BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III LANDASAN TEORI. pada beton. Perkembangan teknologi pada fly ash telah mencapai inovasi baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III LANDASAN TEORI. selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Karakteristik beton

BAB III LANDASAN TEORI. kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

BAB III LANDASAN TEORI

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan campuran antara semen portland, agregat, air, dan

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. semen sebagai bahan ikatnya, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II STUDI PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

VARIASI PEMAKAIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c 35

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Balok Beton Bertulang Naibaho (2008) pada dasarnya beton bertulang merupakan gabungan logis dari dua jenis bahan/material yaitu beton polos dan tulangan baja.beton polos merupakan bahan yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik yang rendah. Sedangkan tulangan baja akan memberikan kekuatan tarik yang yang besar sehingga tulangan baja akan memeberikan kekuatan tarik yang diperlukan. Dengan adanya kelebihan masing-masing elemen tersebut, maka konfugurasi antara beton dan tulangan baja diharapkan dapat saling bekerjasama dalam menhan gaya-gaya yang bekerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan ditahan oleh beton, dan tarik ditahan oleh tulangan baja. Baja dan beton dapat bekerjasama atas dasar beberapa hal : 1. Lekatan (bond) yang merupakan interaksi antara tulangan baja dengan beton disekelilingnya, yang akan mencegah slip dari baja relatif terhadap beton. 2. Campuran beton yang memadai yang akan memberikan sikap anti resap yang cukup dari beton untuk mencegah karat baja. Adapun jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok beton bertulang adalah sebagai berikut : 1. Keruntuhan tarik ( under renforced ), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio tulangan kecil (jumlah tulangan sedikit), sehingga pada 8

9 2. saat beban yang bekerja maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya sedangkan beton belum hancur (beton belum mencapai regangan maksimum = 0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan ini bersifat ductile. 3. Keruntuhan tekan ( over reinforced ), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok denga resiko tulangan besar (jumlah tulangan banyak), sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum, baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan beton sudah hancur (beton sudah mencapai regangan maksimum = 0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan seperti ini bersifat getas. 4. Keruntuhan seimbang ( balance ), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio tulangan yang seimbang sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum, baja tulangan dan beton hancur secara bersamaan. Tulangan sudah mencapai regangan lelehnya dan beton sudah mencapai regangan maksimum = =0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan seperti ini bersifat getas. Gambar 3.1 Distribusi regangan ultimit

10 Keterangan gambar 3.1. Gb (a) Penampang balok tulangan tunggal Gb (b) Distribusi regangan ultimate pada keruntuhan under reinforced Gb (c) Distribusi egangan ultimate padakeruntuhan over reinforced Gb (d) Distribusi regangan ultimate pada keruntuhan balance (sumber : Pratikto, 2009) Distribusi tegangan tekan pada balok beton yang telah mencapai kekuatan nominal adalah sebagai berikut : Gambar 3.2 Distribusi tegangan tekan pada balok beton bertulang Keterangan gambar : b h : lebar balok : tinggi balok ε : regangan ultime beton sebesar 0.003 ε d : regangan tarik baja tulangan : tinggi efektif balok : d = h - (selimut beton+diameter sengkang + diameter tul. Utama)...(3-1) = -...(3-2)

11 Supaya kesetimbangan gaya horizontal terpenuhi, gaya tekan Cc pada beton dan gaya tarik Ts pada tulangan harus saling berimbang, dan dapat dilihat pada persamaan dibawah ini. = 0,85. α.b...(3-3) =...(3-4) Sehingga : 0,85. α.b =...(3-5) : luas tulangan tarik = ρ b d...(3-6) : rasio tulangan c : jarak dari serat tekan terluar ke sumbu netral α : β1.c. dimana nilai β1 diambil sebai berikut : koef whitney (i) Untuk f c 28 MPa β1 = 0.85 (ii) Untuk f c > 28 MPa β1 = 0.85 0,05 0,65 (SNI 03-2847-2013) Dari kesetimbangan momen terhadap garis kerja = ( )...(3-7) Karena Cc = Ts, maka persamaan momen dapat ditulis sebagai berikut ini : =...(3-8) = 0,85 ( )...(3-9) =...(3-10)

12 Menentukan beban maksimum (P) dengan persamaan yaitu : = P x L...(3-11) P= 6 M u L...(3-12) Dimana : P : beban L : panjang balok 3.2 Kuat Lentur Balok Beton Kuat lentur balok beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji yang diberikan kepadanya, sampai benda uji patah (SNI 03-4431-2011). Agar struktur dapat mengembangkan tahanan momennya sebelum terjadinya kegagalan diperlukan syarat kekompakan penampang, hal ini agar kegagalan karena tekuk lokal tidak terjadi. Syarat tersebut menurut SNI 03-1729- 2002 serta perhitungan kuat lentur dapat dilihat pada persamaan berikut ini.

13 Gambar 3.3 Beban dan Momen pada Balok Beban P yang diberikan pada balok akan mengakibatkan terjadinya defleksi δ, dan rotasi pada badan θ. Hubungan nilai P dan δ ini kemudian dijadikan menjadi hubungan M dengan δ. Melalui gambar 3.3. hubungan P dan M dinyatakan dengan persamaan di bawah ini. =...(3.13) Keterangan : P = gaya / beban yang diterima (kn) L = panjang bentang balok (m) M = momen lentur (knm) 3.3 Perancangan Keruntuhan Lentur Perancangan untuk keruntuhan lentur balok beton bertulang adalah sebagai berikut : dapat dihitung dari persamaan berikut : =...(3.14) =...(3.15) (SNI 2847 2013 Pasal 11.1.1) Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vn adalah kuat geser nominal yang dapat dihitung dari persamaan berikut : = +...(3.16) (SNI 2847 2013 Pasal 11.1.1) Gaya geser tahanan nominal Vc dihitung seperti persamaan berikut : =...(3.17)

14 (SNI 2847 2013 Pasal 11.2.1.1) Untuk perhitungan tulangan geser seperti pada persamaan berikut : =...(3.18) (SNI 2847 2013 Pasal 11.4.7.2) Dan jarak antar tulangan dapat dihitung pada persamaan berikut : =...(3.19) Dan jarak sengakang dapat dihitung : =...(3-20) Keterangan : Vn Vs (kn) Vc fc bw Av Fy d s = kuat geser nominal = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton (kn) = kuat tekan beton (MPa) = lebar penampang balok (mm) = luas tulangan geser dalam daerah sejarak s (mm2) = tegangan leleh baja (MPa) = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tarik (mm) = jarak antar sengkang (mm) 3.4 Material Penyusun Beton Bahan penyusun beton dengan campuran serat ini tidak berbeda dengan bahan beton pada umumnya, yaitu meliputi air, sement portland, agregat kasar dan agregat halus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air semen, gradasi agregat, ukuran maksimum agregat, cara pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan

15 perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996). Berikut karakteristik dari setiap bahan yang digunakan. 3.4.1 Semen Portland Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (SNI-15-2049-2004 ). Beberapa jenis dan penggunaan sement porland adalah sebagai berikut : 1. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. 2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. 3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. 4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah. 5. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat (SNI-15-2049-2004 ). Semen portland mengandung bahan-bahan unsur kimia sebagaimana tercantum pada tabel 3.1 dibawah ini.

16 3.4.2 Agregat Tabel 3.1 Komposisi Senyawa Pembentuk Semen Portland Oksida Notasi Nama Senyawa Berat (%) CaO C Kapur 64.67 SiO2 S Silika 21.03 Al2O3 A Alumina 6.16 Fe2O3 F Oksida Besi 2.58 MgO M Magnesia 2.62 K2O3 K Alkali 0.61 Na2O N Alkali 1.34 SO3 S Sulfur Trioksida 2.03 CO2 C Karbon Dioksida - H20 H Air - Sumber : Nanag M.F, dan Denny, D.P, 2006 Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagi bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat terpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau betonnya., sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton (Tjokrodimuljo, 1992 ). Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah dengan didasarkan pada ukuran butir-butirnya. Dalam bidang teknologi beton nilai batas tersebut umumnya adalah 4,75 mm atau 4,8 mm. Agregat yang butirbutirnya lebih besar dari 4,8 mm disebut agregat kasar, dan agregat yang butir-

17 butirnya lebih kecil dari 4,8 mm disebut agregat halus. Secara umum, agregat kasar sering disebut kerikil, kericak, batu pecah, atau split. Adapun agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu. Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,20 mm kadang-kadang disebut pasir halus, sedangkan butir-butirnya yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay. Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu : a. Batu, untuk besar butirannya lebih dari 40 mm. b. Kerikil, untuk butirannya antara 5 mm dan 40 mm. c. Pasir, untuk butiran antara 0,15 dan 5 mm. Agreagat harus mempunyai bentuk yang baik ( bulat atau mendekati kubus ), bersih, keras, kuat, dan gradasinya baik. Agregat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi, dan dalam hal-hal tertentu harus tahan aus, dan tahan cuaca (Tjokrodimuljo, 1992 ). 3.4.3 Air Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 30% dari berat semen, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang dari 0,35. Kelebihan air ini yang dipakai sebagai pelumas. Tetapi perlu dicatat bahawa tambahan air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu banyak

18 karena kekuatan beton akan rendah seta betonnya porous. Selain itu, kelebihan air akan bersama-sama semen bergerak kepermukaan adukan beton segar yang baru saja dituang (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan merupakan suatu lapisan tipis yang dikenal dengan laitance (selaput tipis). Selaput tipis ini akan mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang sambung yang lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air bersama-sama semen juga dapat keluar, sehingga terjadilah sarang-sarang kerikil (Tjokrodimuljo, 1992). Secara umum, air yang dipakai untuk untuk bahan pencampur beton ialah air yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90 % kekuatan beton yang yang memakai air suling (Tjokrodimuljo, 1992). Menurut Tjokrodimuljo (1992), pemakaian air untuk beton itu sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut : a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter. b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter. 3.5 Fiber Plastic Beneser Salah satu jenis serat plastik alternatif yang digunakan untuk bahan tambahan pada beton adalah polypropylene (Fiber Plastic Beneser). Jenis plastik yang mempunyai sifat polimer ini, diharapkan dapat berfungsi sama dengan fibermesh. Dari penjelasan spesifikasi polypropylene yang dikeluarkan oleh

19 Master Building Technology (MBT) New Zeland 5 maret 1998 dapat diketahui manfaat yang diperoleh apabila menggunakan polypropylene sebagai bahan tambahan dalam campuran adukan beton, antara lain: mencegah retak plastis, mengurangi permeabilitas, menambah ketahanan terhadap abrasi, menambah kapasitas impak, tahan terhadap alkali, memberikan ketahanan terhadap kehancuran, hantaran panas rendah, hantaran listrik rendah, ketahanan terhadap asam dan garam tinggi, absorbsivitas 0% dan tidak berkarat (Felany, 2004).