BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resti Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk dapat membentuk karakter manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam juga memiliki peran penting dalam dunia pendidikan karena merupakan salah satu pelajaran yang erat kaitannya dengan pembentukan sikap afektif yang bisa dimunculkan baik dalam proses pembelajaran maupun bidang kajian ilmunya. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun modern.hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan dalam UU No 20 tahun 2003, pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan formal disekolah, dituangkan dalam bentuk pembelajaran yang diatur oleh kurikulum pendidikan, diantara banyaknya pembelajaran yang diajarkan disekolah salah satunya adalah pembelajaran IPA. Dengan demikian materi pembelajaran IPA bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang biologi, fisika, atau kimia tetapi materi itu pun harus berbasis pada fakta atau 1

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika serta dapat membentuk kepribadian peserta didik agar memiliki sikap yang baik. Pembelajaran pada hakikatnya sangat terkait dengan bagaimana membangun interaksi yang baik antara dua komponen yaitu guru dan peserta didik.dalam interaksi di kelas, guru menjadi pusatperhatian dari para peserta didik.mulai dari penampilan, kemampuan mengajar, sikap, kedisiplinan mengajar serta hal-hal kecil yang terkadang lepas dari perhatian guru. Interaksi yang baik dapat digambarkan dengan suatu keadaan dimana guru dapat membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam materi pembelajaran sebagai kebutuhan mereka. Oleh karena itu, setiap pembelajaran terutama pembelajaran IPA hendaknya berupaya menjabarkannilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dan mengkorelasikannya dengan kenyataan yang ada di sekitar peserta didik. Pembelajaran yang baik adalah permbelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung, sehingga pengetahuan diperoleh atas dasar kemauan dari peserta didik sendiri. Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/ strategi secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu 2

pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Model pembelajaran yang termasuk ke dalam Pembelajaran aktif adalah model Problem Based Learning dan Project Based Learning. Arends (Warsono dan Hariyanto, 2013: 147) menjelaskan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah model pembelajaran berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, peserta didik belajar bagaimana mengkontruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkontruksi argumentasi, mengenal pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Model pembelajaran Problem Based Learning menurut Arends (Warsono & Hariyanto, 2013: 151), memiliki lima langkah pembelajaran yaitu: 1) melakukan orientasi masalah kepada peserta didik, 2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, 3) mendukung kelompok investigasi, 4) mengembangkan, menyajikan produk dan memamerkannya, 5) menganalisis serta mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Prinsip yang dikembangkan pada model pembelajaran ini adalah peranan pendidik sebagai pembimbing dan negosiator. Miftahul Huda (2015: 270-271) mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) fokusnya adalah pada pembelajaran 3

peserta ddik dan bukan pada pengajaran guru, dimana peserta didik diharapkan mampu memiliki kompetensi meneliti, mengemukakan pendapat, menerapkan pengetahuan sebelumnya, memunculkan ide-ide, dan membuat keputusan-keputusan. Proses yang dijalankan oleh peserta didik jauh lebih dipentingkan dari pada sekedar hasil belajar. Apabila proses belajar terlaksana dengan maksimal, maka hasil belajar yang diperoleh akan optimal (Rusmono, 2014: 82). Problem Based Learning (PBL) akan membantu peserta didik menemukan cara terbaik untuk menyampaikan konsep yang diajarkan sehingga peserta didik dapat mengingat dan memahami konsep tersebut lebih lama (Trianto Ibnu, 2015 : 62). Adanya pemahaman konsep yang baik akan berdampak positif dalam pembelajaran karena peserta didik dapat melakukan eksplorasi pengetahuan dimana saja. Model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran.peserta didik bersama dengan kelompoknya merancang, melakukan pemecahan masalah, melaksanakan pengambilan keputusan dan kegiatan penyelidikan sendiri (Warsono & Hariyanto, 2013 : 153). Trianto Ibnu (2015 : 52-53) mengemukakan Project Based Learning (PJBL) dibelajarkan pada peserta didik diawali dengan pertanyaan esensial, mengambil topik yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari sehingga memancing pengetahuan, tanggapan, kritik, dan ide dari peserta didik mengenai proyek yang akan dilakukan. Peserta didik belajar untuk membuat 4

jadwal dan rencana pengerjaan proyek, memilih aktivitas, serta alat dan bahan yang akan digunakan dalam penyelesaian proyek. Monitoring dilakukan guru dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam setiap proses dan memantau perkembangan proyek yang dilakukan oleh peserta didik. Hasil dari proyek yang telah dilakukan akan dipresentasikan dan dievaluasi bersama dengan guru dan peserta didik yang lain. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) menunjukkan bahwa pembelajaran di SMP Negeri 5 Sleman masih tergolong rendah. Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) IPA Kelas VII tahun pelajaran 2015/2016 memperoleh nilai rata-rata sebesar 50,35. Nilai ketuntasan minimal sekolah untuk mata pelajaran IPA adalah 75. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa nilai Ulangan Tengah Semester IPA kelas VII di SMP N 5 Sleman masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai ketuntasan minimal. Nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester IPA kelas VII di SMP Negeri 5 Sleman yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah kegiatan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru (teacher centered). Pembelajaran yang belum berpusat pada peserta didik (student centered) mengakibatkan peserta didik kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan belum merasakan manfaat secara langsung dari pembelajaran tersebut. Hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran IPA menyebutkan bahwa pembelajaran di dalam laboratorium atau praktikum 5

belum masif dilaksanakan karena keterbatasan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum sehingga keterampilan proses sains peserta didik belum terasah dengan baik. Selain itu, latihan soal yang dikerjakan oleh peserta didik kurang dekat dengan permasalahan yang peserta didik alami dalam kehidupan seharihari, oleh karena itu peserta didik kebanyakan hanya menghafal dan tidak paham konsep materinya. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) menunjukkan bahwa pembelajaran di SMP Negeri 5 Sleman belum terbiasa menggunakan model Problem Based Learning dan Project Based Learning. Metode diskusi dan ceramah lebih sering digunakan dalam penyampaian materi. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan latihan soal dari buku dan LKS. Peserta didik masih kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains peserta didik di SMP Negeri 5 Sleman. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti melakukan peneltian tentang perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains peserta didik kelas VII di SMP Negeri 5 Sleman. Model pembelajaran Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Project Based Learning dapat dilaksanakan jika materi yang dipilih sesuai. Tema Penjernihan Air dengan pokok materi perubahan fisika, perubahan kimia serta pemisahan campuran ini dapat dibelajarkan dengan 6

model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning. Hal tersebut dikarenakan pada kedua model tersebut pembelajaran yang dilakukan mempunyai karakteristik procedural knowledge. Harapannya peserta didik bisa mengkontruksi pengetahuannya sendiri dari apa yang telah dilakukannya secara nyata. Sehingga diharapkan peserta didik akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam hal pemahaman konsep dan keterampilan proses sains. Permasalahan yang disajikan dalam proses pembelajaran dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga, antusiasme untuk mengikuti pembelajarannya harapannya lebih meningkat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis menyampaikan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 75, namun nilai rata-rata yang diperoleh adalah 50,35 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik masih tergolong rendah. 2. Peserta didik pasif dalam pembelajaran IPA, padahal untuk pembelajaran IPA tidak cukup hanya diam mendengarkan namun juga menekankan pada keterampilan proses sains peserta didik yang dapat muncul melalui kegiatan praktikum. 7

3. Pembelajaran IPA lebih banyak memaparkan pengetahuan dan hukumhukum kemudian dihapalkan, padahal pembelajaran tidak cukup hanya menghapalkan namun juga mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 4. Model Problem Based Learning(PBL) dan Project Based Learning(PJBL) adalah salah dua dari pembelajaran aktif (active learning) yang dapat diterapkan untuk pembelajaran IPA, namun belum pernah digunakan dalam pembelajaran di SMP Negeri 5 Sleman. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada identifikasi masalah nomor 1 dan 2 tentang pemahaman konsep dan keterampilan proses sains. Pembatasan masalah ini dilakukan agar penelitian ini fokus dan terarah. Fokus penelitian adalah pada perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains peserta didik yang diberi perlakuan model Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJBL) pada tema Penjernihan air D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah perbedaanpemahaman konsep peserta didikyang diberi perlakuan modelproblem Based Learning (PBL)danProject Based Learning (PJBL)? 8

2. Adakah perbedaan keterampilan proses sains peserta didikyang diberi perlakuan model Problem Based Learning (PBL)dan Project Based Learning (PJBL)? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah : 1) untuk mengetahui adanya perbedaan pemahaman konsep peserta didik yang diberi perlakuan modelproblem Based Learning (PBL)dan Project Based Learning(PJBL) pada tema Penjernihan Air. 2) untuk mengetahui adanya perbedaan keterampilan proses sains peserta didik yang diberi perlakuan model Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning(PJBL) pada tema Penjernihan Air. F. Maanfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, berupa teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan model Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJBL)pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains peserta didik. 9

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut didalam mengembangkan model Problem Based Learning(PBL) dan model Project Based Learning(PJBL)pada aspek pemahaman konsep dan keterampilan proses sains peserta didik yang lainnya. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru dan peneliti. a. Bagi peserta didik 1) Meningkatkan pemahaman konsep peserta didik terhadap pelajaran IPA agar dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan IPA dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menerapkan keterampilan proses sains peserta didik agar terbiasa teratur dalam melakukan suatu pekerjaan, khususnya dalam pembelajaran IPA. 3) Membiasakan peserta didik menggunakan cara belajar aktif dan kreatif dalam pembelajaran IPA. b. Bagi guru 1) Model Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJBL) dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. 2) Mengembangkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. 10

c. Bagi sekolah 1) Sebagai rujukan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan proses sians peserta didik. 2) Untuk meningkatkan kemampuan peserta didik SMP dalam mempelajari IPA. d. Bagi peneliti 1) Untuk menambah pengalaman dalam melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran berbasis proyek. 2) Untuk meningkatkan kualitas dalam praktik mengajar. 3) Berinovasi untuk menemukan cara untuk pembelajaran yang bia diterapkan dalam praktik mengajar dikelas. 11