit lagi. Kita dapat menjadikan lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai peringatan untuk meningkatkan upaya pembangunan dan pertahanan di daerah perbatasan. Kertas kerja ini menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan di daerah perbatasan dari aspek penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam bidang pembangunan daerah dan penciptaan sistem pertahanan di daerah perbatasan. Berdasarkan perspektif pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, subjek yang memiliki peran penting dalam upaya ini tentunya bukan hanyapemerintah Pusat tetapi juga Pemerintahan Daerah sebagai sub sistem dari penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu kertas kerja ini akan menempatkan peran Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dalam posisi yang sama yakni sebagai subjek yang bekerja secara sinergis dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di daerah perbatasan. II. PERAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMBANGUNKAWASANPERBATASAN Indonesia memiliki kedaulatan penuh untuk mengelola berbagai potensi yang dimilikinya berdasarkan United Nations Convention on 194
the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982) yang merupakan dasar hukum bagi negara-negara pantai mrtuk menentukan batasan lautan sampai zona ekonomi eksklusif(zee) dan landas kontinen. Dengan dasar inilah suatu negara memiliki kedaulatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada di zona terse but, terutama perikanan, gas bumi, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya. Di dalam UNCLOS juga ditegaskan bahwa Negara pantai memiliki kedaulatan penuh atas laut wilayahnya dan sumber-sumber kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, baik untuk keperluan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumber keka'iyaan alam, baik hayati maupun non-hayati, dari perairan di atas dasar latiidan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona eksklusif, seperti produk energi dari air, arus dan angin (pasal56, UNCLOS 1982). Dalam pelaksanaan lebih lanjut negara dapat mengambil tindakan-tindakan yang diangap perlu seperti pemeriksaan, penangkapan kapal-kapal maupun melakukan proses peradilan terhadap kapal-kapal yang melanggar ketentuan-ketentuan yang dibuat negara (pasal 73, UNCLOS 1982). Dengan wilayah negara yang seluas Eropa Barat, tentunya pengelolaan sumber daya di wilayah laut yang dimiliki oleh Indonesia sebagaitidakakanoptimalapabilahanyaditanganiolehpemerintahpusat. OlehkarenaitulahdidalamUUNo.32Tahun2004tentangPemerintahan Daerah terdapat pengaturan yang memberi peluang kepada Daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut Pengaturan seperti ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa pemerintahan daerah adalah subsistem pemerintahan negara, sehingga dapat diserahi sebagian urusan pemerintahan untuk ikut melaksanakan pencapaian tujuan negara. Diharapkan dengan adanyaketentuan tersebut maka pengelolaansumber daya di laut akan semakin optimal sehingga akan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyatakat. Memperhatikan akan berbagai permasalahan terse but maka strategi dan kebijakan pembangunan/pengembangan.kawasan perbatasan yang harus ditempuh oleh Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah adalah meliputi dikemukakanhal.:.hal sebagai berikut: 1. Memperbaiki kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat agar mampu meningkatkan tarafhidup dan kesejahteraan masyarakat; 195
2. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas pengelolaan potensi wilayah; 3. Memantapkan keamanan dalam rangka pembinaan serta peningkatan ketahanan wilayah menuju terciptanya ketahanan nasional. Strategi tersebut kemudian dijabarkan melalui seperangkat kebijakan yang ideal sebagai berikut: 1. Pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan sebagai "halaman depan" negara; 2. Pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan menganut prinsip-prinsip keserasian antara keamanan dan kesejahteraan masyarakat; 3. Mengembangkan Pusat perlindungan dan konservasi; 4. Kebijakan pembangunan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di sepanjang kawasan perbatasan secara selektifyang didukung oleh pusat niaga terpadu serta pusat industri dan perdagangan; 5. Pengembangan ekonomi sub regional. Dengan demikian fokus dari kebijakan ini adalah bagaimana mengelola sumberdaya di daerah perbatasan secara efektif dan efisien serta sinergis sehingga sumberdaya tersebut dapat dieksplorasi secara optimal untuk menunjang perekonomian daerah perbatasan secara mikro yang diharapkan akan menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi nasional secara makro. III. PERAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBANGUN SISTEM PERTAHANAN DI DAERAHPERBATASAN Data empiris membuktikan bahwa seringkali terjadi kejahatan di wilayah I aut perbatasan an tar negara berupa illegal fishing, pencurian pasir laut, pencurian harta karun, penyelundupan telah secara nyata merugikan perekonomian negara, atau bahkan terkait dengan pelanggaran wilayah kedaulatan sebagaimana terjadi dalam kasus ambalat. Secara normatif, memang UU Nomor 32Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah secara tegas menggariskan bahwa salah satu kewenangan 196
pemerintahan yang tidak diserahkan menjadi kewenangan daerah adalah kewenangan di bidang pertahanan. Tetapi, sama halnya dalam upaya pembangunan di daerah perbatasan, dengan luasnya wilayah Indonesia upaya membangun sistem pertahanan di daerah perbatasanjuga tidak akan optimal apabila tidak melibatkan daerah. Perlu peran serta daerah dalam melaksanakan fungsi deteksi dini, khususnya bagi daerah yang rawan ancaman berupainfiltrasi, pelanggaran wilayah, eksploitasi kekayaan alam (laut) secara ilegal, sampai dengan ancaman kedaulatan rakyat. Sebagai gambaran dalam menjaga wilayah laut Indonesia, Angkatan Laut kita hanya memiliki kapal perang sebanyak 117, yang 77 diantaranya telah berusia 21-60 tahun. Dengan kondisi yang seperti itu kira-kira 1 kapal perang harus mengawal perairan seluas 72.000 km 2 (bandingkan dengan Thailand setiap kapalnya hanya mengawal3.800 km 2 ). Selain dari pada itu persoalan pertahanan sesungguhnya adalah suatu persoalan yang harus dilihat lebih dari sekedar persoalan kewenangan. Persoalan itu harus dilihat sebagai persoalan tugas dan tanggungjawab segenap komponen bangsa dan unsur penyelenggara negara dalam kerangka upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Hal ini sesuai dengan Hakekat Pertahanan Negara yang dirumuskan sebagai "segala upaya pertahanan negara yang bersifat semesta, yang melibatkan seluruh warga negara, pemanfaatan seluruh sumber day a nasional dan seluruh wilayah negaradalam usaha pertahanan dengan wujud perlawanan rakyat semesta, yang disusun, disiapkan secara dini dan digerakkan secara terpadu dan terpimpin guna melindungi dan mempertahankan kedaulatan negara, integritas wilayah nusantaradan nilainilai Pancasila dan UUD 1945". Oleh karena itulah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 terdapat pengaturan yang memberikan koridor bagi daerah untuk berperan serta dalam melaksanakan pengamanan wilayah laut, khususnya yang berada di daerahperbatasan. Dalampasal18 ayat(3) UUNo. 32 Tahun 2004 dinyatakan "... kewenangan daerah untuk mengelola sumber day a di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :... a... dst d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; e. ilrut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan f ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara. 197
198 Dengan format kebijakan seperti ini pada dasamya daerah telah menjalankan fimgsi Pertahanan Negara dalam rangka mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan, dimana ancaman terhadap sebagian wilayah Indonesia adalah merupakan ancaman terhadap seluruh wilayah Indonesia dan menjadi tanggungjawab segenap bangsa Indonesia Yang kemudian hams dilaksanakan adalah bagaimana agar sistem pertahanan keamanan laut dapat terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik. Beberapa komponen yang bertugas dalam upaya pengamanan wilayah lautdiusahakan mampumenjalankan fimgsinyadengan optimal. Komponen-komponen yang terlibat sekurang-kurangnya terdapat: a. Pusdal DKP yang menggunakan teknologi vessel monitoring system untuk deteksi dini; b. 1NI AU dengan teknologi side looking airborne moduler mobile radar untuk pengenalan dan identifikasi atau recognition and identification; c. 1NI AL dengan pesawat Nomad dan kapal patroli cepat; d. Polri dengan Polairud; e. Di~en Perhubungan Laut dengan Kesatuan Pengawall.aut dan Pantai; f Instansi Bea Cukai, Imigrasi, Kejaksaan dan Pemda. Dengan banyak komponen, baik dari Pemerintah Pusat maupun daerah, yang terlibat inaka dalam pelaksanaan tugas hams benar-benar terkoordinasi antara pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), sehingga perwujudan pertahanan wilayah yang tangguh di setiap wilayah dapat terwujud, yangpada gilirannya dapat menopang terwujudnya pertahanan negara yang tangguh pula Bersamasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerahjuga dapatmengemban tugas dan tanggungjawab pembinaan dan pendayagunaan potensi nasional untuk mendukung pertahanan negara yang meliputi segala kegiatan pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan segenap sumber daya (potensi) nasional secara bertahap dan berlanjut sehingga terwujud komponen kekuatan Pertahanan Negara (utama, cadangan, dan pendukung) yang siap dihadapkan pada segala bentuk ancaman.
IV. PENUTUP Tentunya telah ki ta sadari bahwa untuk mengoperasionalisasikan strategi dan kebijakan sebagaimana tersebut tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan betapa besar sumber daya dan dana yang diperlukan untuk itu. Oleh karenanya perlu adanya komitmen yang kuat dari berbagai pihak yang memiliki perhatian besar terhadap berbagai upaya menata ulang sekaligus memperkuat tindakan penanganan terhadap wilayah perbatasan. 199