PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

dokumen-dokumen yang mirip
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2014 SEBESAR 4,24 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

Transkripsi:

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 2,93 persen terhadap triwulan IV tahun 2012 (q-to-q). Pertumbuhan ini terutama karena sektor pertanian menguat akibat siklus panen raya. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 58,39 persen karena produksi tanaman bahan makanan meningkat sangat signifikan (90,56 persen) akibat faktor musim; sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor konstruksi yang berkontraksi sebesar 27,75 persen. Sektor pertanian memberikan andil terbesar (7,60 persen) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I tahun 2013(q-to-q), sedangkan sektor konstruksi memberikan andil terendah (-3,45 persen). PDRB DIY pada triwulan I tahun 2013 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 5,06 persen. Sumber pertumbuhan tersebut terutama oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang melaju hingga 7,04 persen (y-on-y). Nilai nominal PDRB DIY pada triwulan I tahun 2013 mencapai Rp 15,52 triliun atas dasar harga berlaku dan nilai riilnya sebesar Rp 6,15 triliun atas dasar harga konstan 2000. Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian DIY pada triwulan I tahun 2013 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 19,61 persen; kemudian diikuti sektor jasajasa (18,74 persen); sektor pertanian (18,59 persen); dan sektor industri (13,50 persen); sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,64 persen. Pada sisi penggunaan, komponen pembentukan modal tetap bruto secara riil mengalami kontraksi sebesar 18,65 persen pada triwulan I tahun 2013 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2013 (q-to-q). Kemudian diikuti oleh konsumsi pemerintah yang menurun sebesar 15,68 persen. Sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 0,80 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012 (y-on-y) terjadi peningkatan pada komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi pemerintah, masing-masing naik sebesar 6,08 persen; 7,22 persen dan 8,09 persen. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/TH. XV, 6 Mei 2013 1

1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2013 Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan I tahun 2013 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2012 (q-to-q) meningkat sebesar 2,93 persen, melaju dibanding laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,03 persen. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2013 sebesar 2,93 persen tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 58,39 persen. Sektor ini didominasi oleh tanaman bahan makanan, sehingga pergerakan tanaman bahan makanan berpengaruh secara signifikan. Pada triwulan I 2013, subsektor tanaman bahan makanan khususnya komoditi padi dan palawija mengalami siklus musim panen raya dengan pertumbuhan mencapai 90,56 persen. Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2012 sampai Triwulan I 2013 (Persen) 8,00 7,07 6,00 4,00 5,97 4,14 4,07 4,28 2,93 5,06 2,00 2,16 2,03 0,00 Tw1 2012 Tw2 2012 Tw3 2012 Tw4 2012 Tw1 2013-2,00-3,94 q-to-q y-on-y -4,00 Selain sektor pertanian, sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan memberi andil positif dengan pertumbuhan masing-masing 1,88 persen; 1,09 persen serta 0,36 persen. Pertumbuhan industri makanan yang cukup signifikan (2,26 persen) serta beberapa golongan industri seperti tekstil dan pakaian jadi, barang cetakan, barang galian bukan logam, barang kimia serta peralatan mendorong pertumbuhan sektor industri. Pertumbuhan listrik hanya disebabkan oleh semakin tingginya permintaan konsumen. Sedangkan pertumbuhan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan terutama karena pertumbuhan perbankan yang cukup signifikan (2,85 persen). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap peranan mediasi perbankan semakin besar. Selain keempat sektor tersebut memberi andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2013. Sektor yang memberi andil negatif terbesar terhadap pertumbuhan triwulan I 2013 (q-to-q) adalah sektor konstruksi yang berkontraksi sebesar 27,75 persen. Pertumbuhan negatif sektor konstruksi merupakan pola musim karena setelah maraknya pada triwulan IV 2012 akibat 2 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013

penyelesaian pembangunan infrastruktur pelayanan publik dari anggaran pemerintah (APBN/APDB), pada saat ini masih dalam proses perencanaan, kendati ada beberapa pembangunan jalan layang dan hotel. Demikian pula halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kontraksi sebesar 4,43 persen disebabkan kembali normalnya kegiatan sektor ini pasca Hari Raya Natal dan Tahun Baru pada triwulan sebelumnya. DIY sebagai salah satu destinasi wisata nasional menjadi sangat ramai dikunjungi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri, pada saat banyaknya hari libur. Lesunya sektor perdagangan, hotel dan restoran berdampak pada kurang bergairah pula sektor pengangkutan dan komunikasi, sehingga sektor tersebut juga berkontraksi sebesar 3,23 persen. Sektor jasa-jasa yang masih didominasi oleh subsektor pemerintahan umum menurun sebesar 0,92 persen disebabkan pasca tutup anggaran, kegiatan pemerintahan umum pada triwulan I lebih bersifat persiapan atau perencanaan. Sedangkan penurunan sektor pertambangan dan penggalian disebabkan sudah semakin berkurangnya produksi pasca erupsi Gunung Merapi. Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen) Lapangan Usaha Tw I 2013 thd Tw IV 2012 (q-to-q) Tw I 2013 thd Tw I 2012 (y-on-y) Andil Pertumbuhan q-to-q Andil Pertumbuhan y-on-y (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 58,39-2,72 7,60-0,59 2. Pertambangan dan Penggalian -3,16 5,05-0,02 0,03 3. Industri Pengolahan 1,88 8,78 0,24 1,06 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,09 4,58 0,01 0,04 5. Konstruksi -27,75 8,08-3,45 0,68 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran -4,43 7,04-0,97 1,40 7. Pengangkutan dan Komunikasi -3,23 7,22-0,37 0,75 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 0,36 7,44 0,04 0,73 9. Jasa-jasa -0,92 5,85-0,16 0,94 PDRB 2,93 5,06 2,93 5,06 Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 (y-o-y), PDRB triwulan I tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5,06 persen. Hampir seluruh sektor memberi andil positif terhadap pertumbuhan triwulan I 2013, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan sebesar 2,72 persen karena penurunan produksi tanaman bahan makanan yang cukup signifikan (4,04 persen), terutama tanaman padi dan palawija. Penyumbang pertumbuhan y-on-y terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pertumbuhan mencapai 7,04 persen. Diikuti oleh sektor industri pengolahan yang memberi andil pertumbuhan y-o-y pada peringkat kedua dengan pertumbuhan mencapai 8,78 persen dipicu oleh semakin tingginya permintaan. Sektor jasajasa memberi andil pertumbuhan y-o-y pada peringkat ketiga dengan pertumbuhan mencapai 5,85 persen serta sektor pengangkutan dan komunikasi pada peringkat berikutnya dengan pertumbuhan sebesar 7,22 persen. Meskipun sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5,05 persen dan 4,58 persen, andilnya tidak terlampau besar karena kontribusinya dalam pembentukan PDRB cukup rendah. 2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN TRIWULAN I TAHUN 2013 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/TH. XV, 6 Mei 2013 3

Nilai nominal PDRB DIY atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2013 mencapai Rp 15,52 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2012 yang mencapai Rp 14,89 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan I tahun 2013 mencapai Rp 6,15 triliun, meningkat 2,93 persen dibanding triwulan IV tahun 2012 yang mencapai sebesar Rp 5,98 triliun. Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto terbesar pada triwulan I tahun 2013 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp 3,04 triliun, atau mempunyai kontribusi sebesar 19,61 persen terhadap total PDRB. Kemudian, sektor jasa-jasa memberi kontribusi terbesar kedua, yaitu sebesar Rp 2,91 triliun. Diikuti oleh sektor pertanian yang menyumbang sebesar 18,59 persen terhadap PDRB triwulan I 2013. Sektor berikutnya yang memiliki kontribusi lebih dari 10 persen adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, masing-masing mencapai Rp 2,09 triliun dan Rp 1,56 triliun. Kelima sektor tersebut merupakan pemasok utama PDRB DIY yang sangat penting. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 99,75 miliar. Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, kelima sektor utama di atas selain sektor keuangan memberikan nilai tambah bruto terbesar, berturut-turut sebagai berikut: sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 1,25 triliun; sektor pertanian Rp 1,23 triliun; sektor jasajasa Rp 996,51 miliar; dan sektor industri pengolahan Rp 771,11 miliar. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 40,75 miliar (Tabel 2). Tabel 2. PDRB DIY menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Tw IV 2012 Tw I 2013 Tw IV 2012 Tw I 2013 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 1.775.854,97 2.884.089,92 777.371,50 1.231.250,66 2. Pertambangan dan Penggalian 101.026,84 99.746,60 42.084,96 40.754,65 3. Industri Pengolahan 2.028.316,10 2.094.419,06 756.915,34 771.112,59 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 184.412,04 193.128,17 55.101,33 55.702,75 5. Konstruksi 2.022.396,57 1.496.348,47 742.144,47 536.231,84 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.097.398,13 3.042.232,56 1.303.842,18 1.246.098,00 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.281.950,06 1.237.631,09 675.382,05 653.541,31 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perush. 1.525.790,88 1.561.180,00 616.763,41 618.989,51 9. Jasa-jasa 2.872.164,83 2.907.615,96 1.005.791,41 996.508,75 PDRB 14.889.310,42 15.516.391,83 5.975.396,66 6.150.190,06 2. STRUKTUR PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN I TAHUN 2013 DAN TRIWULAN I TAHUN 2012 Struktur PDRB DIY pada triwulan I tahun 2013, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012, menunjukkan bahwa peranan sektor industri; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa meningkat. Sebaliknya, sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; serta 4 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013

sektor pengangkutan dan komunikasi justru menurun peranannya. Peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat cukup signifikan, yaitu dari 18,94 persen pada triwulan I tahun 2012 menjadi 19,61 persen pada triwulan I tahun 2013, terutama karena pertumbuhan volume perdagangan dan restoran yang semakin ramai. Peranan sektor industri juga meningkat cukup signifikan, dari 12,85 persen pada triwulan I 2012 menjadi 13,50 persen pada triwulan I 2013. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya permintaan barang-barang konsumsi yang dihasilkan oleh kinerja industri mikro dan kecil (IMK) hingga mencapai 7,09 persen. Sedangkan peran sektor konstruksi meningkat dari 9,20 persen pada triwulan I 2012 menjadi 9,64 persen pada triwulan I 2013, karena semakin maraknya pembangunan konstruksi prasarana fisik pendukung pariwisata seperti jalan layang. Sebaliknya, peran sektor pertanian yang menurun cukup signifikan, yaitu dari 20,42 persen pada triwulan I tahun 2012 menjadi 18,59 persen pada triwulan I tahun 2013. Penurunan peran tersebut disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan produksi tanaman bahan makanan yang mencapai 4,04 persen. Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Tw I 2012 Tw I 2013 Perbedaan (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian 20,42 18,59-1,83 2. Pertambangan dan Penggalian 0,65 0,64-0,01 3. Industri Pengolahan 12,85 13,50 0,65 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,28 1,24-0,04 5. Konstruksi 9,20 9,64 0,44 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,94 19,61 0,67 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,22 7,98-0,24 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9,84 10,06 0,22 9. Jasa-jasa 18,61 18,74 0,13 PDRB 100,00 100,00 0,00 3. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN I TAHUN 2013 Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor, impor dan lainnya (gabungan antara konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori dan diskrepansi statistik/residual). Memasuki triwulan I tahun 2013 (q-to-q), komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan ekspor menunjukkan pertumbuhan positif. Sedangkan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, komponen pembentukan modal tetap bruto serta impor menunjukkan pertumbuhan negatif. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang merepresentasikan investasi fisik mencatat kontraksi terbesar yaitu 18,65 persen. Penurunan ini terjadi karena pada triwulan IV 2012 merupakan momen tutup anggaran, sehingga banyak proyek prasarana pemerintah baik fisik maupun non fisik yang diselesaikan pada triwulan ini, sedangkan pada triwulan I tahun 2013 proyek-proyek yang didanai oleh pemerintah (APBN/APBD) belum dilaksanakan atau masih dalam proses perencanaan. Demikian pula dengan pengeluaran konsumsi pemerintah yang menurun sebesar 15,68 persen, karena kegiatan untuk belanja barang ATK (alat tulis kantor) termasuk belanja perjalanan, Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/TH. XV, 6 Mei 2013 5

pemeliharaan, dan pengeluaran lain yang bersifat rutin pada triwulan I tahun 2013 belum dilaksanakan atau masih dalam proses pengajuan tender lelang (Tabel 4). Komponen konsumsi rumah tangga tercatat pada triwulan I tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,80 persen, lebih lambat dari pada pertumbuhan triwulan IV tahun 2012 yang sebesar 1,40 persen. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi makanan pasca perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Tabel 4. Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen) Komponen Penggunaan Tw I 2013 thd Tw IV 2012 (q-to-q) Tw I 2013 thd Tw I 2012 (y-on-y) Andil Pertumbuhan q-to-q Andil Pertumbuhan y-on-y (1) (2) (3) (4) (5) 1. Konsumsi Rumah tangga 0,80 6,08 0,39 2,85 2. Konsumsi Pemerintah -15,68 8,09-3,42 1,41 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -18,65 7,22-5,56 1,67 4. Ekspor 5,86 7,31 2,59 3,25 5. Impor -7,29 9,10-3,33 3,60 6. Lainnya *) 365,15-6,57 5,60-0,51 PDRB 2,93 5,06 2,93 5,06 *) Termasuk Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual) Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012 (y-on-y), semua komponen penggunaan meningkat. Komponen yang mengalami peningkatan sebagai berikut: konsumsi rumah tangga 6,08 persen; konsumsi pemerintah 8,09 persen; pembentukan modal tetap bruto 7,22 persen; ekspor meningkat 7,31 persen serta impor 9,10 persen. Pertumbuhan komponen-komponen penggunaan tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir semakin bergairah (Tabel 4). Tabel 5. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan I Tahun 2013 Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (%) (1) (2) (3) (4) 1. Konsumsi Rumah tangga 7.960.965 2.914.209 51,31 2. Konsumsi Pemerintah 3.648.639 1.099.683 23,51 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4.315.181 1.447.830 27,81 4. Ekspor 6.677.368 2.790.981 43,03 5. Impor 8.447.229 2.528.814 54,44 6. Lainnya *) 1.361.468 426.301 8,77 PDRB 15.516.392 6.150.190 100,00 *) Termasuk Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual) Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai nominal PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 7,96 triliun atau 51,31 persen terhadap total PDRB DIY. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk kegiatan investasi fisik (PMTB) sebesar Rp 4,32 triliun atau 6 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013

27,81 persen terhadap total PDRB. Kemudian nilai PDRB yang digunakan untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp 3,65 triliun atau 23,51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa bagian terbesar PDRB masih digunakan untuk keperluan konsumsi, belum mengarah pada investasi yang dapat menyerap tenaga kerja. Bahkan sebagian kebutuhan konsumsi masih dipasok dari impor yang melebihi nilai ekspor, sehingga ekspor neto DIY justru negatif. 4. PERBANDINGAN NILAI PDRB ANTAR PROVINSI Pada Tabel 6 terlihat kontribusi PDRB provinsi di wilayah Jabalnusra terhadap total 33 provinsi pada triwulan I 2012 tercatat kontribusi terhadap total perekonomian regional mayoritas berasal dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa, yaitu 57,80 persen. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan provinsi-provinsi penyumbang kue ekonomi terbesar, masing-masing 16,46 persen; 14,99 persen; 13,88 persen; serta 8,39 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Provinsi D.I. Yogyakarta dengan kontribusi hanya 0,87 persen memiliki peringkat terendah di Pulau Jawa. Hal ini dapat dimaklumi karena luas wilayah DIY relatif kecil dan dalam perkembangannya merupakan daerah pusat pendidikan dan kebudayaan sehingga tidak banyak aktivitas ekonomi yang berskala besar berlokasi di wilayah ini. Secara nasional, laju pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa hanya sebesar 1,77 persen (q-to-q) dan 6,22 persen (y-on-y). Provinsi Tabel 6. Ringkasan PDRB Triwulan I 2013 Beberapa Provinsi Di Indonesia PDRB Tw I 2013 (miliar Rp) Pertumbuhan Tw I 2013 (%) Kontribusi (%) ADHB ADHK Q to Q Y on Y C to C Thd Pulau Thd 33 Prov (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SUMATERA 428.153.637,87 134.848.263,45 0,83 5,38 5,38 100,00 23,99 JAWA 1.031.667.253,87 398.202.711,10 1,77 6,22 6,22 100,00 57,80 11. DKI Jakarta 293.812.189,87 115.908.355,85-0,03 6,49 6,49 28,48 16,46 12. Jawa Barat 247.795.277,47 93.562.432,13 1,47 5,94 5,94 24,02 13,88 13. Banten 57.336.692,29 25.714.932,51 1,26 5,76 5,76 5,56 3,21 14. Jawa Tengah 149.714.626,45 55.229.478,74 6,32 5,71 5,71 14,51 8,39 15. DI Yogyakarta 15.516.391,83 6.150.190,06 2,93 5,06 5,06 1,50 0,87 16. Jawa Timur 267.492.075,95 101.637.321,81 1,82 6,62 6,62 25,93 14,99 BALI NUSRA 44.385.123,70 16.648.307,27-2,35 5,85 5,85 100,00 2,49 17.Bali 22.499.384,76 8.430.078,79-0,33 6,71 6,71 50,69 1,26 18.Nusa Tenggara Barat 12.666.301,42 4.746.971,85-3,77 4,70 4,70 28,54 0,71 19.Nusa Tenggara Timur 9.219.437,52 3.471.256,63-5,11 5,37 5,37 20,77 0,52 KALIMANTAN 158.591.665,57 52.425.954,58-1,82 2,56 2,56 100,00 8,89 SULAWESI 83.823.558,02 31.818.294,00-2,46 8,47 8,47 100,00 4,70 MALUKU dan PAPUA 38.198.579,16 11.464.125,79 0,26 11,77 11,77 100,00 2,14 33 PROVINSI 1.784.819.818,18 645.407.656,19 0,92 5,93 5,93 100,00 100,00 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/TH. XV, 6 Mei 2013 7

PENJELASAN TEKNIS Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah : a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah; c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah; dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun). Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side c. Pendapatan Income side Penyajian PDRB: a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000. Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi. Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi. Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth). Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth). Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth). Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya. 8 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013