BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fungsi kulit sebagai pelindung terhadap sejumlah racun, patogen, dan tekanan fisik

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri keberadaannya. Dewasa ini, banyak penyebab penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. daerah Gunung Kidul Yogyakarta dan pesisir Nusa Tenggara (Julyasih et

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. laki-laki. Keagungan dan kekuasaan laki-laki dapat jatuh dan bertekuk lutut di

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, setiap makhluk hidup atau organisme akan sampai pada

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

BAB I PENDAHULUAN. Antioksidan adalah senyawa kimia baik alami maupun sintetik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan wilayah Indonesia selalu terpapar sinar

Triple Stemcell kombinasi stemcell tanaman yang berasal dari : 1. Sel induk apel (apple stemcell), 2. Sel induk anggur (grape stemcell) dan 3.

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dengan baik. Kulit yang mengalami penuaan oleh karena aging

Hidrokinon dalam Kosmetik

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

1 Siti Fitrah I H 2 Poppy M. Lintong 2 Lily L. Loho.

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya

BAB I. Pendahuluan. Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. (Cyclea barbata Meer), cincau hitam (Mesona palustris), cincau minyak

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

I. PENDAHULUAN. kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki. diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat. menghasilkan gerakan pada sendi. Tendon memiliki kekuatan yang lebih besar

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. sintetis seperti boraks dan asam benzoat. Boraks dapat meningkatkan sifat

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

I. PENDAHULUAN. adalah alga cokelat yang kaya akan komponen bioaktif. Selama beberapa dekade

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

MODUL NUTRITION FOR SKIN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama di lapisan terluar sehingga kulit menjadi kering, kusam dan terasa kasar. Proses penuaan pada setiap orang tidak sama, ada orang yang mengalami proses penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015). Penuaan kulit pada dasarnya terbagi menjadi 2 kelompok. Pertama, penuaan intrinsik/kronologi (chronological aging) yaitu proses penuaan yang berlangsung secara alamiah dan disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan ras. Penuaan kategori ini tidak dapat dicegah. Kedua, penuaan ekstrinsik (photoaging) yaitu penuaan yang disebabkan oleh faktor eksternal berupa (a) faktor lingkungan seperti: sinar matahari, kelembaban udara dan (b) beberapa faktor yang berhubungan dengan radikal bebas, seperti: Sinar X, sinar ultraviolet, polusi udara dari kendaraan bermotor, gas N 2 O dari pabrik, merokok, paparan dengan bahan-bahan kimia eksogen dan endogen, bahan-bahan tambahan pada makanan seperti pengawet, pewarna dan pelezat (Jusuf, 2005). Radikal bebas akan menyebabkan berbagai kerusakan pada kulit seperti: kerusakan enzim-enzim yang bekerja mempertahankan fungsi sel, kerusakan

protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin sehingga serat-seratnya menjadi kaku, tidak lentur dan kehilangan elastisitas. Kerusakan pembuluh darah pada kulit menyebabkan kulit menjadi melebar dan tipis. Sehingga terjadi gangguan distribusi pigmen melanin dan melanosit yang menyebabkan pigmentasi yang tidak merata (Beckman dan Ames, 1998). Proses penuaan dini dapat dihambat atau dicegah dengan menghindari faktor yang mempercepat proses penuaan dini (Fisher dkk., 1997). Beberapa cara untuk mengurangi kerusakan kulit dari radikal bebas akibat sinar UV yaitu menghindari paparan UV yang berlebihan, pemakaian pelindung sinar UV, pemakaian tabir surya, obat topikal vitamin A atau turunannya, atau obat topikal yang mengandung antioksidan, serta mengkonsumsi antioksidan, baik yang terdapat pada makanan maupun berupa suplemen (Jusuf, 2005). Pengembangan bahan anti aging dari alam sangat diperlukan dikarenakan di Indonesia mempunyai kekayaan alam sangat melimpah termasuk bahan yang berasal dari laut (kelautan). Perairan Indonesia yang luas ini banyak tumbuh biota laut dan ganggang atau rumput laut. Keberadaan yang besar ini sangat perlu dikembangkan mengingat hasil kelautan di Indonesia belum banyak dimanfaatkan sebagai obat maupun kosmetik. Gammone dan D Orazio, (2015) mengatakan pentingnya ganggang laut sebagai sumber bahan fungsional telah diakui dengan baik karena efek yang menguntungkan dalam kesehatan. Oleh karena itu, isolasi dan penyelidikan bahan bioaktif yang baru dengan aktivitas biologis dari rumput laut/ganggang laut baru-baru ini menarik perhatian. Di antara bahan-bahan fungsional yang diidentifikasi dari ganggang laut, fukosantin mendapat perhatian

yang besar. Fukosantin, karotenoid laut terbesar dapat ditemukan pada brown algae (rumput laut coklat), seperti Undaria pinnatifida atau Laminaria japonica, dan Hijikia fusiformis (Yu dkk., 2011), Turbinaria decurrens, Padina australis, Hormophysa triquetra (Nursid dkk., 2013). Fukosantin diisolasi dari Laminaria japonica telah dilaporkan dapat menekan aktivitas tirosinase pada marmot yang di radiasi UVB dan melanogenesis pada tikus yang teradiasi UVB. Pemberian fukosantin oral secara signifikan menekan ekspresi mrna kulit yang berhubungan dengan melanogenesis, menunjukkan bahwa fukosantin mengurangi faktor melanogenesis pada tingkat transkripsi (Shimoda, 2010). Selain itu, fukosantin telah terbukti memiliki sifat photoprotective di sel fibroblas manusia melalui penghambatan kerusakan DNA dan meningkatkan aktivitas antioksidan (Heo dkk., 2009). Studistudi ini menunjukkan bahwa pemberian fukosantin oral mencegah atau meminimalkan efek negatif dari radiasi UV seperti pembentukan melanin. Rumput laut coklat spesies Turbinaria decurrens, Padina australis, dan Hormophyta triquetra terbukti mengandung fukosantin lebih dari 10 mg/g sehingga mendukung hasil uji antioksidan, semakin besar kadar fukosantin maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi (Nursid dkk., 2013). Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menguji potensi antioksidan dan anti penuaan dini. Parameter untuk menguji potensi antioksidan diantaranya metode pemucatan betakaroten (BCB), metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP), metode peredaman radikal bebas DPPH, metode CUPRAC. Penelitian ini menggunakan metode BCB karena fukosantin yang

sudah diketahui sebagai antioksidan dengan metode DPPH (Nursid dkk, 2013) merupakan satu golongan dengan betakaroten yaitu golongan karotenoid sehingga mekanisme penangkapan radikal bebas fukosantin mirip dengan karotenoid. Parameter antioksidan yang lain menggunakan metode FRAP karena fukosantin dengan struktur alenik, monoepoksida, dua gugus hidroksil dan ikatan rangkap terkonjugasi memungkinkan sebagai donor elektron untuk mereduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+ pada mekanisme FRAP. Sedangkan parameter anti penuaan dini menggunakan aktivitas penghambatan tirosinase, kolagenase (MMP-1) dan elastase. Enzim tirosinase berperan diantaranya pada pembentukan dopakrom dan melanin pada proses melanogenesis sehingga terjadi pewarnaan kulit yang berlebihan. Kenaikan jumlah enzim kolagenase (MMP-1) dan elastase menyebabkan kenaikan degradasi kolagen, sehingga kulit menjadi kasar, melebar, tipis dan berkerut (wrinkle). Hal ini adalah ciri terjadinya penuaan dini kulit. Dengan begitu enzim-enzim ini perlu dihambat untuk mencegah penuaan dini (anti aging). Fukosantin dilaporkan sebagai penangkap radikal bebas (ROS) sehingga dapat menghambat mekanisme degradasi kolagen termasuk menghambat sekelompok enzim yang bertanggung jawab dalam degradasi kolagen termasuk kolagenase, elastase dan tirosinase penyebab melanogenesis. Dengan demikian menarik untuk dilakukan penelitian tentang pemanfaatan rumput laut coklat spesies Turbinaria decurrens sebagai antioksidan dan agen anti penuaan dini yang berbahan baku rumput laut Indonesia yang melimpah.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini dapat disusun sebagai berikut: 1. Apakah rumput laut coklat Turbinaria decurrens memiliki sifat antioksidan dengan uji pemutihan beta karoten (Beta Caroten Bleaching) dan uji Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)? 2. Apakah rumput laut coklat Turbinaria decurrens menunjukkan aktivitas penghambatan proses melanogenesis (antimelanogenik) melalui uji penghambatan reaksi enzimatik tirosinase? 3. Apakah rumput laut coklat Turbinaria decurrens menunjukkan aktivitas penghambatan kolagenase, dan elastase? C. Keaslian Penelitian Penggunaan rumput laut sebagai bahan antioksidan dan anti penuaan dini telah diteliti oleh beberapa ahli. Di antaranya, penelitian rumput laut coklat Turbinaria decurrens dengan kandungan fukosantin 89,9 mg/g ekstrak mempunyai aktivitas antioksidan sebesar 45% pada dosis 50 µg/ml menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (Nursid dkk., 2013). Penelitian lain mengenai pigmen rumput laut coklat adalah fukosantin yang terkandung pada Turbinaria conoides mempunyai potensi antioksidan sebesar 166,0 ppm (Nova dkk., 2014). Penelitian yang berkaitan dengan anti aging pernah dilakukan untuk menguji aktivitas fukosantin dalam menghambat aktivitas tirosinase, melanogenesis kulit dari molekul melanogenik (Shimoda dkk., 2010). Ekstrak

tumbuhan yang mengandung fenol atau polifenol mampu menghambat aktivitas enzim tirosinase sebagai anti melanogenik dan menghambat aktivitas enzim kolagenase dan elastase (Hong dkk.,2013). Karim dkk., (2014) melaporkan bahwa gugus fenolik yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan mampu sebagai antioksidan, penghambat aktivitas tirosinase dan anti-wrinkles (anti kolagenase dan elastase). Pada penelitian merupakan penelitian baru dan belum pernah dilakukan orang lain sebelumnya. Penelitian ini berfokus pada Turbinaria decurrens sebagai (1) antioksidan menggunakan metode betacaroten bleaching (BCB) dan Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) yang diharapkan mempunyai aktivitas yang sama dengan hasil penelitian Nursid dkk., (2010) dan (2) anti penuaan dini (anti aging) menggunakan metode aktivitas penghambatan terhadap enzim tirosinase, elastase dan kolagenase secara in vitro. D. Urgensi Penelitian Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman sumber daya kelautan terbesar di dunia sehingga mempunyai potensi bsar dalam pengembangan produk alam kelautan. Pemanfaatan sumber daya elautan ini diharapkan dapat mempercepat laju pembangunan dan mengurangi ketergantungan pada wilayah daratan. Rumput laut coklat telah banyak diketahui sebagai agen biomedis terutama untuk kecantikan. Penelitian ini dapat menambah bukti ilmiah bahwa rumput laut coklat khususnya spesies Turbinaria decurrens mempunyai efek anti penuaan dini, sehingga pemanfaatan sumber daya kelautan ini semakin banyak dalam bidang kecantikan. Selain itu, bagi ilmu

pengetahuan, penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kefarmasian mengenai rumput laut coklat. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui aktivitas antioksidan rumput laut coklat Turbinaria decurrens dengan uji pemutihan beta karoten (Beta Caroten Bleaching) dan uji Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP). 2. Mengetahui aktivitas rumput laut coklat Turbinaria decurrens sebagai agen anti penuaan dini penghambatan proses melanogenesis (antimelanogenik) melalui uji penghambatan reaksi enzimatik tirosinase. 3. Mengetahui aktivitas rumput laut coklat Turbinaria decurrens sebagai agen anti penuaan dini melalui penghambatan enzim kolagenase, dan elastase.