ESTIMASI PARAMETER GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

ESTIMASI HERITABILITAS SIFAT PERTUMBUHAN DOMBA EKOR GEMUK DI UNIT HERITABILITY ESTIMATION OF GROWTH TRAITS OF FAT TAILED SHEEP AT UNIT

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PE DOE SELECTION BASED ON DOE PRODUCTIVITY INDEX ON WEAN WEIGHT IN DADAPAN VILLAGE, SUMBEREJO SUBDISTRICT, TANGGAMUS MUNICIPAL

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

ESTIMASI NILAI PEMULIAAN DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY SIFAT PRODUKSI SAPI ACEH DI KECAMATAN INDRAPURI PROVINSI ACEH

Korelasi Genetik Pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh di Kecamatan Indrapuri Provinsi Aceh

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)

Analisis Ragam dan Peragam Bobot Badan Kambing Peranakan Etawa

Estimasi Nilai Heritabilitas Sifat Kuantitatif Sapi Aceh

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

Performans Pertumbuhan Kambing Boerawa di Village Breeding Centre, Desa Dadapan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

Performan Produksi Kambing Saburai Jantan Pada Dua Wilayah Sumber Bibit di Kabupaten Tanggamus

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

SKRIPSI OLEH : RINALDI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

ESTIMASI PARAMETER GENETIK DAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI PERFORMANS PERTUMBUHAN KAMBING RAMBON

Perbandingan Hasil Uji Performans Calon Induk (Heifer) Sapi Aceh dengan Metode Indeks Seleksi (IS) dan Nilai Pemuliaan (NP)

PERBANDINGAN KOEFISIEN HETEROSIS ANTARA KAMBING BOERAWA DAN SABURAI JANTAN PADA BOBOT SAPIH DI KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

PERBEDAAN BOBOT DAN UKURAN TUBUH KAMBING BOERAWA GRADE 1 UMUR SATU TAHUN DARI BEBERAPA PEJANTAN KAMBING BOER DI KECAMATAN SUMBEREJO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi peternakan Kambing PE dan Kacang di

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

Key words: Birth weight, Genetic correlation, Weaning weight.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

I. PENDAHULUAN. atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama, kambing

Potensi respon seleksi sifat pertumbuhan sapi Brahman Cross di ladang ternak Bila River Ranch, Sulawesi Selatan

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

EVALUASI GENETIK PEJANTAN BOER BERDASARKAN PERFORMANS HASIL PERSILANGANNYA DENGAN KAMBING LOKAL

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KORELASI SIFAT BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN LITTER SIZE PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE, LOKAL DAN PERSILANGAN

Kusuma Adhianto*, Sulastri Sulastri, M.D.Iqbal Hamdani, Dewi Novriani, dan Lisa Yuliani

E. Kurnianto, S. Johari dan H. Kurniawan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Received July 3, 2007; Accepted November 1, 2007

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN KONDISI GIGI SERI PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI UNIT PELAKSANA TEKNIS TERNAK SINGOSARI, MALANG, JAWA TIMUR

PENDUGAAN HERITABILITAS, KORELASI GENETIK DAN KORELASI FENOTIPIK SIFAT BOBOT BADAN PADA SAPI MADURA

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

Seleksi pada Sapi Aceh Berdasarkan Metode Indeks Seleksi (IS) dan Nilai Pemuliaan (NP)

Jurnal zootek ( zootek journal ) Vol 34 No 2: (Juli 2014) ISSN

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

PENDUGAAN HERITABILITAS DAN RESPON SELEKSI BERDASARKAN BOBOT SAPIH DOMBA GARUT DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

PERBEDAAN BOBOT DAN UKURAN TUBUH KAMBING BOERAWA GRADE 1 UMUR SATU TAHUN DARI BEBERAPA PEJANTAN KAMBING BOER DI KECAMATAN SUMBEREJO.

EFEKTIVITAS SELEKSI DIMENSI TUBUH SAPI BALI INDUK WARMADEWI, D.A, IGL OKA DAN I N. ARDIKA

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

PENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

NILAI HERITABILITAS DAN KORELASI GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN DARI SILANGAN AYAM LOKAL DENGAN AYAM BANGKOK

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI KAMBING SABURAI BETINA DI DUA WILAYAH SUMBER BIBIT KABUPATEN TANGGAMUS. (Skripsi) Oleh.

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

Pendugaan heritabilitas rill (realized heritability) dan kemajuan genetik produksi telur itik mojosari

NILAI PEMULIAAN DOMBA GARUT BERDASAR BOBOT LAHIR MENGGUNAKAN METODE PATERNAL HALF-SIB DI UPTD BPPTD MARGAWATI

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus,Spesies: Sus scrofa, Sus

EVALUASI POTENSI GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN PEJANTAN KAMBING PE DAN SAANEN DI BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWI-BOGOR SKRIPSI WIDIAN SETIYORINI

Effect of Concentrate Addition in Boerawa Doe Diet on Litter Size, Birth Weight, and Weaning Weight Kid Goats Keep in Intensive System ABSTRACT

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI KAMBING SABURAI JANTAN PADA DUA WILAYAH SUMBER BIBIT DI KABUPATEN TANGGAMUS. (Skripsi) Oleh.

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

Transkripsi:

ESTIMASI PARAMETER GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG GENETIC PARAMETERS ESTIMATION ON GROWTH TRAITS OF BOERAWA GOAT AT TANGGAMUS REGENCY LAMPUNG PROVINCE Veronika Yuneriati Beyleto 1 *, Sumadi 2, dan Tety Hartatik 2 1 Universitas Timor, Jl. Eltari km. 9, Kefamenanu, Timur Tengah Utara-Nusa Tenggara Timur, 85613 2 Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Fauna No.3, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281 INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai parameter genetik sifat-sifat pertumbuhan pada kambing Boerawa di Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung yang dilaksanakan mulai tanggal 30 Oktober 2009 sampai dengan 30 Januari 2010 di Kelompok Tani Sumber Rejeki, Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kelompok Tani Karya Makmur I, Desa Wonoharjo dan Kelompok Tani Karya Makmur II, Desa Sukoharjo, Kecamatan Sumber Rejo, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Materi penelitian terdiri dari catatan produksi dan populasi kambing Boerawa sebanyak 238 ekor yang berasal dari 7 pejantan Boer dan 93 ekor induk kambing PE. Variabel yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih, bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih dan pertumbuhan setelah sapih. Heritabilitas dan korelasi genetik diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak dan pola tersarang, sedangkan ripitabilitas diestimasi dengan metode korelasi dalam kelas dan korelasi antar kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi nilai heritabilitas bobot lahir, bobot sapih, bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih, dan pertumbuhan setelah sapih yang dianalisis dengan metode korelasi saudara tiri sebapak berturut-turut adalah sebagai berikut: 0,80±0,40; 0,30±0,17; 0,80±0,04; 0,32±0,18 dan 0,30±0,17. Nilai korelasi genetik bobot lahir dengan bobot sapih, bobot lahir dengan bobot setahunan, bobot sapih dengan bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih dan pertumbuhan setelah sapih yang dianalisis dengan metode saudara tiri sebapak berturut-turut adalah: 0,50±0,04; 0,44±0,08; 0,21±0,03 dan 0,20±0,05. Nilai ripitabilitas bobot lahir, bobot sapih, bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih dan pertumbuhan setelah sapih yang dianalisis berdasarkan dua catatan produksi berturut-turut adalah: 0,42±0,07; 0,32±0,08; 0,30±0,08; 0,30±0,08 dan 0,53±0,06. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas termasuk kategori tinggi, nilai korelasi genetik termasuk kategori sedang sampai tinggi dan nilai ripitabilitas termasuk kategori tinggi. (Kata kunci: Kambing Boerawa, Parameter genetik, Sifat pertumbuhan) ABSTRACT This research was conducted to estimate heritability, repeatability and genetic correlation values on growth traits of Boerawa goat at Sumber Rejeki farmer group at Campang Village, Gisting District and Karya Makmur I and Karya Makmur II farmer group at Wonoharjo and Sukoharjo Village, Sumber Rejo District, Tanggamus regency, Lampung province. Data consisted of production record and 238 Boerawa goat derived from 93 PE and 7 Boer buck. The research was started on October 30, 2009 up to January 30, 2010. The results indicated that heritability value of birth weight, weaning weight, yearling weigth, average of preweaning daily gain, and average of postweaning weight analyzed by paternal half-sibs correlation were 0.80±0.40; 0.30±0.17; 0.80±0.04; 0.32±0.18 and 0.30±0.17, respectively. The repeatability values of birth weight, weaning weight and yearling weight analyzed based on two recording per every dam were 0.42±0.07; 0.32±0.08; 0.30±0.08; 0.30±0.08 and 0.53±0.06. The genetic correlation values among birth weight and weaning weight, birth weight and yearling weight, weaning weight and yearling weight, average of preweaning weight and postweaning weight daily gain analyzed by paternal half-sibs correlation were 0.50±0.04; 0.44±0.08; 0.21±0.03 and 0.20±0.05, respectively. The result also indicated that the heritability and repeatability values was high and the genetic correlation values were moderate to high. (Key words: Boerawa goat, Genetic parameter, Growth character) *Korespondesi (corresponding author): Telp. +62 821 4468 9062 E-mail: bleytoyuniar@yahoo.com

Veronika Yuneriati Beyleto et al. Estimasi Parameter Genetik Sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa Pendahuluan Peningkatan produktivitas ternak kambing dapat dilakukan melalui persilangan dan seleksi pada sifat-sifat yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti bobot sapih, bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih, dan pertumbuhan setelah sapih. Pelaksanaan seleksi dapat berjalan dengan baik, apabila diketahui informasi parameter genetik yang meliputi heritabilitas, ripitabilitas, dan korelasi genetik (Warwick et al., 1990). Program persilangan antara kambing Peranakan Etawah (PE) dengan kambing Boer di Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik kambing PE sebagai penghasil daging melalui grading up (Nurgiartiningsih et al., 2006). Hasil persilangan tersebut diberi nama Boerawa. Estimasi parameter genetik sifat pertumbuhan kambing Boerawa di Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung sudah pernah dilakukan di Kelompok Tani Sumber Rejeki pada tahun 2007, namun parameter genetik bukan merupakan suatu konstanta karena nilai parameter ganetik tergantung pada populasi ternak, tempat dan metode estimasi yang digunakan. Di wilayah tersebut, seleksi dan persilangan terus dilakukan sedangkan seleksi dan persilangan dapat menyebabkan perubahan frekuensi gen yang menyebabkan berubahnya nilai parameter genetik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ulang untuk mengestimasi nilai parameter genetik sifat-sifat pertumbuhan kambing Boerawa di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai parameter genetik sifat pertumbuhan pada kambing Boerawa di Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Materi dan Metode Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Sumber Rezeki, Desa Campang Kecamatan Gisting, Kelompok Tani Karya Makmur I, Desa Wonoharjo, dan Karya Makmur II, Desa Sukoharjo, Kecamatan Sumber Rejo, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung mulai 30 Oktober 2009 sampai dengan 30 Januari 2010. Materi yang digunakan adalah catatan silsilah dan catatan produksi kambing Boerawa sebanyak 238 ekor yang berasal dari tujuh ekor pejantan Boer dan sembilan puluh tiga ekor induk PE milik kelompok tani yang meliputi: tanggal kelahiran, tanggal penyapihan, tanggal penimbangan bobot setahunan, bobot lahir, bobot sapih, dan bobot setahunan. Alat yang digunakan adalah timbangan gantung merk Five Goats kapasitas 120 kg dengan ketelitian 500 g. Data yang dipakai adalah data primer yang diperoleh dengan menimbang ternak pada umur tertentu dan data sekunder diperoleh dari catatan produksi ternak kambing Boerawa milik kelompok tani. Variabel yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih, bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih dan pertumbuhan setelah sapih. Data bobot lahir dan bobot sapih dikoreksi terhadap tipe kelahiran, umur induk, dan jenis kelamin. Bobot setahunan (yearling) dikoreksi terhadap jenis kelamin (Hardjosubroto, 1994). Rumus yang digunakan untuk memperoleh bobot badan terkoreksi dilakukan menurut rekomendasi Hardjosubroto (1994) sebagai berikut: BLT = BLN x FKJK x FKTK x FKUI BST = (BLN + (BSN - BLN) / umur) x 90) x FKJK x FKTK x FKUI BYT = {(BYN BST) / tenggang waktu} x FKJK x (365 RUS) + BST PsbS = (BST BLT) / 90 PstS = (BYT - BST) / 275 Keterangan: BLT = berat lahir terkoreksi, BLN = berat lahir nyata, FKJK= faktor koreksi jenis kelamin, FKUI = faktor koreksi umur induk, BST = berat sapih terkoreksi, BSN = berat sapih nyata, Umur = umur sapih, FKTK = faktor koreksi tipe kelahiran, BYT = berat satu tahun (yearling) terkoreksi, BYN = berat satu tahun (yearling) nyata, RUS = rerata umur sapih, PsbS = pertumbuhan sebelum sapih, PstS = pertumbuhan setelah sapih. Heritabilitas diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak (paternal halfsib correlation) melalui analisis keragaman (Becker, 1992) dengan rumus sebagai berikut: 4 σ 2 s h 2 = σ 2 s + σ 2 w Rumus heritabilitas dengan metode pola tersarang (nested) adalah: 2(σ² S σ² D ) h 2 = σ²s + σ² D + σ² W Ripitabilitas diestimasi dengan metode korelasi dalam kelas (intraclass correlation method) melalui analisa keragaman pada individu yang memiliki lebih dari dua catatan dengan rumus: σ 2 w r = σ 2 w + σ 2 e Ripitabilitas sifat pertumbuhan diestimasi dengan metode korelasi antar kelas apabila masingmasing individu hanya memiliki dua catatan (pengukuran) sesuai dengan rekomendasi Warwick et al. (1990).

r = X 1 X 2 - X 1 X 2 N ( X 2 1 ) ( X 2 2 ) { X 2 1 -} { X 2 2 -} N N Keterangan: r = ripitabilitas; X 1 = catatan pertama pada suatu sifat; X 2 = catatan kedua pada suatu sifat; N = jumlah individu. Korelasi genetik diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak melalui analisis peragam (Becker, 1992) dengan rumus: 4 cov s Korelasi genetik (r g ) 12 = (4σ 2 s (1)) (4σ 2 s (2)) Korelasi genetik yang diestimasi dengan metode pola tersarang (nested) (Becker, 1992) melalui analisis peragam dengan rumus: (cov S + cov D ) r g = (σ² S (X) +σ² S (Y)) ) (σ² D (X) +σ² D (Y) ) Hasil dan Pembahasan Estimasi heritabilitas Heritabilitas sifat pertumbuhan kambing Boerawa disajikan pada Tabel 1. Estimasi heritabilitas bobot lahir, bobot sapih, bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih, dan pertumbuhan setelah sapih yang diestimasi dengan metode saudara tiri sebapak dan metode pola tersarang termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara ragam genetik aditif dengan ragam fenotip sehingga seleksi individu berdasarkan sifat-sifat tersebut sangat efektif dilakukan untuk meningkatkan kemajuan genetik yang cepat (Lasley, 1978). Nilai heritabilitas termasuk dalam kategori tinggi bila besarnya lebih dari 0,30 (Turner dan Young, 1969). Nilai estimasi heritabilitas sifat pertumbuhan dengan metode pola tersarang lebih tinggi dengan salah baku yang lebih tinggi pula daripada nilai estimasi heritabilitas dan salah baku dengan metode korelasi saudara tiri sebapak. Hal ini menunjukkan adanya bias yang tinggi dari nilai heritabilitas yang diestimasi dengan metode pola tersarang daripada bias nilai heritabilitas yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak. Heritabilitas dengan salah baku yang tinggi menunjukkan adanya bias yang tinggi pada nilai heritabilitas atau sebaliknya (Lasley, 1978; Chapman, 1985). Tingginya salah baku dari nilai estimasi heritabilitas dengan metode pola tersarang diduga disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan maternal yang terlibat dalam estimasi heritabilitas dengan metode pola tersarang. Salah baku dari nilai heritabilitas yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak lebih rendah karena dalam estimasi tersebut banyak melibatkan ragam aditif, sedikit ragam dominan, dan tidak ada pengaruh ragam epistasis dan lingkungan maternal (Warwick et al., 1990). Nilai heritabilitas bobot lahir, bobot sapih, bobot setahunan, pertumbuhan sebelum sapih dan pertumbuhan setelah sapih, yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak dan metode pola tersarang termasuk dalam kategori tinggi. Heritabilitas bobot setahunan dan pertumbuhan setelah sapih baik yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak dan metode pola tersarang memiliki salah baku lebih rendah daripada salah baku heritabilitas bobot lahir, bobot sapih, dan pertumbuhan prasapih karena bobot setahunan dan pertumbuhan setelah sapih sudah tidak dipengaruhi oleh lingkungan maternal seiring Tabel 1. Estimasi heritabilitas sifat pertumbuhan dan salah baku (heritability estimation of growth characters and standard error) Heritabilitas (heritability) Korelasi saudara tiri sebapak (paternal halfsib correlation) Sifat (trait) Pola tersarang n (nested) Bobot lahir (birth weight) 238 0,80±0,52 0,80±0,40 Bobot sapih (weaning weight) 238 0,63±0,26 0,30±0,17 Bobot setahunan (yearling weight) 238 0,57±0,20 0,80±0,04 PsbS a 238 0,59±0,30 0,32±0,18 PstS b 238 0,45±0,20 0,30±0,17 PsbS a = pertumbuhan sebelum sapih (preweaning growth) PstS b = pertumbuhan setelah sapih (postweaning growth) n = jumlah data (number of data)

Veronika Yuneriati Beyleto et al. Estimasi Parameter Genetik Sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa dengan bertambahnya umur ternak tetapi berat setahunan dan pertumbuhan setelah sapih dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin, bobot sapih dan faktor lingkungan (Tosh dan Kemp, 1994). Bobot setahunan merupakan ekspresi dari mutu genetik kambing itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh maternal yang diperoleh dari induknya (Sulastri, 2001). Nilai heritabilitas bobot sapih kambing Boerawa yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak dalam penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Oktora et al. (2007) yakni 0,32±0,36 dan yang dilaporkan oleh Sulastri dan Qisthon (2007) yakni 0,36±0,01. Nilai heritabilitas bobot setahunan yang diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Sulastri dan Qisthon (2007) yaitu 0,31±0,42. Nilai heritabilitas pertumbuhan sebelum sapih dengan metode korelasi saudara tiri sebapak yang diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Oktora et al. (2007) yaitu 0,43±0,38. Heritabilitas pertumbuhan setelah sapih yang diestimasi dalam penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Oktora et al. (2007) yaitu 0,41± 0,49. Perbedaan nilai estimasi heritabilitas yang diperoleh dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disebabkan karena perbedaan populasi dari individu yang diestimasi parameter genetiknya. Heritabilitas suatu sifat hanya berlaku pada suatu populasi tertentu yang hidup di lingkungan tertentu (Elrod dan Stansfield, 2007; Lasley, 1978). Estimasi ripitabilitas Ripitabilitas sifat-sifat pertumbuhan diestimasi dengan menggunakan metode korelasi antar kelas dan korelasi dalam kelas disajikan pada Tabel 2. Estimasi ripitabilitas masing-masing sifat pertumbuhan dengan metode korelasi antar kelas dan korelasi dalam kelas menghasilkan nilai ripitabilitas yang tinggi. Estimasi parameter genetik termasuk dalam kategori tinggi apabila berada pada kisaran 0,30 sampai 1,00 (Dalton, 1980). Ripitabilitas dipengaruhi oleh faktor genetik yakni pengaruh gen aditif atau kombinasi dari gen dominan dan epistasis dan pengaruh lingkungan permanen, keragaman genetik dan lingkungan permanen yang besar akan menyebabkan nilai ripitabilitas berada dalam kategori tinggi dan sebaliknya apabila keragaman lingkungan temporer besar menyebabkan nilai ripitabilitas rendah (Pattie dan James, 1985). Nilai ripitabilitas sifat pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa kelompok induk di lokasi penelitian memiliki kemampuan untuk mengulangi prestasinya dalam menghasilkan anak dengan sifat pertumbuhan yang hampir sama dengan sifat pertumbuhan sebelumnya (Warwick et al., 1990). Ripitabilitas bobot lahir yang diestimasi dengan metode korelasi antar kelas lebih andal karena memiliki salah baku yang lebih kecil dari nilai ripitabilitas bobot lahir yang diestimasi dengan metode korelasi dalam kelas. Keterandalan masing-masing metode dalam mengestimasi parameter genetik dapat dilihat dari besarnya nilai salah baku. Parameter genetik dengan salah baku yang besar memiliki bias yang besar sehingga kurang andal (Pattie dan James, 1985). Hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa culling induk di lokasi penelitian sudah dapat dilakukan setelah diperoleh dua catatan. Estimasi nilai ripitabilitas dengan metode antar kelas berbeda dengan estimasi nilai ripitabilitas berdasarkan lebih dari dua catatan diduga disebabkan karena perbedaan tipe kelahiran yakni pada kelahiran pertama, kelompok induk pada umumnya induk melahirkan anak kembar. Pada umumnya kambing melahirkan cempe tipe tunggal pada kelahiran pertama tetapi pada kelahiran kedua dan selanjutnya melahirkan tipe kembar (Hardjosubroto, 1994). Ripitabilitas bobot sapih kambing Boerawa hasil penelitian ini lebih tinggi daripada yang dilaporkan Oktora et al. (2007) yaitu 0,30±0,21 tetapi lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Sulastri Tabel 2. Estimasi nilai ripitabilitas sifat pertumbuhan dan salah bakunya (repeatability estimation of growth characters and standard error) Ripitabiltas (repeatability) Sifat (trait) Korelasi dalam kelas n (intra class correlation) n Bobot lahir (birth weight) 96 0,80±0,22 238 0,42±0,07 Bobot sapih (weaning weight) 96 0,70±0,33 238 0,32±0,08 Bobot setahunan (yearling weight) 96 0,30±0,10 238 0,30±0,08 PsbS a 96 0,70±0,30 238 0,30±0,08 PstS b 96 0,40±0,12 238 0,53±0,06 PsbS a = pertumbuhan sebelum sapih (preweaning growth) PstS b = pertumbuhan setelah sapih (postweaning growth) n = jumlah data (number of data) Korelasi antar kelas (between class correlation)

dan Qisthon (2007) yaitu 0,33±0,69. Ripitabilitas bobot setahunan pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Oktora et al. (2007) yaitu 0,28±0,33. Nilai ripitabilitas pertumbuhan sebelum sapih yang diestimasi dalam penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Oktora et al. (2007) yakni 0,32+0,27. Nilai ripitabilitas pertumbuhan setelah sapih yang diestimasi dalam penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Oktora et al. (2007) yaitu 0,29±0,38. Perbedaan nilai estimasi ripitabilitas sifat pertumbuhan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disebabkan karena perbedaan populasi yang diestimasi parameter genetiknya. Estimasi korelasi genetik Estimasi korelasi genetik bobot lahir dengan bobot sapih, bobot lahir dengan bobot setahunan, bobot sapih dengan bobot setahunan, dan pertumbuhan sebelum sapih dengan pertumbuhan setelah sapih disajikan pada Tabel 3. Metode estimasi nilai korelasi genetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan metode yang digunakan dalam estimasi nilai heritabilitas. Pada prinsipnya metode estimasi heritabilitas sama dengan metode estimasi korelasi genetik (Becker, 1992; Cunningham, 1969). dengan bobot sapih dan bobot sapih dengan bobot setahunan yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak dan metode pola tersarang termasuk dalam kategori tinggi. Nilai korelasi genetik termasuk kategori tinggi apabila berada pada kisaran 0,30 sampai 1,00 (Warwick et al., 1990). Nilai korelasi genetik dan salah baku antara bobot lahir dengan bobot sapih dan bobot sapih dengan bobot setahunan yang diestimasi dengan metode pola tersarang lebih tinggi daripada yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak. Hal tersebut disebabkan karena dalam estimasi korelasi genetik dengan metode pola tersarang melibatkan ragam genetik aditif, peragam antar genetik aditif, dan pengaruh maternal sehingga memperbesar nilai korelasi genetik. Salah baku yang lebih tinggi disebabkan oleh terlibatnya gen-gen lain selain gen aditif sehingga memperbesar bias nilai korelasi genetik (Becker, 1992). Terdapatnya korelasi antara bobot lahir dengan bobot sapih, bobot lahir dengan bobot setahunan, bobot sapih dengan bobot setahunan, dan pertumbuhan sebelum sapih dengan pertumbuhan setelah sapih karena sifat-sifat tersebut memiliki hubungan timbal balik. Korelasi berarti hubungan timbal balik atau asosiasi, yaitu saling bergantungnya dua variabel, namun tidak berarti adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel tersebut (Astuti, 2007). dengan bobot sapih dan bobot sapih dengan bobot setahunan yang diestimasi dengan metode korelasi saudara tiri sebapak lebih andal daripada yang diestimasi dengan metode pola tersarang karena memiliki salah baku yang lebih rendah, dengan demikian memiliki bias yang rendah. Korelasi genetik dengan salah baku yang lebih rendah menunjukkan lebih rendahnya bias nilai tersebut sehingga lebih andal untuk digunakan dalam seleksi (Becker, 1992). dengan bobot sapih dan bobot sapih dengan bobot setahunan termasuk kategori tinggi yang berarti bahwa semakin tinggi bobot lahir maka semakin Tabel 3. Estimasi korelasi genetik sifat pertumbuhan dan salah bakunya (genetic correlation estimation of growth characters and standard error) Sifat (trait) Korelasi genetik (genetic correlation) n Pola tersarang (nested) Korelasi saudara tiri sebapak (paternal halfsib correlation) BL-BS (BW-WW) 238 0,57±0,13 0,50±0,04 BS-BY (BW-BY) 238 0,60±0,10 0,44±0,08 BL-BY (BW-BY) 238 0,14±0,20 0,21±0,03 PsbS a - PstS b 238 0,13±0,19 0,20±0,05 PsbS a = pertumbuhan sebelum sapih (preweaning growth) PstS b = pertumbuhan setelah sapih (postweaning growth) n = jumlah data (number of data) BL-BS = korelasi genetik antara berat lahir dengan berat sapih (genetic correlation between birth weight and weaning weight) BS-BY = korelasi genetik antara berat sapih dengan berat setahunan (genetic correlation between weaning weight and yearling weight) BL-BS = korelasi genetik antara berat lahir dengan berat setahunan (genetic correlation between birth weight and yearling weight) PsbS a - PstS b = korelasi genetik antara pertumbuhan sebelum sapih dengan pertumbuhan setelah sapih (genetic correlation between preweaning growth and postweaning growth)

Veronika Yuneriati Beyleto et al. Estimasi Parameter Genetik Sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa tinggi pula bobot sapih ternak dan semakin tinggi bobot sapih akan semakin tinggi bobot setahunan. Ternak dengan bobot lahir yang tinggi akan menghasilkan bobot sapih yang tinggi pula (Bijma, 2006). Namun demikian bobot lahir tidak digunakan dalam kriteria seleksi sebab akan mengakibatkan dystocia. Korelasi antara dua sifat dengan nilai positif dan tinggi menunjukkan bahwa banyak gen yang sama yang mempengaruhi dua sifat (Lasley, 1978). Seleksi untuk meningkatkan suatu sifat secara tidak langsung akan meningkatkan sifat lain yang berkorelasi genetik positif dengan sifat yang diseleksi (Lasley, 1978; Warwick et al., 1990). Estimasi korelasi genetik antara bobot lahir dengan bobot setahunan dan pertumbuhan sebelum sapih dengan pertumbuhan setelah sapih termasuk kategori positif sedang. Nilai korelasi genetik termasuk dalam kategori positif sedang apabila nilainya 0,01 sampai 0,03 (Warwick et al., 1990). dengan bobot setahunan dan pertumbuhan sebelum sapih dengan pertumbuhan setelah sapih lebih rendah dari nilai korelasi genetik lainnya dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena pengaruh maternal yaitu suplai pakan yang diperoleh melalui induk. Bobot lahir dan pertumbuhan sebelum sapih masih dipengaruhi oleh faktor maternal sedangkan bobot setahunan pertumbuhan setelah sapih sudah tidak dipengaruhi lagi oleh faktor maternal (Edey, 1983). Berdasarkan besarnya salah baku, estimasi korelasi genetik dengan metode korelasi saudara tiri sebapak lebih andal dari estimasi korelasi genetik dengan metode pola tersarang. Korelasi genetik dengan salah baku yang lebih rendah menunjukkan lebih rendahnya bias nilai tersebut sehingga lebih andal untuk digunakan dalam seleksi (Becker, 1992; Falconer dan Mackay, 1996). Nilai estimasi korelasi genetik antara pertumbuhan sebelum sapih dengan pertumbuhan setelah sapih yang diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Oktora et al. (2007) yaitu 0,58+0,22. Hal ini disebabkan karena perbedaan populasi yang diestimasi parameter genetiknya. Estimasi korelasi korelasi genetik hanya dapat diterapkan pada populasi dan waktu tertentu (Warwick et al., 1990). Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu nilai heritabilitas dan ripitabilitas sifat pertumbuhan pada kambing Boerawa termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan nilai korelasi genetik termasuk kategori sedang sampai tinggi. Estimasi heritabilitas dan korelasi genetik sifat pertumbuhan dengan metode korelasi saudara tiri sebapak lebih andal daripada dengan metode pola tersarang. Estimasi nilai ripitabilitas sifat pertumbuhan dengan metode antar kelas lebih andal daripada dengan metode intra kelas. Daftar Pustaka Astuti, M. 2007. Pengantar Ilmu Statistik untuk Peternakan dan Kesehatan Hewan. Binasti Publisher. Bogor. Becker, A. 1992. Manual of Quantitative Genetics. 5 th ed. Academic Enterprises, Pullman, USA. Bijma, P. 2006. Estimating maternal genetic effects in livestock. J. Anim. Sci. 84:800-806. Chapman, A.B. 1985. General and Quantitative Genetics. New York. Cunningham, E.P. 1969. Animal Breeding Theory. Institute of Animal Genetics and Breeding, Oslo. Dalton, D.C. 1980. An Introduction to Practical Animal Breeding. 2 nd ed. English Language Book Society. New York. Edey, T.N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australia University International. Canberra. Elrod, S. dan W. Stansfield. 2007. Genetika. Erlangga. Jakarta. Falconer, R.D. and T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Longman. Malaysia. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grassindo. Jakarta. Lasley, J.F. 1978. Genetics of Livestock Improvement. 3 rd ed. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Nurgiartianingsih, V.M.A., A. Budiarto, G. Ciptadi, T. Djoharjani, and M. Nasich, I. 2006. Birth weight and litter size of crossbreed between Boer and Local Indonesian goat. Proc. of The 4 th ISTAP Animal Production and Sustainable Agriculture in The Tropic. Faculty of Animal Science, Gadjah Mada University. Oktora, R.A., Dakhlan, dan Sulastri. 2007. Estimasi parameter genetik sifat-sifat pertumbuhan kambing Boerawa di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Kumpulan Abstrak Jurusan Produksi Ternak Universitas Lampung, Lampung. Pattie, W.A. and J.W. James. 1985. Principles of Applied Animal Breeding. Queensland, Australia. Sulastri. 2001. Estimasi parameter genetik sifat pertumbuhan dan hubungan antara sifat kualitatif dengan kuantitatif pada kambing Peranakan Etawah di Unit Pelaksana Teknis Ternak Singosari. Tesis. Program Pasca

Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sulastri dan A. Qisthon. 2007. Nilai pemuliaan sifat-sifat pertumbuhan kambing Saburai Fillial 1 sampai dengan grade 4 pada tahapan grading up kambing Peranakan Etawah betina oleh pejantan Boer. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tosh, J.J. and R.A. Kemp. 1994 Estimasion of variance components for lamb weights in three sheep populations. J. Anim. Sci. 72:1184-1190. Turner, H.N. and S.S.Y. Young. 1969. Quantitative Genetic in Sheep Breeding. Cornell University Press. Hongkong. Warwick, E.J., J.M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.