BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Depkes, 2008). Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan subtropis juga dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles (Harmendo, 2008). Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2011, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38 ribu kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 70% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/kota merupakan daerah endemis malaria (MenKes RI, 2011:1). 1
Pada tahun 2008 terdapat sekitar 266.000 kasus malaria positif; tahun 2009 turun menjadi 199.000 kasus dan tahun 2010 meningkat sebanyak 229.819 kasus. Malaria sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria (Depkes, 2008). Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah Plasmodium Vivax yang menyebabkan Malaria Vivax atau disebut juga Malaria Tertiana Benigna (jinak). Selain itu ada Plasmodium Falciparum yang menyebabkan Malaria Falciparum atau Malaria Tertiana yang Maligna (ganas) atau Malaria Tropika yang menyebabkan demam setiap hari. Plasmodium Malariaea menyebabkan Malaria Kuartana atau Malaria Malariae yang jarang ditemukan di Indonesia. Plasmodium Ovale jarang terjadi di Indonesia, namun pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, Pulau Timor, dan Pulau Owi (Utara Irian Jaya) (Harijanto, 2000). Seorang penderita malaria dapat mengidap lebih dari satu jenis Plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis, seperti campuran antara Plasmodium Falciparum 2
dengan Plasmodium Vivax atau Plasmodium Malariae. Infeksi campuran ini biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya (Depkes, 2008). Papua merupakan daerah endemik tinggi malaria. Di Papua ada 4 macam tipe malaria, yaitu Malaria Tropika, Malaria Tertiana, Malaria Campuran, dan Malaria Klinis. Dari data tahun 2009-2011 penyakit malaria di Papua tidak pernah mengalami penurunan yang signifikan. Tahun 2009 pengidap malaria di Papua terdapat 183.037 (Malaria Tropika 47.029, Malaria Tertiana 50.787, Malaria Campuran 4.186, Malaria Klinis 81.035). Tahun 2010 sebanyak 176.791 kasus (Malaria Tropika 50.168, Malaria Tertiana 34.840, Malaria Campuran 4.737, Malaria Klinis 87.046). Tahun 2011 dengan 187.287 kasus (Malaria Tropika 52.009, Malaria Tertiana 37.000, Malaria Campuran 4.950 dan Malaria Klinis 93.328). Dari data ini, menunjukan jika penyebaran penyakit malaria di Papua belum mengalami perubahan yang baik, dan malah semakin bertambah (Papua dalam Angka, 2011). Kabupaten Intan Jaya adalah salah satu kabupaten pemekaran di provinsi Papua yang berada pada ketinggian ± 2.000 meter dari permukaan laut. Kabupaten Intan Jaya 3
baru dimekarkan dalam 4 tahun terakhir dan memiliki 6 Kecamatan yaitu Homeyo, Sugapa, Hitadipa, Agisiga, Biandoga, dan Wandai. Kabupaten Intan Jaya berpenduduk 40.490 jiwa, terdiri dari 20.745 laki-laki dan 19.745 perempuan. Di kabupaten ini terdapat 6 puskesmas dan belum memiliki rumah sakit. Tenaga kesehatan di kabupaten ini pun sangat terbatas, karena tenaga medis kabupaten ini seperti dokter, masih bergantung pada status kabupaten sebelum pemekaran (Papua dalam Angka, 2010). Pada daerah pedalaman Intan jaya penyakit Malaria sangat jarang terjadi. Namun pada bulan Mei Tahun 2010, terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di sebuah kecamatan yang ada di kabupaten ini, yaitu Kecamatan Homeyo, di 6 desa yaitu; desa Degesiga, Bamba, Nggambema, Jumbai, Maya dan Ogeapa. Terdapat 142 kasus malaria dan 36 orang meninggal (Dinas Kesehatan dan Sosial Kab. Intan Jaya 2010). Dalam wawancara singkat dengan Bapak A, yang bekerja sebagai pegawai Dinas Kesehatan di Intan Jaya mengatakan, jika di kabupaten ini ada dua macam penyakit yang banyak ditemui di tengah masyarakat yaitu penyakit ISPA dan Malaria. Namun demikian, Malarialah yang paling 4
berbahaya, dengan kematian tinggi dari tahun 2010. Bapak A juga mengatakan kurang baiknya sarana dan prasarana transportasi di Intan Jaya, menyebabkan susahnya daerah tersebut mendapat bantuan medis (wawancara Selasa 11 Desember 2012) Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit Malaria di Kabupaten Intan Jaya Papua. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat dilihat fokus masalah yaitu penulis ingin mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit malaria di Kabupaten Intan Jaya Papua. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian adalah faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penyebaran malaria di Kabupaten Intan Jaya Papua. 1.4 Tujuan Penelitian 5
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyebaran penyakit malaria di kabupaten Intan Jaya Papua. 1.5 Manfaat Penelitian a. Pendidikan Keperawatan Secara akademis dapat menambah wawasan keilmuwan bagi pendidikan keperawatan, dalam perspektif epidemiologi malaria. b. Masyarakat Memberikan informasi lewat penulisan bagi masyarakat dalam memahami penyakit malaria dan faktor-faktor penyebab penyebarannya. c. Peneliti Menjadi pengalaman belajar dalam melakukan penelitian dan penulisan ilmiah. 6