PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak. Pengkajian dilaksanakan pada MT 2006, di Batu Mulya, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Pola tanam jagung yang umum berlaku di petani adalah jagung jagung atau jagung sekali setahun. Periode penanaman dimulai pada bulan Oktober dan varietas yang ditanam sebagian besar jagung hibrida (Bisi-2) dan lokal. Introduksi varietas Sukmaraga dilakukan untuk alternatif dalam upaya mengurangi modal untuk beli benih, dan meningkatkan produktivitas jagung. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jagung Sukmaraga dapat diusahakan secara layak, karena selain hasilnya mendekati jagung hibrida, benih jagung komposit ini dapat dihasilkan sendiri dan harga jagung pipilan kering tidak berbeda dibandingkan dengan pola petani. Prospek pengembangan jagung varietas Sukmaraga cukup bagus karena dapat ditanam pada lahan marginal yang tingkat kesuburannya rendah. Kata kunci : Produktivitas, jagung, Introduksi, lahan kering beriklim basah. PENDAHULUAN Peluang peningkatan produksi jagung di Kalimantan Selatan masih cukup besar, karena terdapat 1,315.392 hektar lahan kering yang dapat dikembangkan untuk perluasan areal pertanaman. Produksi jagung juga masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan teknologi produksi di tingkat petani, mengingat masih rendahnya produktivitas. Dewasa ini rata-rata hasil jagung nasional 2,5 t/ha (Puslitbangtan 1998) dan di lahan kering Kalimantan Selatan rata-rata 2,95 t/ha (BPS Propinsi Kalsel 2005). Padahal di tingkat penelitian dapat mencapai 4-5 t/ha untuk jagung bersari bebas, dan 7 9 t/ha untuk jagung hibrida dalam kondisi iklim yang kondusif. Produksi jagung juga masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan penanganan panen dan pascapanen. Jagung merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan karena merupakan sumber karbohidrat dan protein. Selain itu, jagung juga dapat digunakan sebagai pakan ternak, ikan, dan bahan baku industri. Lahan tegalan di Kalimantan Selatan berupa lahan kering terdapat di sepanjang Pegunungan Meratus. Sebagian besar lahan kering ini merupakan tanah masam yang terdiri atas jenis Latosol, Podsolik Merah Kuning, dan Alluvial dengan vegetasi alangalang (Imperata Cylindrica). Tanah-tanah masam ini mempunyai ph rendah (< 5) dan miskin hara (Notohadiprawiro 1983). Sentra produksi jagung di lahan kering Kalimantan Selatan antara lain di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut. Di daerah ini petani lebih menyukai jagung dengan warna biji kuning dan ditanam satu kali atau dua kali/tahun. Di lokasi-lokasi tertentu, seperti daerah dekat aliran sungai yang airnya selalu tersedia sepanjang tahun, jagung diusahakan tiga kali pertahun dengan teknologi pompa untuk menyiram tanaman pada saat kritis air. Penelitian bertujuan untuk melihat peluang pengembangan jagung varietas Sukmaraga di lahan kering masam Kalimantan Selatan. 39
BAHAN DAN METODE Pengkajian dilaksanakan di Batu Mulya, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah laut, Kalimantan Selatan, pada musim tanam 2006. Data digali melalui wawancara terhadap tiga kelompok tani, dan data budi daya jagung diamati dari percobaan adaptasi jagung Sukmaraga yang ditanam petani dengan pendamping peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Seralia. Data yang dikumpulkan meliputi hasil jagung, harga input-output, biaya dan penerimaan usahatani jagung petani dan jagung Sukmaraga di lokasi yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Profil Usahatani Jagung dan Sumber Daya Lahan Jagung adalah salah satu komoditas yang dikembangkan petani tanaman pangan di Kalimantan Selatan. Di propinsi ini terdapat 657.696 ha lahan kering yang potensial untuk dikembangkan bagi tanaman pangan dan 391.363 ha diantaranya belum dimanfaatkan. Produksi jagung di Kalimantan Selatan 1997 2001 meningkat rata-rata 16% per tahun, dan produktivitas naik rata-rata 3,28% per tahun (BPS Propinsi Kalimantan Selatan 2002). Lahan kering di Kalimantan Selatan memiliki tingkat kesuburan yang rendah, didominasi oleh tanah Podsolik. kendala lainnya adalah tingginya serangan jasad pengganggu, kurangnya tenaga kerja, dan rendahnya keterampilan petani dalam pengelolaan usahatani lahan kering. Walaupun demikian, beberapa hal yang mendukung pengembangan usahatani jagung di lahan kering Kalimantan Selatan adalah (1) faktor iklim sesuai dengan curah hujan cukup tinggi ± 2.300 mm/tahun, (2) prasarana seperti jalan dan angkutan cukup tersedia, (3) motivasi petani dalam usahatani jagung cukup tinggi, dan (4) tersedianya paket teknologi budi daya jagung untuk lahan kering. Hasil penelitian dan pengkajian didaerah ini menunjukkan jagung bersari bebas varietas Arjuna, Malang komposit (MK) 1, MK 8, MK 9, Poot 3-86, dan Bisma memberi hasil 4,0 5,0 t/ha dengan menggunakan teknologi pemupukan, pengendalian hama penyakit, gulma dan pascapanen. Hasil jagung hibrida (antara lain BISI 2, C5, C7, Pioner dan Semar) dapat mencapai 7 9 t/ha. Di tingkat petani, hasil jagung bervariasi antara 1,4 3,2 t/ha untuk jenis bersari bebas dan 5,0 6,3 t/ha untuk jenis hibrida. Data produksi jagung di Kalimantan Selatan dalam periode 1985 2002 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel. 1. Perkembangan produksi jagung di Kalimantan Selatan. Tahun Produksi (ton) 1985 4.876 1990 14.002 1997 26.334 2002 30.573 2005 45.686 Sumber : 1. Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan, 1990 2. BPS Propinsi Kalimantan Selatan, 2001dan 2002. 3. Produktivitas pada th.2002 rata-rata 1,72 t/ha. 40
2. Teknik Budi Daya dan Penanganan Hasil Petani di Kalimantan Selatan umumnya menanam jagung untuk tujuan dijual 80 94 %,(Rosita 2002). Jagung varietas lokal warna biji putih umumnya dijual dalam bentuk muda umur (70 75 hari) atau untuk sayur umur (55 60 hari), sedangkan jagung varietas unggul berbiji kuning dijual dalam bentuk pipilan kering. Benih yang digunakan rata-rata 40 kg/ha untuk budi daya jagung lokal dan benih diperoleh dari pertanaman terdahulu, sedangkan benih unggul (terutama jagung hibrida) diperoleh dari pengusaha dengan cara bayar setelah panen dan rata-rata dibutuhkan 16 kg benih/ha. Budi daya jagung yang diterapkan petani dan dalam pengkajian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel. 2. Paket teknologi petani dan pengkajian pada usahatani jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. No Uraian Budi daya Alat dan cara Petani Pengkajian Petani Pengkajian 1. Pengolahan tanah 2 x luku, ratakan & balur 2 x luku, ratakan & Traktor, ternak sapi Traktor, ternak sapi balur 2. Benih Hibrida/lokal Sukmaraga Tugal Tugal 3. Jarak tanam 45 x 75 cm/2 20 x 70 cm manual Manual tanaman 30 x 60 cm/1 tanaman ( 1 tan) 40 x 70 cm (2 tan) 4. Pemupukan Ditugal Ditugal Manual Manual 5. Penyiangan/pembu mbunan 1 x / herbisida 1 x / herbisida Koret, cangkul, semprot Koret, cangkul, semprot 6. Pengendalian hama penyakit Satu kali Satu kali Sprayer Sprayer 7. Pemungutan hasil Kupas, petik Kupas, petik Manual Manual 8. Pengeringan Dijemur & box Dijemur & Tikar plastik/ dryer Box dryer Sinar mthr, Tikar plastik/ Sinar mthr, mesin mesin 9. Pemipilan Thresher Thresher Mesin Mesin Pupuk yang diaplikasikan petani umumnya masih di bawah dosis anjuran IPPTP Kal-Sel (1999) yang direkomendasikan oleh Kanwil Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1999. Untuk jagung komposit, dosis urea, SP-36, dan KCl masingmasing 200, 100, 100 kg/ha dan pupuk kandang 1.000 2.000 kg/ha. Jagung hibrida dipupuk dengan urea, SP-36, dan KCl masing-masing dengan dosis 400, 150, 100 kg/ha dan pupuk kandang 2.000 kg/ha. Pengendalian hama penyakit menggunakan Rhidomil untuk perlakuan benih, sedangkan untuk pemeliharaan tanaman menggunakan dipakai karbofuran dan insektisida cairan. Dalam usahatani jagung, tenaga kerja yang diperlukan relatif dapat dicukupi dari dalam keluarga sendiri. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam usahatani, rata-rata 86-119 HOK/ha. Modal usahatani jagung umumnya dari keluarga sendiri Rp 1,5 juta 3,5 juta/ha, bergantung pada sarana produksi yang diaplikasikan. Apabila modal tidak dapat dipenuhi 41
oleh keluarga sendiri, mereka meminjam dari pengusaha/pedagang pengumpul jagung di desa atau pengusaha jagung hibrida. Pinjaman dibayar setelah panen dengan jasa sebesar 10 25% dalam satu musim tanam. Harga jagung terendah (rata-rata 43% dari harga terbaik) selalu terjadi pada bulan Pebruari dan Juni, dan keadaan ini berlangsung terus setiap tahun. Untuk mengatasi masalah ini perlu diupayakan peningkatan kemampuan petani dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil jagung dan tidak dijual terburu-buru agar tidak rugi. Di sentra produksi jagung unggul biji kuning, jagung ditanam dua kali dalam setahun (jagung jagung) yaitu pada November Januari/Pebruari dan pada Maret Juni. Sementara jagung berbiji putih yang dipanen ditanam lebih dari dua kali per tahun dan rata-rata dipanen pada umur 70 75 hari. Untuk konsumsi, harga jagung terendah Rp 950/kg, sementara harga tertinggi Rp.1.900/kg pipilan kering. Petani yang modal usahataninya berasal dari pinjaman pihak lain (pedagang pengumpul, pengusaha swasta dan sebagainya) terpaksa menjual hasil jagungnya pada saat panen dengan harga hanya 43% dari harga terbaik. Harga terbaik biasanya terjadi 2 3 bulan setelah panen. Di samping itu jasa yang harus dibayar petani kepada peminjam modal usahatani jagung (pengusaha swasta) berkisar antara 10 25%/musim tanam. Hal ini kadang-kadang membuat petani menghindari peminjaman modal dari pihak lain dengan konsekuensi mengurangi dosis pupuk atau aplikasi pemupukan di bawah rekomendasi dosis yang dianjurkan. Akibatnya, hasil yang diperoleh hanya 2,9 t/ha untuk jagung lokal dan 4,8 t/ha untuk jagung hibrida (Bisi-2). 3. Budi Daya Varitas Sukmaraga. Usahatani jagung di lahan kering Kalimantan Selatan pada umumnya sebagai berikut, tanam bulan November panen bulan Maret, tanam bulan April panen bulan Juli, dan tanam bulan Agustus panen bulan November. Varietas yang digunakan untuk pengkajian adalah Sukmaraga, yang digunakan duakali tanam dalam setahun. Analisis biaya dan pendapatan usahatani jagung Sukmaraga ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Analisis biaya dan pendapatan usahatani jagung varietas Sukmaraga dan Usahatani jagung petani, di Desa Batu Mulya, Kec.Panyipatan, Kab.Tanah laut Prop. Kal-Sel, MT. 2006. No Uraian Budidaya jagung I II III 1. Varietas Sukmaraga Lokal Sukmaraga 2. Bulan tanam/panen Nopember/ Pebruari Nopember/ Pebruari Agustus/ Nopember 3. Hasil (kg/ha) 5.400 2.900 4.700 4. Harga (Rp/kg) 950 950 1.500 5. Penerimaan (Rp) 5.130.000 2.755.000 7.050.000 6. Biaya 2.600.000 2.435.000 3.540.000 7. Pendapatan (Rp) 2.530.000 320.000 3.510.000 8. R/C ratio 1,98 1,13 1,99 Sumber: Galib dan Sumanto. 42
KESIMPULAN Berdasarkan potensi lahan kering di Kalimantan Selatan, kebijakan pemerintah daerah setempat dan ketersediaan ketersediaan teknologi, maka jagung varietas Sukmaraga mempunyai peluang besar untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan produksi jagung. Di lokasi pengkajian pendapatan bersih petani dari usahatani jagung varietas Sukmaraga mencapai Rp.6.040.000 dalam dua kali tanam per tahun. Hal ini merupakan alternatif bagi pengembangan usahatani jagung dan sarana pendukung di wilayah setempat dan perluasan kesempatan kerja. Kendala-kendala seperti kurangnya modal, tenaga kerja, dan rendahnya harga hasil panen masih bisa diatasi dengan dukungan Pemerintah Daerah atau kredit dari pihak ketiga/swasta, atau bank pemerintah dengan suku bunga rendah. Penanganan pascapanen jagung perlu mendapat perhatian serius dalam upaya meningkatkan mutu hasil panen. DAFTAR PUSTAKA Balittan. 1993. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Jagung Balittan Banjarbaru, hal 123 127. Balittra. 1996. Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan lahan kering, tanggal 22 23 September 1995. Amuntai, hal 53 55. Balittra. Aspek-aspek Sosial Ekonomi Usahatani Lahan Marginal di Kalimantan. Hal 246 250. BPTP Kalimantan Selatan. 1999. Laporan Hasil Pengkajian SUP jagung di Lahan Kering Kalimantan Selatan. BPS Propinsi Kalimantan Selatan. 2001. Kalimantan Selatan Dalam angka. Banjarmasin. BPS Propinsi Kalimantan Selatan. 2002. Kalimantan Selatan Dalam angka. Banjarmasin. BPS Propinsi Kalimantan Selatan. 2005. Kalimantan Selatan Dalam angka. Banjarmasin. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 1991. Profil Komoditi Tanaman pangan Propinsi Kalimantan Selatan tahun 1990. Banjarbaru, hal 7 10. Galib, R. 2002. Profil Usahatani Jagung di Lahan Kering Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Lahan Kering dan Lahan Rawa di Banjarbaru, tanggal 18 19 Desember 2002. Puslit Sosek. Hal 241 246. Galib, R. dan Sumanto. 2004. Laporan Hasil Pengkajian Super Imposed Jagung dengan IP 300 di Lahan Kering Kalimantan Selatan. BPTP Kalsel. Banjarbaru. 43