PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 8 TAHUN 2006

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL.: 8 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. Pol. : Kep / 42 / / tentang

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Nama... NIP Tembusan: 2... *) coret yang tidak perlu **) Tulislah pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan oleh PNS yang berangkutan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA BERACARA BADAN KEHORMATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-07/M.

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

BUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. Pol. : Kep / 43 / IX / 2004 tentang

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014

SURAT USULAN PEMBENTUKAN TIM PEMERIKSA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 8 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia perlu ditetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4168); MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut anggota Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mempunyai kewenangan umum Kepolisian. 2. Komisi Kode Etik Polri yang selanjutnya disebut Komisi adalah suatu wadah yang dibentuk di lingkungan Polri bertugas memeriksa dan menyidangkan pelanggarn Kode Etik Profesi Polri serta pelanggaran pasal 12, pasal 13, dan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang pemberhentian anggota Polri dan pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang peraturan disiplin anggota Polri. 1

3. Pelanggaran Kode Etika Profesi Polri adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh anggota Polri yang bertentangan dengan Kode Etik Profesi Polri. 4. Terperiksa adalah anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan/atau pelanggaran pasal 12, pasal 13, dan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang pemberhentian anggota Polri dan/atau pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang peraturan disiplin anggota Polri. 5. Pendamping adalah seorang anggota Polri yang bukan anggota Komisi ataaupun sebagai saksi yang diajukan oleh Terperiksa untuk memberikan advokasi dan pembelaan. 6. Saksi adalah setiap orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan tentang suatu peristiwa yang berhubungan dengan perkara Terperiksa. 7. Ahli adalah orang yang memiliki keahlian tertentu yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan yang berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri. 8. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang kepada pejabat Polri yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga terjadi pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri. 9. Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat Polri yang berwenang untuk dilakukan pemeriksaan terhadap anggota Polri yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang merugikan dirinya. BAB II SIFAT, PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN Pasal 2 (1) Komisi bersifat otonom, dibentuk berdasarkan kebutuhan dengan surat keputusan oleh pejabat Polri yang berwenang; (2) Pejabat Polri yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Kapolri berwenang membentuk Komisi untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Perwira Tinggi Polri; b. Pada tingkat Mabes Polri, Kapolri melimpahkan wewenang kepada Waka Polri untuk membentuk Komisi dengan menunjuk: 1. Irwasum Polri sebagai Ketua Komisi untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Perwira Menengah Polri; 2. Kadiv Propam Polri sebagai Ketua Komisi untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri oleh Perwira Pertama Polri; 3. Kapus Bin Profesi Div Propam Polri sebagai Ketua Komisi untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Bintara dan Tamtama Polri; c. Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri pada lingkup Mabes Polri yang berpangkat Perwira Menengah Polri, Perwira Pertama Polri, Bintara dan Tamtama yang kesatuannya berkedudukan selain di jalan Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan (Gedung A dan B), Waka Polri melimpahkan wewenang kepada Kepala Kesatuan Kerja (Kasatker) di tempat pelanggar berdinas/bertugas untuk membentuk Komisi; 2

d. Pada Tingkat Kewilayahan, Kapolri melimpahkan wewenang kepada Kapolda, Kapolwil/tabes, Kapoltabes, Kapolres/tro/ta, untuk membentuk Komisi guna memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Perwira Menengah Polri, Perwira Pertama Polri, Bintara, dan Tamtama Polri di Kesatuannya. Pasal 3 (1) anggota Komisi paling sedikit 5 (lima) orang Perwira Polri, paling banyak 7 (tujuh) orang Perwira Polri ditambah 2 (dua) orang Perwira Polri sebagai cadangan: (2) Susunan keanggotaan Komisi terdiri dari: a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota; c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; d. 2 (dua) orang atau 4 (empat) orang Perwira Polri sebagai anggota; e. 2 (dua) orang Perwira Polri sebagai anggota cadangan. (3) Sekretaris sebagaiman dimaksud pada ayat (2) huruf c, dapat menunjuk Pembantu Sekretaris. BAB III TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN Pasal 4 Komisi bertugas menyelenggaraakan sidang untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan pelanggaran pasal 12, pasaal 13, dan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian anggota Polri serta pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. Pasal 5 Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaiman dimaksud dalam pasal 4 berwenang untuk: a. memanggil anggota Polri untuk didengar keterangannya sebagai terperiksa; b. menghadirkan saksi, Ahli dan pendamping untuk didengar keterangannya guna kepentingan pemeriksaan; c. mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Terperiksa, Saksi, Ahli dan Pendamping mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terperiksa; d. memutuskan/menetapkan Terperiksa terbukti atau tidak terbukti melakukan pelanggaran; e. memutuskan/menetapkan sanksi moral sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (2) Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri Etika, jika Terperiksa terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri; f. menjatuhkan sanksi secara alternatif atau komulatif; 3

g. memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (4) Peraturan Kapolri tentang Kodec Etik Profesi Polri, apabila Terperiksa dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf d Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri. (1) Ketua Komisi berkewajiban: Pasal 6 a. melaksanakan koordinasi dengan anggota Komisi untuk mempersiapkan pelaksanaan sidang dengan mempelajari dan meneliti berkas perkara pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan pelanggaran pasal 12, pasaal 13, dan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian anggota Polri serta pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri; b. menentukan jadwal persidangan; c. menentukan saksi-saksi yang perlu didengar keterangannya; d. memimpin jalannya sidang; e. menjelaskan alasan dan tujuan persidangan; f. mengatur anggota Komisi untuk mengajukan pertanyaan kepada Terperiksa, saksi, ahli; g. memberi kesempatan kepada Pendamping Terperiksa untuk mengajukan pertanyaan kepada saksi, ahli dan Terperiksa; h. mempertimbangkan saran, pendapat baik dari anggota Komisi maupun Pendamping untuk merumuskan putusan sidang; i. menandatangani putusan sidang; j. membacakan putusan hasil sidang; k. menandatangani berita acara persidangan (2) Wakil Ketua Komisi berkewajiban: a. membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua Komisi; b. memimpin sidang apabila Ketua Komisi berhalangan; c. mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris Komisi; d. menandatangani berita acara persidangan. (3) Sekretaris Komisi berkewajiban: a. mempersiapkan administrasi keperluan sidang; b. membuat dan mengirimkan surat panggilan kepada Terperiksa, saksi, ahli dan Pendamping yang diperlukan; c. menyusun berita acara persidangan; d. menyiapkan konsep putusan sidang; e. menyampaikan surat putusan sidang kepada Terperiksa; f. membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang kepada satuan atas; g. menandatangani berita acara persidangan. 4

(4) Anggota Komisi berkewajiban: a. mengajukan pertanyaan kepada Terperiksa, saksi, dan ahli untuk kepentingan pemeriksaan; b. mengajukan saran kepada Ketua Komisi baik dimintga atau tidak; c. mengikuti seluruh kegiatan persidangan termasuk melakukan peninjauan di lapangan. (5) Anggota cadangan berkewajiban menggantikan anggota Komisi yang berhalangan. Pasal 7 (1) Anggota Komisi yang tidak setuju terhadap putusan sidang harus tetap menandatangani putusan sidang; (2) Ketidak setujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara persidangan. BAB IV KEANGGOTAAN Pasal 8 (1) Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Tinggi Polri terdiri dari: a. Ketua : Kapolri/Wakapolri; b. Wakil Ketua : Irwasum Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk c. Sekretaris : Kadiv Propam Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk d. Anggota : Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk; e. Anggota Cadangan : Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk. (2) Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Menengah Polri terdiri dari: a. di tingkat Mabes Polri: 1. Ketua : Irwasum Polri; 2. Wakil Ketua : Kadiv Propam Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kapus Bin Prof Polri/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk. b. di tingkat Polda/Polwil/tabes/Poltabes/Polres/tro/ta: 1. Ketua : Wakapolda; 2. Wakil Ketua : Irwasda/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kabid Propam/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk. 5

(3) Pelaksanan sidang Komisi terhadap Perwira Pertama dan Perwira Menengah Polri yang ada di tingkat Polwil/tabes/Poltabes/Polres/tro/ta dapat dilaksanakan di Markas Polda, kesatuan Terperiksa atau tempat lain yang ditunjuk. (4) Keanggotaan Komisi Untuk memeriksa Perfwira Pertama Polri terdiri dari: a. di tingkat Mabes Polri: 1. Ketua : Kadiv Propam Polri; 2. Wakil Ketua : Kapus Bin Prof Polri/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kabid Bin Etika Pusbin Prof Polri/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk. b. di tingkat Polda: 1. Ketua : Irwasda; 2. Wakil Ketua : Kabid Propam/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kasubbid Bin Prof/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk. c. di tingkat Polwil/tabes: 1. Ketua : Wakapolwil/tabes; 2. Wakil Ketua : Kabag Bin/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kasubbag Min/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri yang ditunjuk. d. di tingkat Poltabes/Polres/tro/ta: 1. Ketua : Wakapoltabes/Waka Polres/tro/ta; 2. Wakil Ketua : Kabag Min/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kanit P3D/Perwira Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Polri yang ditunjuk. (5) Anggota Komisi untuk memeriksa Bintara dan Tamtama Polri terdiri dari: a. di tingkat Mabes Polri: 1. Ketua : Kapus Bin Prof Polri; 2. Wakil Ketua : Kabid Bin Etika Pusbin Prof Polri/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kasubbid Gak Etika Pusbin Prof Polri/Perwira Polri yang ditunjuk; 6

4. Anggota : Perwira Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Polri yang ditunjuk. b. di tingkat Polda: 1. Ketua : Kabid Propam; 2. Wakil Ketua : Kasubbid Bin Prof/Perwira Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kaur Bin Etika/Perwira Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Polri yang ditunjuk. c. di tingkat Polwil/tabes: 1. Ketua : Wakapolwil/tabes; 2. Wakil Ketua : Kasubbag Propam/Perwira Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kanit P3D/Perwira Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Polri yang ditunjuk. d. di tingkat Poltabes/Polres/tro/ta: 1. Ketua : Wakapoltabes/Wakapolres/tro/ta; 2. Wakil Ketua : Kabag Min/Perwira Polri yang ditunjuk; 3. Sekretaris : Kanit P3D/Perwira Polri yang ditunjuk; 4. Anggota : Perwira Polri yang ditunjuk; 5. Anggota Cadangan : Perwira Polri yang ditunjuk. Pasal 9 Keanggotaan Komisi untuk memeriksa pelanggaran anggota Mabes Polri yang kesatuannya berada di luar lingkungan Mabes Polri jalan Trunojoyo No 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan (Gedung A dan B) dan pusat pendidikan Polri yang berada dibawah satuan kerja lembaga pendidikan dan pelatihan Polri, susunan anggota Komisinya disesuaikan dengan struktur organisasi masing-masing dengan mengedepankan pengemban fungsi Propam atau Pembinaan Personel. BAB V MEKANISME PENANGANAN PELANGGARAN Bagian Kesatu Penanganan Pelanggaran Kode Etik Pasal 10 (1) Penangannan Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dimulai dengan adanya laporan atau pengaduan yang diajukan oleh: 7

a. masyarakat; b. anggota Polri; c. sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan; (2) Penerimaan laporan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pengemban fungsi Propam disetiap jenjang organisasi Polri, yang selanjutnya melakukan pemertiksaan pendahuluan atas laporan atau pengadfuan dimaksud; (3) Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat bahwa laporan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk dalam katagori pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, maka pengemban fungsi Propam mengirimkan berkas perkara serta mengusulkan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) untuk membentuk Komisi; (4) Pengemban fungsi Propam sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat meminta saran hukum kepada pengemban fungsi pembinaan hukum; (5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi Propam bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah; (6) Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan putusan; (7) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berupa pemberian sanksi administratif oleh Ketua komisi, diajukan kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan) hari sejak putusan sidang dibacakan; (8) Putusan sidang Komisi bersifat final; (9) Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada pejabat yang membentuk. Bagian Kedua Penanganan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dan Pelanggaran Disiplin Pasal 11 (1) Penanganan pelanggaran pasal 12, pasaal 13, dan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian anggota Polri serta pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dilaksanakan apabila ada permintaan resmi oleh atasan Terperiksa kepada fungsi Propam; (2) Permintaan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan berkas yang berisi Berita Acara Perndahuluan yang menjelaskan unsur-unsur pasal yang dilanggar, barang bukti, saksi yang menguatkan terjadinya pelanggaran tersebut; (3) Atas permintaan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengemban fungsi Propam melakukan pemeriksaan berkas dan apabila hasil pemeriksaan diperoleh dugaan kuat Terperiksa dapat diperiksa melalui sidang Komisi, maka pengemban fungsi Propam segera mengirimkan berkas perkara serta mengusulkan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) untuk membentuk Komisi; (4) Pengemban fungsi Propam sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat meminta saran hukum kepada pengemban fungsi pembinaan hukum; 8

(5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi Propam bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah; (6) Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan putusan; (7) Putusan sidang Komisi bersifat final; (8) Putusan sanksi administratif berupa rekomendasi untuk dapat atau tidaknya Diberhentikan Tidak Dengan Hormat atau Dengan Hormat dari dinas Polri (PTDH dan PDH) diajukan oleh Ketua Komisi kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan) hari sejak putusan sidang dibacakan; (9) Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada pejabat yang membentuk. (1) Terperiksa berhak: BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN TERPERIKSA Pasal 12 a. mengetahui susunan keanggotaan Komisi sebelum pelaksanaan sidang; b. menunjuk pendamping; c. menerima dan mempelajari isi berkas perkara baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pendamping, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum dilaksanakan sidang; d. mengajukan pembelaan; e. mengajukan saksi dalam proses pemeriksaan maupun persidangan; f. menerima salinan putusan sidang, 1 (satu) hari setelah putusan sidang dibacakan; g. mengajukan keberatan dalam bentuk tertulis dengan batas waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima salinan putusan dari sidang. (2) Terperiksa berkewajiban: a. memenuhi semua panggilan; b. menghadiri sidang; c. menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Ketua dan anggota Komisi; d. memberikan keterangan untuk memperlncar jalannya sidang Komisi; e. menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Komisi serta berlaku sopan. (3) Terperiksa yang tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus memberikan keterangan yang patut dan wajar. 9

BAB VII TATA TERTIB PERSIDANGAN Pasal 13 (1) Sidang Komisi dilaksanakan di Markas Kepolisian atau ditempat lain yang ditentukan dan terbuka untuk umum; (2) Ruangan untuk kelengkapan persidangan meliputi: a. ruang sidang; b. ruang tunggu anggota Komisi; c. ruang tunggu Terperiksa dan Pendamping; d. ruang tunggu saksi. (3) Perlengkapan ruang sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri dari: a. meja sidang diberi alas berwarna hijau, dengan susunan berbentuk U atau segaris; b. kursi sidang untuk anggota Komisi, Pembantu Sekretaris, Terperiksa, Pendamping, Saksi, dan pengunjung; c. palu sidang dan kelengkapannya; d. papan nama anggota Komisi (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan anggota) dan Pendamping; e. bendera merah putih yang dipasang disebelah kanan dan sejajar dengan kursi Ketua Komisi; f. foto Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. (4) Denah ruang sidang sebagai berikut: a. Ketua Komisi berada didepan bagian tengah; b. Wakil Ketua Komisi berada disamping kanan Ketua Komisi; c. Sekretaris Komisi berada disamping kiri Ketua Komisi; d. anggota Komisi berada di kanan Wakil Ketua Komisi dan sebelah kiri Sekretaris Komisi; e. Terperiksa berhadapan dengan Ketua Komisi; f. Pembantu Sekretaris di sisi kiri Terperiksa; g. Pendamping berada di sisi kanan Terperiksa; h. Pengunjung di belakang Terperiksa/Saksi. (5) Bentuk denah ruang sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disesuaikan dengan kondisi ruangan dalam bentuk segaris atau U. Pasal 14 (1) sidang dilaksanakan dengan khidmat dan tertib; (2) Pakaian dalam persidangan: 10

a. anggota Komisi memakai PDU-4; b. Pembantu Sekretaris memakai PDH; c. Terperiksa memakai PDH; d. Pendamping memakai PDU-4; e. Saksi dari anggota Polri memakai PDH; f. Saksi yang bukan anggota Polri memakai pakaian bebas rapi. (3) Acara sidang, denah ruang sidang, administrasi, format surat-surat, dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan sidang sesuai dengan lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini. BAB VIII ACARA PERSIDANGAN TANPA KEHADIRAN TERPERIKSA Pasal 15 (1) Sidang Komisi tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Terperiksa setelah dipanggil secara sah; (2) Sidang Komisi dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur dalam pasal 10, sedangkan yang dijadikan bahan pemeriksaan adalah berkas perkaraa Terperiksa, surat-surat yang berkaitan, keterangan Saksi/Ahli yang dapat dihadirkan; (3) Sidang Komisi tetap memberikan putusan sidang walaupun Terperiksa tidak hadir dalam persidangan. BAB IX ADMINISTRASI Pasal 16 (1) Putusan Sidang Komisi dapat diumumkan kepada masyarakat; (2) Salinan putusan Sidang Komisi dikirimkan kepada: a. di tingkat Mabes Polri: 1. Irwasum Polri : 1 (satu) berkas 2. De SDM Kapolri : 1 (satu) berkas 3. Kadiv Propam Polri : 1 (satu) berkas 4. Kadiv Binkum Polri : 1 (satu) berkas 5. Atasan Langsung Terperiksa : 1 (satu) berkas b. di tingkat Kewilayahan: 1. Irwasda : 1 (satu) berkas 2. Karo Pers Polda : 1 (satu) berkas 3. Kabid Propam Polda : 1 (satu) berkas 11

4. Kabid Binkum Polda : 1 (satu) berkas 5. Atasan Langsung Terperiksa : 1 (satu) berkas Pasal 17 (1) Salinan Putusan Sidang Komisi disampaikan kepada Pejabat yang membentuk Komisi; (2) Pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan Sidang Komisi atas sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf a dan b Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri merupakan tanggung jawab Kepala Kesatuan Terperiksa, sedangkan terhadap sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf c dan d Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri, Kerpala Kesatuan Terperiksa berkewajiban untuk memproses secara administratif kepada Pejabat Polri yang berwenang; (3) Biaya penyelenggaraan sidang Komisi dibebankan kepada anggaran Polri; (4) Penyelenggaraan keamanan sidang Komisi dipertanggungjawabkan kepada Kepala Kesatuan setempat dimana sidang dilaksanakan. Pada saat Peraturan ini mulai berlaku: BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 1. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: Kep/33/VII/2003 tentang Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; 2. Pelanggaran-pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri yang sedang diperiksa dan belum mendapat keputusan hukuman Kode Etik Profesi Polri yang tetap, penyelesaiannya berlaku ketentuan yang lama. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 12

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 8 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 13

BENTUK DAN ADMINISTRASI BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN SIDANG KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA A. LAPORAN (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI) B. LAPORAN (PELANGGARAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA POLRI, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI) C. PENGADUAN (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI) D. BERITA ACARA PENDAPAT (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI) E. BERITA CARA PENDAPAT (PELANGGARAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA POLRI, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI) F. SURAT USULAN PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK POLRI (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI) G. SURAT USULAN PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK POLRI (PELANGGARAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA POLRI, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI) H. SURAT KEPUTUSAN TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK POLRI I. DAFTAR NAMA KEANGGOTAAN KOMISI KODE ETIK POLRI J. ACARA SIDANG KOMISI KODE ETIK K. TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSA (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI) 14

L. TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSA (PELANGGARAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA POLRI, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI) M. KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK TENTANG PUTUSAN SIDANG KOMISI (TIDAK TERBUKTI) N. KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK TENTANG PUTUSAN SIDANG KOMISI (TERBUKTI DAN PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI) O. KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK TENTANG PUTUSAN SIDANG KOMISI (TERBUKTI DAN PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI) P. SURAT TENTANG SARAN PERTIMBANGAN PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT. Q. DENAH RUANG SIDANG KOMISI (BENTUK SEGARIS) R. DENAH RUANG SIDANG KOMISI (BENTUK U ) 15

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN A PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK Identitas yang dilaporkan: ~ Nama : Pangkat/Nrp : Jabatan : Kesatuan : Identitas pelapor: ~ Nama : Pangkat/Nrp : Jabatan : Kesatuan : Nama, alamat saksi: 1. 2. L A P O R A N Nomor: LP/ / /2012/ Isi laporan :.. dst Tuduhan pelanggaran.. Melanggar pasal.. Kode Etik Profesi Polri. Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di...., tanggal.2012 Pelapor. 16

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN B PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK Identitas yang dilaporkan: ~ Nama : Pangkat/Nrp : Jabatan : Kesatuan : Identitas pelapor: ~ Nama : Pangkat/Nrp : Jabatan : Kesatuan : Nama, alamat saksi: 1. 2. L A P O R A N Nomor: LP/ / /2012/ Isi laporan :.. dst Tuduhan pelanggaran.. Melanggar pasal.. Peraturan Pemerintah Nomor..tahun 2003 tentang.. Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di...., tanggal.2012 Pelapor. 17

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN C PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK Identitas yang dilaporkan: ~ Nama : Pangkat/Nrp : Jabatan : Kesatuan : Identitas pengadu: ~ Nama : Alamat : Nama, alamat saksi: 1. 2. P E N G A D U A N Nomor: / / /2012/ Isi laporan :.. dst Melanggar pasal.. Kode Etik Profesi Polri. Demikian pengaduan ini dibuat dengan sebenarnya di...., tanggal.2012 Yang menerima pengaduan Pelapor. 18

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN D PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK BERITA ACARA PENDAPAT.Pada hari ini..tanggal..bulan..tahun saya:....... Panagkat.Nrp...jabatan..kesatuan.., berdasarkan perintah.. Pangkat... Nrp.., tanggal..untuk memeriksa pelanggaran.yang dilakukan oleh (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan), setelah membaca dan mempelajari serta meneliti berkas perkara pemeriksaan a.n : I. KETERANGAN TERPERIKSA; II. III. 1. Bahwa terperiksa menerangkan.. 2. Riwayat hidup dan Riwayat pekerjaan terperiksaan; a. Lahir. b. Pendidikan umum: ~ tamat.tahun.di.. ~ tamat.tahun.di.. c. Pendidikan Kepolisian: ~ tamat.tahun.di. ~ tamat..tahun.di. d. Riwayat pekerjaan: ~ pada tahun. Bekerja di ~ dst KETERANGAN SAKSI-SAKSI; 1. Nama, umur, pekerjaan, alamat..menerangkan bahwa.. 2. Nama, umur, pekerjaan, alamat..menerangkan bahwa BARANG BUKTI: 1.. 2. IV. KESIMPULAN; 1. Bahwa terperiksa berdasarkan bukti-bukti. 2. dst.. 19

LAMPIRAN D PERATURAN KAPOLRI NO. POL. : 8 TAHUN 2006 V. PENDAPAT: Berdasarkan keterangan terperiksa dan keterangan saksi-saksi dalam Berita Acar Pemeriksaan serta didukung barang bukti yang ada, maka cukup alasan menyangka bahwa terperiksa (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan dan almat), telah melakukan perbuatan.melanggar pasal.perkap Nomor tahun..tentang Kode Erik Profesi Polri. Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan sebenarnya, mengingat sumpah jabatan yang ada sekarang ini, kemudian ditutup dan ditandatangani di Mataram, pada hari ini tanggal.tahun.. Mengetahui KASATKER.. Yang membuat Berita Acara Pendapat... 20

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN E PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK BERITA ACARA PENDAPAT.Pada hari ini..tanggal..bulan..tahun saya:....... Panagkat.Nrp...jabatan..kesatuan.., berdasarkan perintah.. Pangkat... Nrp.., tanggal..untuk memeriksa pelanggaran.yang dilakukan oleh (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan), setelah membaca dan mempelajari serta meneliti berkas perkara pemeriksaan a.n : I. KETERANGAN TERPERIKSA; II. III. 1. Bahwa terperiksa menerangkan.. 2. Riwayat hidup dan Riwayat pekerjaan terperiksaan; a. Lahir. b. Pendidikan umum: ~ tamat.tahun.di.. ~ tamat.tahun.di.. c. Pendidikan Kepolisian: ~ tamat.tahun.di. ~ tamat..tahun.di. d. Riwayat pekerjaan: ~ pada tahun. Bekerja di ~ dst KETERANGAN SAKSI-SAKSI; 1. Nama, umur, pekerjaan, alamat..menerangkan bahwa.. 2. Nama, umur, pekerjaan, alamat..menerangkan bahwa BARANG BUKTI: 1.. 2. IV. KESIMPULAN; 1. Bahwa terperiksa berdasarkan bukti-bukti. 2. dst.. 21

LAMPIRAN E PERATURAN KAPOLRI NO. POL. : 8 TAHUN 2006 V. PENDAPAT: Berdasarkan keterangan terperiksa dan keterangan saksi-saksi dalam Berita Acar Pemeriksaan serta didukung barang bukti yang ada, maka cukup alasan menyangka bahwa terperiksa (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan dan almat), telah melakukan perbuatan melanggar pasal Peraturan Pemerintah Nomor tahun..tentang Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan sebenarnya, mengingat sumpah jabatan yang ada sekarang ini, kemudian ditutup dan ditandatangani di Mataram, pada hari ini tanggal.tahun.. Mengetahui KASATKER.. Yang membuat Berita Acara Pendapat... 22

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN F PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK Nomor : R/ / /20 /. Klasifikasi : RAHASIA Lampiran : Satu berkas Perihal : Usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk memeriksa 1. Rujukan: a. Laporan/Pengaduan Nomor. b. Berita Acara Pendapat tanggal., tanggal..20.. Yth. Kepada KA/DIR di 2. Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas dan hasil pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut pada butir 1 diatas, kami berpendapat bahwa nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, berupa., sebagaimana diatur dalam pasal.. Perkap tentang Kode Etik Profesi Polri. 3. Berdasarkan ketentuan pasal 3, pasal 8 dan pasal 9 Perkap tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, dengan ini diusulkan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap perkara dimaksud. 4. Demikian untuk menjadikan maklum. KEPALA/DIREKTUR... 23

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN G PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK Nomor : R/ / /20 /. Klasifikasi : RAHASIA Lampiran : Satu berkas Perihal : Usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk memeriksa 1. Rujukan: a. Laporan/Pengaduan Nomor. b. Berita Acara Pendapat tanggal., tanggal..20.. Yth. Kepada KA/DIR di 2. Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas dan hasil pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut pada butir 1 diatas, kami berpendapat bahwa nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan telah melakukan pelanggaran, sebagaimana diatur dalam pasal.. Peraturan Pemerintah Nomor. tahun 2003 tentang. 3. Berdasarkan ketentuan pasal 3, pasal 8 dan pasal 9 Perkap tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, dengan ini diusulkan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap perkara dimaksud. 4. Demikian untuk menjadikan maklum. KEPALA/DIREKTUR... 24

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN H PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK SURAT KEPUTUSAN Nomor: Skep/ / /2012 Tenang PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETK KEPLOISIAN NEGAEA REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN.. Menimbang : Bahwa perlu dibentuk Komisi Kode Etik Polri di Keatuan untuk memeriksa/menyidangkan perkara atas nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan, guna tertib administrasi pelaksanaanya, dipandang perlu menetapkan surat Keputusan.. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Menperhatikan : 2 Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentaang Kode Etik Profesi Polri. 3 Keputusan Kapolri No. Pol; 8 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri 1. Laporan Polisi/Pengaduan 2. Surat Kepala.Nomor: / / /20.. tanggal 20.. perihal Usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri. MEMUTUSKAN: Menetapkan : 1 Membentuk Komisi Kode Etik Polri di kesatuan. Dan menunjuk anggota Polri yang (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan) tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini, sebagai anggota Komisi Kode Etik Polri untuk memeriksa pelanggaran atas nama (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan.} 2 Pemeriksaan dalam siding Komisi mempedomani Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Polri. Dengan catatan: Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya. 25

LAMPIRAN H PERATURAN KAPOLRI NO. POL. : 8 TAHUN 2006 SALINAN Surat Keputusan ini disampaikan kepada: 1.. 2.. 3.. 2 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KA NOMOR: SKEP/ / /2012 TANGGAL : 2012 PETIKAN Surat Keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya. Dikeluarkan di : Matarm Pada tanggal : KEPALA KEPOLISIAN. (..) 26

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KA NOMOR: SKEP/ / /2012 TANGGAL : 2012 NO NAMA PANGKAT/NRP DAFTAR NAMA ANGGOTA KOMISI KODE ETIK POLRI STRUKTURAL JABATAN DALAM KOMISI 1 KETUA MERANGKAP ANGGOTA 2 3 WAKIL KETUA MERANGKAP ANGGOTA SEKRETARIS MERANGKAP ANGGOTA 4 ANGGOTA 5 ANGGOTA 6 ANGGOTA (CADANGAN) 7 ANGGOTA (CADANGAN) Dikeluarkan di : Matarm Pada tanggal : KEPALA KEPOLISIAN. (..) 27

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN J PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 URUTAN ACARA SIDANG 1. Anggota Komisi mengambil tempat yang telah ditentukan di ruangan sidang; 2. Ketua Komisi membuka sidang dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan kalimat Pada hari ini.. tanggal.. bulan..tahun 20 sidang Komisi Kode Etik Polri memeriksa dugaan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan/atau pelanggaran terhadap pasal 12, pasal 13, dan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri dan/atau pasal 13 PeraturanPemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri, atas nama (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan) dengan resmi dibuka dan terbuka unntuk umum diikuti dengan ketukan palu 3 (tiga) kali; 3. Ketua Komisi memerintahkan Sekretaris untuk memanggil terperiksa dan pendamping agar memasuki ruangan sidang (dalam pelaksanaannya Sekretaris dapat meminta bantuan kepada petugas yang ditunjuk); 4. Ketua Komisi menanyakan identitas terperiksa dan Pendamping tentang nama lengkap, umur, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan sesuai data yang ada pada berkas perkara; 5. Ketua Komisi memerintahkan Sekretaris Komisi membacakan tuntutan terhadap terperiksa; 6. Ketua Komisi mengatur mekanisme pemeriksaan dalam sidang; 7. Apabila pertanyaan anggota Komisi tidak dijawab oleh terperiksa, maka Ketua Komisi tetap meneruskan sidang serta memperingatkn terperiksa bahwa hal itu dapat merugikan dirinya sendiri; 8. Apabila persidangan perlu ditunda, maka Ketua Komisi menyatakan Sidang ditunda dan akan dilanjutkan pada hari tanggal,.. bulan Tahun 20. Jam Wita bertempat di diikuti dengan ketukan palu 1 (satu) kali; 9. Ketua Komisi melanjutkan persidangan dengan menyatakan Sidang dilanjutkan kembali, diikuti dengan ketukan plu 1 (satu) kali; 10. Apbila pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Komisi telah dianggap cukup, maka Ketua Komisi memberikan kesempatan kepada terperiksa untuk mengadakan pembelaan diri secara lisan / tertulis atau terperiksa mengajukan pembelaan dirinya melalui pendamping; 11. Putusan sidang Komisi diambil secara musyawarah dan bersifat terbatas serta ditanda tangani oleh Ketua Komisi beserta seluruh anggota Komisi; 28

LAMPIRAN J PERATURAN KAPOLRI NO. POL. : 8 TAHUN 2006 12. Bentuk Keputusan Sidang Komisi sesuai dengan format terlampir; 13. Keputusan Sidang Komisi dibacakan daan disampaikan kepada terperiksa oleh Ketua Komisi dalam persidangan; 14. Apabila Ketua Komisi menganggap proses pemeriksaan dalam Sidang Komisi Kode Etik Polri telah selesai seluruhnya, maka Ketua Komisi menutup sidang dengan menyatakan: Sidang Komisi yang memeriksa terperiksa (nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan dengan resdmi ditutup diikuti dengan ketukan palu 3 (tiga) kali. 29

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN K PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSA Nomor: Tut/ / /2012 Yang terhormat Ketua Komisi Kode Etik Polri, Dimohon dengan hormat untuk menyidangkan dugaan pelanggaran. Atas nama pangkat Nrp. Jabtan. Kesatuan., karena: a. Pada tanggal. b. Perbuatan terperiksa tersebut telah dikuatkan dengan keterangan para saksi, yaitu; 1) nama, 2.) nama, 3) nama,.. c. Sedangkan barang bukti berupa: Diajukan untuk menguatkan tuntutan dalam persidangan ini. Perbuatan terperiksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan Kode Etik Profesi Polri yaitu pasal.. Demikian tuntutan ini disampaikan untuk dipergunakaan dalam persidangan., tanggal 20. Selaku SEKRETARIS KOMISI (..) 30

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN L PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSA Nomor: Tut/ / /2012 Yang terhormat Ketua Komisi Kode Etik Polri, Dimohon dengan hormat untuk menyidangkan dugaan pelanggaran. Atas nama pangkat Nrp. Jabtan. Kesatuan., karena: a. Pada tanggal. b. Perbuatan terperiksa tersebut telah dikuatkan dengan keterangan para saksi, yaitu; 1) nama, 2.) nama, 3) nama,.. c. Sedangkan barang bukti berupa: Diajukan untuk menguatkan tuntutan dalam persidangan ini. Perbuatan terperiksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan pasal Peraturan Pemerintah Nomor tahun 2003 tentang.... Demikian tuntutan ini disampaikan untuk dipergunakaan dalam persidangan., tanggal 20. Selaku SEKRETARIS KOMISI (..) 31

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN M PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor: Skep/ / /2012 Tenang PUTUSAN SIDANG KOMISI KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Mengingat : 1. Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentaang Kode Etik Profesi Polri. 2 Keputusan Kapolri No. Pol; 8 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri. 3. Surat Keputusan Kepala.. Nomor: Skep/ / /2012 tanggal. 2012 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri. Membaca : 1. Laporan Polisi/Pengaduan Nomor: mengenai pelanggaran anggota Polri a.n. 2. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut. Menimbang : Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadp terperiksa dan mendengar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa:.. MEMUTUSKAN: Terperiksa : Nama :. Pangkat/Nrp : Jabatan :.. Kesatuan :. 32

LAMPIRAN M PERATURAN KAPOLRI NO. POL. : 8 TAHUN 2006 Tidak terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri. 2 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KA NOMOR: SKEP/ / /2012 TANGGAL : 2012 SEKRETARIS Dikeluarkan di : Matarm Pada tanggal : KOMISI KODE ETIK POLRI KETUA (..) ( ) ANGGOTA (..) (..) ( ) 33

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN N PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor: Skep/ / /2012 Tenang PUTUSAN SIDANG KOMISI KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Mengingat : 1. Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentaang Kode Etik Profesi Polri. 2 Keputusan Kapolri No. Pol; 8 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri. 3. Surat Keputusan Kepala.. Nomor: Skep/ / /2012 tanggal. 2012 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri. Membaca : 1. Laporan Polisi/Pengaduan Nomor: mengenai pelanggaran anggota Polri a.n. 2. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut. Menimbang : Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadp terperiksa dan mendengar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa:.. MEMUTUSKAN: Terperiksa : Nama :. Pangkat/Nrp : Jabatan :.. Kesatuan :. 34

LAMPIRAN N PERATURAN KAPOLRI NO. POL. : 8 TAHUN 2006 2 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KA NOMOR: SKEP/ / /2012 TANGGAL : 2012 1.. Terbukti telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri sebagaimana diatur dalam pasal. Yo pasal Kode Etik Profesi Polri 2. Menjatuhkan sanksi berupa:. SEKRETARIS Dikeluarkan di : Matarm Pada tanggal : KOMISI KODE ETIK POLRI KETUA (..) ( ) ANGGOTA (..) (..) ( ) 35

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN O PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor: Skep/ / /2012 Tenang PUTUSAN SIDANG KOMISI KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor tahun 2003 tentang 2. Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentaang Kode Etik Profesi Polri. 3 Keputusan Kapolri No. Pol; 8 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri. 4. Surat Keputusan Kepala.. Nomor: Skep/ / /2012 tanggal. 2012 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri. Membaca : 1. Laporan Polisi/Pengaduan Nomor: mengenai pelanggaran anggota Polri a.n. 2. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut. Menimbang : Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadp terperiksa dan mendengar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa:.. MEMUTUSKAN: Terperiksa : Nama :. Pangkat/Nrp : Jabatan :.. Kesatuan :. 36

LAMPIRAN O PERATURAN KAPOLRI NO. POL. : 8 TAHUN 2006 2 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KA NOMOR: SKEP/ / /2012 TANGGAL : 2012 1.. Terbukti telah melakukan pelanggaran./sebagaimana diatur dalam pasal. Yo pasal Peraturan Pemerintah Nomor. Tahun 2003 tentang. 2. Menjatuhkan sanksi berupa:. SEKRETARIS Dikeluarkan di : Matarm Pada tanggal : KOMISI KODE ETIK POLRI KETUA (..) ( ) ANGGOTA (..) (..) ( ) 37

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN P PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 KOPSTUK Nomor : R/ / /20 /KKEP Klasifikasi : RAHASIA Lampiran : Satu berkas Perihal : Saran pertimbangan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat 1. Rujukan:, tanggal..20.. Yth. Kepada KEPALA KEPOLISIAN. di Mataram a. Peraturan Pemerintah Nomor.. tahun 2003 tentang. b. Keputusan Komisi Kode Etik Polri Nomor: Kep/ / /2012 tanggal.2012 tentang Putusan Sidang Komisi. 2. Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas, bahwa setelah `dilakukan Sidaang pemeriksaan terhadap anggota Polri nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan, kami berpendapat bahwaa yang bersangkutan telah memenuhi unsur-unsur yang ada pada ketentuan pasal.. Peraturan Pemerintah Nomor. tahun 2003 tentang.. 3. Berdasarkan ketentuan pasal 4 Perkap tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, dengan ini kami menyarankan agar terhadap anggota Polri, nama, pangkat, Nrp, jabatan, kesatuan diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Polri. 4. Demikian untuk menjadikan maklum. KETUA KOMISI KODE ETIK POLRI.. 38

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN Q PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 39

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN R PERATURAN KAPOLRI MARKAR BESAR NO. POL. : 8 TAHUN 2006 40