BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern saat ini. Pada tahun 2014, Indonesia, menurut Survei

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas, Bung Hatta A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber

- 3 - MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU JAWA DAN BALI.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekayaan sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness of

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan

Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEWENANGAN PEMERINTAH DAN POTENSI PENERIMAAN PAJAK PADA SEKTOR PERTAMBANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. besar, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

BAB III PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : dapat dilaksanakan secara maksimal.

BAB I. PENDAHULUAN. Potensi tersebut sudah dikenal sejak zaman penjajahan sampai. Indonesia, prosesing mendapatkanya melalui usaha pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENGANTAR. ekonomi tinggi. Penggalian terhadap sumber-sumber kekayaan alam berupa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tata Cara Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat : 1. Undang-

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

Kewenangan Pengelolaan FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN BANGKA

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

n.a n.a

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seharusnya dijaga, dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BAB II KETIDAKSESUAIAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2014

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat. Kata dikuasai dalam pasal ini

BAB I PENDAHULUAN. fokus utama dari sebuah negara yang sedang berkembang. Menurut Waluyo (2008;

-2- Batubara; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pe

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 25 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN IZIN INVESTASI SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA OLEH PEMERINTAH DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 37 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA TEKNIS KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2002 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

2017, No Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam N

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penulisan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. maka dapat dibuat beberapa kesimpulan diantaranya:

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. sebuah lembaga pemerintahan yang bergerak dibidang pertambangan umum yang. dengan tugas dekonsentrasi dibidang pertambangan.

MENTERI EN ERG I DAN SUM,BER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 3367 K/30/MEM/2013 TENTANG

- 3 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya mineral logam sebagai salah satu kekayaan alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan baik akan memberikan konstribusi terhadap pembangunan ekonomi Negara. 1 Mineral logam sangat memegang peran penting dalam kehidupan teknologi modern saat ini. Pada tahun 2014, Indonesia, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menduduki peringkat ke-6 sebagai negara yang kaya akan sumber daya tambang. Selain itu, dari potensi bahan galiannya untuk batubara, Indonesia menduduki peringkat ke-3 untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke- 2 untuk produksi tembaga, peringkat ke-6 untuk produksi emas. 2 Pengelolaan yang baik akan membuat sektor pertambangan tidak hanya memberikan konstribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, tapi juga membuka banyak lapangan kerja, bahkan menciptakan tenagatenaga profesional pertambangan Indonesia. 3 Maka berdasarkan Undang Undang Dasar 1945, Pemerintah Indonesia diamanatkan untuk mengatur segala tingkat penggunaan dan pengelolaan sumber daya mineral agar 1. Gatot Supramono, 2012, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, hal.1. 2. David Dwiarto, Potensi dan Tantangan Pertambangan di Indonesia, http://www.imaapi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1937:potensi-dan-tantanganpertamban gan-di-indonesia&catid=47 :media-news&itemid=98&lang=id, diakses pada hari Kamis, 9 Maret 2017, jam 9.35 WIB. 3. Ibid.

2 tercapainya pendapatan dan manfaat dari pengusahaan sumber daya tersebut untuk kemakmuran rakyat. Pengelolaan sumber daya mineral logam di Indonesia menggunakan sistem pengeloaan pertambangan yang bersifat pluralistik, hal ini disebabkan karena beraneka ragam kontrak atau izin pertambangan yang berlaku. Saat ini kontrak atau izin pertambangan yang berlaku secara umum didasarkan pada Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 4 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal sebagai salah satu wilayah yang kaya akan sumber daya mineral logam berupa timah. Kegiatan usaha pertambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini sudah dilakukan sejak jaman kolonial Belanda, kegiatan pertambangan timah di wilayah Bangka sudah dilakukan sejak tahun 1711 dan di wilayah Belitung sejak tahun 1852. 5 Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentunya bercitacita agar sumber daya logam timah ini dapat membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat di Kepulauan Bangka Belitung, terutama untuk rakyatrakyat kecil di setiap daerah. Tentunya tidak hanya perusahaan-perusahaan besar seperti PT.Timah Tbk yang bisa melakukan kegiatan pertambangan timah karena sebagian besar masyarakat Bangka Belitung juga hidup dari sektor pertambangan timah. 4. H. Salim, 2014, Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara, Jakarta, Sinar Grafika, hal.1. 5. Dodi Iskandar, Sejarah Pertambangan Timah, https://beritabangka.wordpress.com/ 2011/05/26/sejarah-pertambangan-timah/, diakses pada hari Selasa, 25 Oktober 2016, jam 20.00 WIB.

3 Pemberian izin Tambang Timah Rakyat dengan cita-cita memakmurkan rakyat kecil pada kenyataannya berjalan dengan kurang lancar. Hal tersebut dikarenakan pemberian izin Tambang Timah Rakyat di Bangka Belitung yang kemudian mengurangi pendapatan Negara dan Daerah akibat terjadinya penyelundupan dikarenakan kebijakan dan pengawasan yang belum diatur secara optimal. Keberadaan Tambang Timah Rakyat ini pada akhirnya juga memperburuk ketersediaan logam timah di Bangka Belitung dan membuat rusak lingkungan wilayah Bangka Belitung karena penambangan dilakukan di semua tempat. Mestinya, pemerintah pusat dan daerah serta BUMN di bidang pertambangan timah berperan lebih besar agar hasil penambangan seluruhnya masuk ke kas negara. 6 Pemerintah Kabupaten Bangka lantas menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 6 tahun 2001 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum yang merupakan turunan dari kebijakan Pemerintah Pusat melalui Undang Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan Umum, Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 21 tahun 2001 tentang Pajak Pertambangan Umum dan Mineral Ikutannya. Selanjutnya mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral. Semua peraturan 6. Adrian Sutedi, 2012, Hukum Pertambangan, Jakarta, Sinar Grafika, hal.180.

4 ini untuk meligitimasi pembukaan Tambang Timah Rakyat dengan tujuan mengkatrol pendapatan daerah yang mandiri. 7 Untuk mengoptimalisasi kebijakan tersebut maka dibutuhkan sebuah pengawasan agar semua kebijakan berjalan dengan sesuai dengan perencanaan. Presiden Republik Indonesia kemudian memberlakukan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dalam undang-undang Minerba tersebut diamanatkan bahwa pengawasan pertambangan mineral dan batubara menjadi tanggung jawab menteri untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. 8 Pemerintah Provinsi juga mendorong dan mengarahkan Tambang Timah Rakyat melakukan kemitraan dengan perusahaan-perusahaan pertambangan, diantaranya telah dikembangkan blok sistem oleh PT. Timah Tbk. Melalui pola ini rakyat dapat melakukan kegiatan pertambangan dibawah suatu pengawasan yang terkontrol dan terkendali. Tahun 2014 Presiden Indonesia kemudian memberlakukan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Terbitnya Undang Undang tersebut kembali membawa perubahan drastis dalam kewenangan pengolahan pertambangan. Ternyata dengan Undang Undang 7. CRD, Buruknya Aturan Tambang di Bangka Belitung, http://www.hukumonline. com/berita/baca/hol19116/buruknya-aturan-tambang-di-bangka-belitung, diakses pada hari Sabtu, 16 April 2016, jam 16.35 WIB. 8. Rochmad, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pertambangan Minerba, https://rochmad ngeblog.wordpress.com/2015/04/05/pembinaan-dan-pengawasanpenyelenggaraan-pertambangan-minerba/, diakses pada hari Rabu, 8 Maret 2017, jam 21.30 WIB.

5 Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, menarik kembali kewenangan pengelolaan pertambangan yang desentraliasi ke tangan Pemerintah Pusat dan Provinsi saja. 9 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setelah Undang-undang tentang Pemerintah Daerah tersebut terbit, terjadi banyaknya tumpang tindih mengenai penerbitan Izin Usaha Pertambangan. Dalam Undang Undang tersebut kepala daerah tidak lagi bisa mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan serta menetapkan wilayah Izin Usaha Pertambangan kewenangan itu kini hanya dimiliki gubernur, dan pemerintah pusat. Pemerintah Provinsi berwenang menetapkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di areal tambang yang ada di wilayahnya. Adapun daerah tambang lintas provinsi menjadi kewenangan pusat yang diwakili Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 10 Pemerintah Provinsi yang diberikan kewenangan untuk memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) terkesan longgar dalam menerapkan prosedur pemberian izin khususnya dalam hal pengawasan. Kebijakan yang belum teratur dalam pengawasan terhadap pertambangan timah rakyat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyebabkan masih banyak bermunculannya penambang timah rakyat yang berstatus illegal. Tumpang tindih dalam pengaturan yang memicu pertumbuhan pertambangan illegal membuat kinerja Pemerintah Propinsi dipertanyakan. Hal tersebut dikarenakan pada kenyataannya masih banyak penambang- 9. Tri Hayati, 2015, Era Baru Hukum Pertambangan (Di Bawah Rezim Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009), Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal.52. 10. Tri Hayati, op.cit., hlm.53.

6 penambang timah rakyat yang menambang timah dengan rasa tidak aman karena dikejar-kejar oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul PENGAWASAN TERHADAP PERTAMBANGAN TIMAH RAKYAT DI PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengawasan terhadap pertambangan timah rakyat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 2. Faktor-faktor apa yang menghambat Pemerintah Provinsi dalam melakukan pengawasan terhadap pertambangan timah rakyat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut maka, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengawasan terhadap pertambangan timah rakyat di Provinsi Bangka Belitung. 2. Untuk mengetahui hambatan Pemerintah Propinsi dalam melakukan pengawasan terhadap pertambangan timah rakyat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis : Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan administrasi tentang pertambangan timah rakyat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Manfaat Praktis : Secara praktik penelitian ini diharap dijadikan identifikasi faktorfaktor penghambat dalam pengawasan pertambangan timah rakyat di Provinsi Bangka Belitung bagi Instansi Pemerintah Provinsi, Daerah, maupun masyarakat Bangka Belitung itu sendiri.