BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

BAB I PENDAHULUAN menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan. menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dituntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah pada tahun 1999, yaitu sejak

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 26 TAHUN 2012 TENTANG

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G P A J A K R E S T O R A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum juga terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Pasal 18 ayat (1)

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, membayar pajak merupakan salah satu kewajiban dalam. mewujudkan peran sertanya dalam membiayai pembangunan secara

Oleh: M. Husyain HMS dan Budiastuti Fatkar 1. Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN. yang luas, nyata dan bertanggung jawab Kepada Daerah secara profesional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

diungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR. 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR. pembangunan dalam suatu Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi total di seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia telah menciptakan suatu kehidupan masyarakat madani, menculnya suatu sistem pemerintahan yang lebih baik, serta memunculkan sikap keterbukaan dalam politik dan kehidupan sosial, sehingga memudahkan proses pengembangan serta pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan daerah serta kemakmuran rakyat. Sehingga dikeluarkanlah suatu kebijakan untuk menyelenggarakan kegiatan otonomi daerah. Dimana pemerintah menghendaki agar setiap daerah dapat mengatur daerahnya sendiri serta dapat mencari sumber pendanaannya sendiri secara mandiri. Sejarah penyelenggaraan Pemeritahan Republik Indonesia menunjukkan bahwa otonomi daerah merupakan salah satu sendi penting penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 khususnya dalam Pasal 18 huruf B, merupakan landasan yang kuat peyelenggaraan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah, sebagaimana tertuang dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Amandemen UUD 1945 yang menyebutkan bahwa: 1 (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap 1 M. Busrizalti, Hukum Pemda Otonomi Daerah dan Implikasinya, Total Media, Yogyakarta, 2013, hlm 2. 1

provinsi kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2 Pembentukan daerah otonom ini bertujuan agar setiap daerah dapat mengurus sendiri rumah tangga daerahnya. Salah satunya dengan memberikan kewenangan dalam bidang keuangan. Diharapkan daerah dapat membuat kebijakan dalam bidang keuangan sehingga dapat melakukan pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah, pertanggung jawaban serta pengawasan keuangan daerah, serta mengadakan anggaran pendapatan dan belanja daerah beserta perhitungannya. Pendapatan daerah merupakan faktor yang berperan sangat penting untuk menentukan kekuatan keuangan daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan serta pembangunan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah menetapkan bahwa peneriman daerah dalam melaksanakan otonomi daerah adalah terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri dan dapat dikembangkan sesuai dengan kodisi daerah tersebut. 2 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, jakarta, 2012, hlm. 6. 2

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah yang dapat digunakan oleh daerah secara bebas untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pemerintah daerah diharapkan dapat memaksimalkan pendapatan daerahnya sehingga dapat bersaing dengan daerah lain dalam meningkatkan pembangunan. Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah semakin besar seiring dengan banyaknya pengalihan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan, dan dokumentasi (P3D) kepada daerah dalam jumlah besar. Dana perimbangan yang merupakan transfer keuangan oleh pusat kepada daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah, meskipun jumlahnya relatif memadai, namun daerah harus lebih kreatif dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah-nya untuk meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam membelanjakan Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah-nya. 3 Agar terlaksananya hal diatas pemerintah daerah harus dapat mencari sumber biaya untuk mendukung pembiayaan pemerintahan serta pembangunan daerah sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 23 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 285 yang menyatakan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: a. Pendapatan asli daerah 1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah 3. Hasil pengelolaankekayaan daerah yag dipisahkan 3 Adrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah dalam Kerangka Otonomi Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm v (Prakata). 3

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. b. Pendapatan transfer c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan ketentuan diatas pajak daerah merupakan salah satu sumber untuk memenuhi keuangan daerah yang digunakan untuk memenuhi pembiayaan dan pengeluaran daerah. Dan pajak daerah ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi daerah dalam pasal 1 angka 10, Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsuung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka pajak daerah merupakan salah satu sumber penting untuk menunjang pembiayaan dan pemerintahan daerah. Undang-undang ini memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam melaksanakan pemungutan atas pajak daerah dan retribusi daerah yang bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu daerah yang diberikan wewenang hak otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri dalam menunjang pendapatan daerah. Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu mengelola serta memaksimalkan sumber daya yang ada di daerah demi kemajuan daerah itu sendiri. Salah satu upaya 4

Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya adalah melalui pemungutan Pajak Restoran. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Daerah dalam pasal 1 angka 14, yang dimaksud dengan Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh pengusaha restoran. Pelayan yang dimaksud meliputi pelayan penjualan makanan dan/atau minuman yang oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain. Sedangkan dalam pasal 1 angka 15 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Daerah yang termasuk restoran itu meliputi juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Pajak Restoran dipungut dengan cara Self Assesment System yaitu wajib pajak membayarkan sendiri jumlah pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Sebagai salah satu jenis pajak daerah, pajak restoran diharapkan dapat menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tanah Datar. Pajak Restoran dikenakan sebesar 10% dari jumlah pembayaran yang diterima oleh Restoran dan sejenisnya yang penjualannya melebihi Rp. 350.000, (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) per hari. Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh restoran dikalikan dengan tarif pajak restoran. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari petugas Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Tanah 5

Datar, jumlah restoran/rumah makan yang terdaftar berdasarkan verifikasi tahun 2015 adalah sejumlah 127 buah dengan rincian terdaftar sebagai wajib pajak 37 buah dan sebagai bukan wajib pajak 90 buah (Tabel di Lampiran). Namun para wajib pajak tidak membayarkan pajaknya sesuai dengan ketentuan yang telah diatur oleh Perda. Para wajib pajak banyak yang mengelak ketika ditagih pajaknya. Bahkan ada yang merasa tidak sanggup untuk membayar pajak dengan alasan jika mereka menaikkan harga ada kemungkinan menyebabkan menurunnya pendapatan mereka. Bahkan ada wajib pajak yang tetap membayar pajaknya tetapi tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, yakni mereka membayar pajak tidak sebesar 10% dari jumlah pembayaran yang diterimanya. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut dengan memilih judul: PENEGAKAN HUKUM DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN TANAH DATAR. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana penegakan hukum dalam pemungutan pajak restoran di Kabupaten Tanah Datar? 2. Apa yang menjadi kendala dalam penegakan hukum saat pemungutan pajak restoran dan solusi yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Datar? 6

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui pelaksanaan penegakan hukum dalam pemungutan pajak restoran di Kabupaten Tanah Datar. 2. Mengetahui kendala-kendala yang terjadi pada penegakan hukum dalam pemungutan pajak restoran serta solusi untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Datar. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum Pajak. 2. Manfaat Praktis Dapat memberikan sumbangan pikiran untuk masyarakat dan pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam mengoptimalkan pemungutan pajak. E. Metode Penelitian Agar tujuan dan manfaat penelitian ini dapat tercapai sebagaimana telah ditetapkan, maka diperlukan metode sebagai pedoman dalam memperoleh data yang maksimal dalam melakukan penelitia sebagai berikut: 1. Pendekatan masalah 7

Pendekatan masalah yang diterapkan berupa yuridis empiris, yaitu pendekatan masalah melalui penelitian dengan melihat norma-norma atau ketentuan yang berlaku dikaitkan dengan praktek dilapangan. 2. Sifat penelitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan serta menjelaskan suatu keadaan yang diperoleh melalui penelitian di lapangan mengenai Penegakan Hukum Dalam Pemungutan Pajak Restoran Sebagai Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Datar. 3. Sumber dan jenis data a. Data primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam hal ini dilakukan secara purpose sampling yakni melali wawancara secara langsung dengan pihak: 1. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Tanah Datar 2. Wajib pajak restoran b. Data Sekunder Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang bersumber: a. Bahan hukum primer 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 2. Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak 8

Daerah dan Retribusi Daerah 3. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak daerah 4. Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 3 Tahun 2012 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiah) dari kalangan hukum, dan sebagainya. 4 c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukumprimer dan sekunder, misalnya: kamus-kamus (hukum), ensiklopedia, indek kumulatif, dan sebagainya. 5 4. Teknik pengumpulan data a. Wawancara Merupakan tanya jawab mengenai masalah yang akan diteliti dengan pihak-pihak terkait dan menggunakan teknik wawancara 4 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm.114. 5 Ibid. 9

semi terstruktur, karena dalam penelitian ini terdapat beberapa pertanyaan akan peneliti tanyakan kepada nara sumber, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut terlebih dahulu penulis siapkan dalam bentuk point-point. Namun tidak tertutup kemungkinan di lapangan nanti penulis akan menanyakan pertanyaan pertanyaan baru setelah melakukan wawancara dengan narasumber. Wawancara dilakukan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dan Wajib Pajak Restoran yakni beberapa pemilik restoran/rumah makan dan warung nasi di Kabupaten Tanah Datar. b. Studi Dokumen Melihat, meneliti, dan mengumpulkan bahan bahan hukum yang terkait dengan penelitian. 5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, yaitu data yang diperoleh akan diedit terlebih dahulu guna mengetahui apakah data data yang diperoleh tersebut sudah cukup baik dan lengkap untuk mendukung pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. b. Analisis data Analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut, 10

meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. 6 6 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm 107. 11