33 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 dengan jumlah 459 perusahaan. Dari populasi tersebut kemudian dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Setelah dilakukan pemilihan sampel maka setiap tahun diperoleh 29 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan. Dengan demikian jumlah sampel yang ditetapkan dari tahun 2010-2014 sebanyak 145 sampel. Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian No Keterangan Jumlah 1 Perusahaan go pubic dan terdaftar di BEI pada periode tahun 459 2010-2014 2 Perusahaan yang sahamnya tidak aktif diperdagangkan 2010- (34) 2014 3 Perusahaan yang tidak membagikan devidend selama tahun (227) 2010-2014 4 Perusahaan yang tidak menggunakan satuan mata uang rupiah (59) 5 Perusahaan yang memiliki ekuitas atau laba negatif selama (60) tahun 2010-2014 6 Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data selama tahun (0) 2010-2014 Jumlah Perusahaan Sampel 29 Sumber : Data diolah, 2015.
34 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Dalam penelitian inianalisis statistik deskriptif dapat dilihat dengan menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, median dan standar deviasi. Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Median Mean Std. Deviation DPR 145,0011 51,5561,3220,982140 4,8446289 INV 145 -,12,60,1544,1623,12162 CR 145,51 11,74 2,0032 2,7217 2,06517 ROA 145,01,48,1239,1504,10772 RGR 145 -,39 1,51,1280,1486,20466 SIZE 145 26,04 33,09 28,8950 29,0079 1,56570 Valid N (listwise) 145 Sumber : Data diolah, 2015. diketahui bahwa : Dari hasil analisis deskriptif pada tabel diatas, maka dapat 1. Nilai minimum kebijakan deviden adalah sebesar 0,0011 yang diperoleh PT Asahimas Flat Glas Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai kebijakan devidend paling rendah diantara perusahaan sampel. Sedangkan nilai maksimum kebijakan devidend adalah sebesar 51,5561 yang diperoleh PT Sepatu Bata Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai kebijakan devidend paling tinggi diantara perusahaan sampel. Nilai rata-rata kebijakan devidend
35 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 adalah sebesar 0,982140 dengan nilai standard deviasi sebesar 4,8446289. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa tingkat pembayaran devidend berdasarkan laba dalam perusahaan sampel adalah 0,982140. Sedangkan nilai standar deviasi berarti bahwa tingkat ukuran penyebaran data kebijakan devidend perusahaan sampel adalah sebesar 4,8446289. Nilai median sebesar 0,3220 yang berarti tingkat ukuran pemusatan data kebijakan devidend perusahaan sampel adalah 0,3220. 2. Nilai minimum tingkat investasi adalah sebesar -0,12 yang diperoleh PT Unggul Indah Cahaya Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai tingkat investasi paling rendah diantara perusahaan sampel sedangkan nilai maksimum tingkat investasi adalah sebesar 0,60 yang diperoleh PT Indo Kordsa Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai tingkat investasi paling tinggi diantara perusahaan sampel. Nilai rata-rata tingkat investasi perusahaan tahun 2010-2014 adalah sebesar 0,1623 dengan nilai standard deviasi sebesar 0,12162. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan bisa berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang adalah 0,1623. Sedangkan nilai standar deviasi berarti bahwa tingkat ukuran penyebaran data investasi perusahaan sampel adalah sebesar 0,12162. Median menunjukkan
36 nilai tengah yang berarti bahwa tingkat ukuran pemusatan data tingkat investasi adalah sebesar 0,1544. 3. Nilai minimum likuiditas adalah sebesar 0,51 yang diperoleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai likuiditas paling rendah diantara perusahaan sampel sedangkan nilai maksimum likuiditas adalah sebesar 11,74 yang diperoleh PT Mandom Indonesia Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai likuiditas paling tinggi diantara perusahaan sampel. Nilai rata-rata likuiditas perusahaan tahun 2010-2014 adalah sebesar 2,7217 dengan nilai standard deviasi sebesar 2,06517 dan nilai median 2,0032. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendek dengan aset yang paling likuid adalah 2,7217. Sedangkan nilai standar deviasi berarti bahwa tingkat ukuran penyebaran data likuiditas perusahaan sampel adalah sebesar 2,7217. Sedangkan nilai median menunjukkan tingkat pemusatan data adalah sebesar 2,0032. 4. Nilai minimum profitabilitas adalah sebesar 0,011 yang diperoleh PT Unggul Indah Cahaya Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai kemampuan mendapatkan laba paling rendah diantara perusahaan sampel sedangkan nilai maksimum profitabilitas adalah sebesar 0,48 yang diperoleh PT Unilever Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai kemampuan mendapatkan laba paling tinggi diantara perusahaan sampel. Nilai rata-rata profitabilitas perusahaan
37 tahun 2010-2014 adalah sebesar 0,1504 dengan nilai standard deviasi sebesar 0,10772. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset dalam perusahaan sampel adalah 0,1504 atau 15,04%. Sedangkan nilai standar deviasi berarti bahwa tingkat ukuran penyebaran data profitabilitas perusahaan sampel adalah sebesar 0,10772. Nilai median sebesar 0,1239 berarti tingkat ukuran penyebaran data perusahaan sampel adalah 0,1239. 5. Nilai minimum pertumbuhan perusahaan adalah sebesar -0,39 yang diperoleh PT AKR Corporindo Tbk. pada tahun 2013 yang berarti perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan paling rendah diantara perusahaan sampel sedangkan nilai maksimum pertumbuhan perusahaan adalah sebesar 1,51 yang diperoleh PT AKR Corporindo Tbk. pada tahun 2014 yang berarti perusahaan tersebut mempunyai pertumbuhan perusahaan paling tinggi diantara perusahaan sampel. Nilai rata-rata pertumbuhan perusahaan tahun 2010-2014 adalah sebesar 0,1486 dengan nilai standard deviasi sebesar 0,20466. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam melakukan pertumbuhan adalah 0,1486 atau 14,86%. Sedangkan nilai standar deviasi berarti bahwa tingkat ukuran penyebaran data pertumbuhan perusahaan sampel adalah sebesar 0,20466. Nilai median sebesar 0,1280 berarti tingkat ukuran penyebaran data perusahaan sampel adalah 0,1280.
38 6. Nilai minimum ukuran perusahaan adalah sebesar 26,04 yang diperoleh PT Ekadharma International Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai ukuran perusahaan paling rendah diantara sampel sedangkan nilai maksimum ukuran perusahaan adalah sebesar 33,09 yang diperoleh PT Astra International Tbk. yang berarti perusahaan tersebut mempunyai ukuran perusahaan paling tinggi diantara perusahaan sampel. Nilai rata-rata ukuran perusahaan tahun 2010-2014 adalah sebesar 29,0079 dengan nilai standard deviasi sebesar 1,56570. Nilai rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa tingkat besaran perusahaan dalam perusahaan sampel adalah 29,0079. Sedangkan nilai standar deviasi berarti bahwa tingkat ukuran penyebaran data ukuran perusahaan sampel adalah sebesar 1,56570. Nilai median sebesar 28,895 berarti tingkat ukuran penyebaran data perusahaan sampel adalah 28,895. 4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :
39 Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual N 145 Mean,0000000 Normal Parameters a,b Std. 4,76815540 Most Extreme Differences Deviation Absolute Positive,380,380 -,312 Negative Kolmogorov-Smirnov Z 4,577 Asymp. Sig. (2-tailed),000 Sumber : Data diolah, 2015. Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini tidak terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di bawah 0,05. Untuk menormalkan data, maka perlu dilakukan pembersihan data dari outlier. Hasil uji normalitas setelah menghapus outlier adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Hapus Outlier Unstandardized Residual N 127 Mean,0000000 Normal Parameters a,b Std.,21119147 Deviation Absolute,059 Most Extreme Positive,059 Differences -,038 Kolmogorov-Smirnov Z Negative,670 Asymp. Sig. (2-tailed),761 Sumber : Data diolah, 2015.
40 Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,761. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 0,05. 4.3.2 Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji model regresi apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan nilai VIF, jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam model regresi tersebut. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini : Model 1 INV CR ROA RGR SIZE Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Tolerance VIF,913 1,095,904 1,107,975 1,026,905 1,105,929 1,077 Sumber : Data diolah, 2015. Dari hasil analisis uji multikolinieritas di atas, dihasilkan nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam model regresi ini dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
41 4.3.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi residual untuk semua pengamatan. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplots, jika grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah angka 0 sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastistas pada model regresi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas, pada grafik scatterplot terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah angka 0 sumbu Y. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
42 4.3.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson. Hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut : Model Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson Durbin-Watson 1 2,098 a Sumber : Data diolah, 2015. Dari hasil pada tabel 4.7 di atas, dihasilkan Durbin Watson untuk model penelitian pertama sebesar 2,098 Nilai ini akan dibandingkan dengan Durbin Watson (DW) tabel dengan jumlah sampel 127, jumlah variabel bebas 5 dan tingkat kepercayaan 5% di dapat nilai batas bawah (dl) = 1,6127 dan batas atas (du) = 1,8102. Oleh karena nilai DW2,138 berada di antara batas atas (du) = 1,8102 dan (4-du) = 2,1898, maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 4.4 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah investasi (INV), likuiditas (CR),
43 profitabilitas (ROA), pertumbuhan perusahaan (RGR) dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio (DPR). Hasil analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini : Model Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Koefisien Regresi Sig. Kesimpulan (Constant) INV CR 1 ROA RGR SIZE,687,078 -,392,019 Ha didukung,021,039 Ha didukung,372,043 Ha didukung -,117,215 Ha tidak didukung -,014,297 Ha tidak didukung Sumber : Data diolah, 2015. Dari hasil analisis regresi linier berganda di atas, maka model persamaan regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : DPR = 0,687-0,392INV+0,021CR+0,372ROA-0,117RGR- 0,014SIZE Dari hasil model persamaan regresi diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Nilai intercept konstanta sebesar 0,687. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0,
44 maka besarnya kebijakan deviden yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 0,687. 2. Nilai koefisien variabel investasi adalah sebesar -0,392. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan variabel investasi sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan penurunan kebijakan dividend yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 0,392 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 3. Nilai koefisien regresi variabel likuiditas adalah sebesar 0,021. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan variabel likuiditassebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan peningkatan kebijakan dividend yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 0.021 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 4. Nilai koefisien regresi variabel profitabilitas adalah sebesar 0,372. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan variabel profitabilitas sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan peningkatan kebijakan dividend yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 0,0372 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 5. Nilai koefisien regresi variabel pertumbuhan perusahaan adalah sebesar -0,117. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan variabel pertumbuhan perusahaan sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan penurunan kebijakan dividend yang diukur
45 dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 0,117 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 6. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan adalah sebesar - 0,014. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan variabel ukuran perusahaan sebesar 1 satuan, maka akan mengakibatkan penurunan kebijakan dividend yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 0,014 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan. 4.5 Analisis Koefisien Determinasi Mode l Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila hasil R² mendekati 1 maka hasil tersebut mengindikasikan korelasi yang kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. Namun jika hasil R² mendekati 0 berarti terdapat korelasi yang lemah antara variabel bebas dengan variabel terikat (Ghozali, 2009). Hasil koefisien determinasi adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1,420 a,176,142,21551 Sumber : Data dioah, 2015.
46 Hasil koefisien determinasi adalah sebesar 0,142 atau 14,2%. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen adalah sebesar 14,2% sedangkan sisanya 85,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. 4.6 Uji Hipotesis Model 1 Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik t. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini : (Constant) INV CR ROA RGR Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta SIZE -,014,013 -,090-1,048,297 Sumber : Data diolah, 2015. berikut : T Sig.,687,386 1,777,078 -,392,165 -,205-2,376,019,021,010,181 2,089,039,372,181,171 2,050,043 -,117,094 -,108-1,246,215 Hasil kesimpulan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai 1. Pengujian Hipotesis I Hipotesis pertama mengemukakan bahwa investasi berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel investasi. Besarnya koefisien regresi investasi yaitu -0,392
47 dan nilai signifikansi sebesar 0,019. Pada tingkat signifikansi α = 5% maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,019 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio. Dengan demikian maka hipotesis pertama dapat didukung. 2. Pengujian Hipotesis II Hipotesis kedua mengemukakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel likuiditas. Besarnya koefisien regresi likuiditas yaitu 0,021 dan nilai signifikansi sebesar 0,039. Pada tingkat signifikansi α = 5% maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,039 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Dengan demikian maka hipotesis kedua dapat didukung. 3. Pengujian Hipotesis III Hipotesis ketiga mengemukakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel profitabilitas. Besarnya koefisien regresi profitabilitas yaitu 0,372 dan nilai signifikansi sebesar 0,043. Pada tingkat signifikansi α = 5% maka koefisien regresi tersebut
48 signifikan karena signifikansi 0,043 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Dengan demikian maka hipotesis ketiga dapat didukung. 4. Pengujian Hipotesis IV Hipotesis keempat mengemukakan bahwa Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel pertumbuhan perusahaan. Besarnya koefisien regresi pertumbuhan perusahaan yaitu -0,117 dan nilai signifikansi sebesar 0,215. Pada tingkat signifikansi α = 5% maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,215 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Dengan demikian maka hipotesis keempat tidak dapat didukung. 5. Pengujian Hipotesis V Hipotesis kelima mengemukakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel ukuran perusahaan. Besarnya koefisien regresi ukuran perusahaan yaitu -0,014 dan nilai signifikansi sebesar
49 0,297. Pada tingkat signifikansi α = 5% maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,297 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Dengan demikian hipotesis kelima tidak dapat didukung. 4.7 Pembahasan 4.7.1 Pengaruh Investasi terhadap Dividend Payout Ratio Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap devidend payout ratio. Artinya semakin tinggi tingkat investasi perusahaan akan menyebabkan penurunan dividend payout ratio. Pada dasarnya investasi bertujuan untuk mengembangkan perusahaan (Rizaldi, 2013). Apabila perusahaan dalam kondisi baik maka pihak manajemen akan cenderung melakukan investasi dibanding membagikan dividend (Ayu, 2013). Dana yang seharusnya digunakan untuk membayar dividend kepada pemegang saham akan digunakan untuk melakukan investasi. Dengan adanya hubungan yang negatif, berarti investasi dan dividend payout ratio menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Investasi yang semakin meningkat mengakibatkan dividend payout ratio semakin menurun begitu pula sebaliknya. Kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihanpilihan perusahaan untuk membuat investasi dimasa yang akan datang.
50 Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi cenderung akan memberikan dividend yang rendah karena pihak manajemen beranggapan bahwa dana tersebut lebih baik diinvestasikan kedalam laba ditahan demi kelangsungan hidup perusahaan. Tentunya hal ini akan mempengaruhi pihak manajemen dalam membuat kebijakan dividend. Hasil penelitian ini sesuai penelitian Indrayoga (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kesempatan investasi suatu perusahaan maka akan semakin rendah dividend payout ratio. Adanya hubungan yang negatif, berarti investasi dan dividend payout ratio menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Investasi yang semakin meningkat mengakibatkan dividend payout ratio semakin menurun begitu pula sebaliknya. 4.7.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Dividend Payout Ratio Hasil penelitian ini membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap devidend payout ratio. Artinya semakin tinggi likuiditas perusahaan akan meningkatkan dividend payout ratio. Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan jangka pendek tepat waktu (Pasadena, 2013). Semakin besar likuiditas, maka perusahaan mempunyai dana likuid yang cukup besar, sehingga perusahaan dapat membayarkan dividend secepatnya dalam jumlah yang maksimal. Karena semakin kuat posisi likuiditas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividend.
51 Wiyatno (2013) dalam penelitiannya menggunakan current ratio sebagai rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan. Semakin tinggi current ratio menunjukkan semakin tinggi perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya current ratio juga menunjukkan keyakian investor terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividend yang dijanjikan. Dengan kata lain, ada pengaruh positif antara current ratio terhadap kebijakan dividend. Dalam teori bird in the hand dinyatakan bahwa pembayaran dividend akan mengurangi ketidakpastian dan risiko yang dihadapi investor. Sesuai dengan teori ini perusahaan harus mampu membagikan dividend kepada investor dan diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini kas yang dimiliki perusahaan. Hasil ini sesuai penelitian Suharli dan Oktorina (2005), menyimpulkan bahwa semakin tinggi likuiditas maka dividend yang dibagikan semakin besar pula. Faktor likuiditas dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pengembalian investasi berupa dividend bagi investor. 4.7.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio Hasil penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap devidend payout ratio. Artinya semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan meningkatkan dividend payout ratio.
52 Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba (Suharli dan Oktorina, 2005). Setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dalam rangka meningkatkan produktivitas perusahaan. Selain itu perusahaan harus dapat mengadakan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan operasional usaha perusahaannya. Peningkatan produktivitas dan dilakukannya program efektivitaas dan efisiensi merupakan langkah yang diambil perusahaan dalam rangka memperoleh keuntungan. Karena semakin besar profitabilitas atau laba dengan asumsi kebutuhan perusahaan tetap, maka semakin besar sisa laba yang dapat dibagikan untuk membayar dividend. Profitabilitas memberikan informasi akuntansi kepada investor dalam melakukan investasi. Hal ini sangat penting bagi para investor terkait dengan tingkat pengembalian atau dividend yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Profitabilitas memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan yang dijadikan sebagai determinan utama pertimbangan untuk membagikan dividend. Pengaruh positif profitabilitas terhadap dividend payout ratio dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Suharli dan Oktorina (2005) yang menyatakan bahwa profitabilitas investee dapat memprediksi atau mempengaruhi kebijakan dividend suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividend dengan yakin dan mensinyalkan kualitas keutungan
53 perusahaan. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin besar dividend yang dibagikan kepada investor. Hasil ini sesuai penelitian Marpaung dan Hardianto (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Semakin tinggi laba suatu perusahaan maka semakin tinggi pula aliran kas dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat membayar dividend yang lebih tinggi. 4.7.4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Diviend Payout Ratio Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap devidend payout ratio. Artinya besar kecilnya pertumbuhan perusahaan tidak akan meningkatkan dividend payout ratio. Kebijakan dividend merupakan kebijakan yang sulit karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan bagian keuntungan kepada pemegang saham dalam bentuk dividend ataukah menahannya dan jika akan dibagikan sebagai dividend, berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividend tersebut. Hasil penelitian ini disebabkan karena pertumbuhan perusahaan yang tinggi membutuhkan dana yang besar pula dimasa mendatang semakin dengan demikian manajer lebih memilih untuk menahan laba menjadi dana internal perusahaan dibanding membagikannya sebagai devidend.
54 Hasil ini sesuai penelitian Marietta dan Sampurno (2013), pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. 4.7.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap devidend payout ratio. Artinya besar kecilnya ukuran perusahaan tidak akan meningkatkan dividend payout ratio. Hasil penelitian ini disebabkan karena pengelolaan dana yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya belum efektif. Laba yang dihasilkan perusahaan pun tidak maksimal. Keadaan yang demikian membuat perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun perusahaan besar akan lebih berorientasi pada pertumbuhan perusahaannya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa, ukuran perusahaan (size) merupakan faktor yang tidak mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menentukan kebijakan dividend payout ratio. Hasil ini sesuai penelitian Pasadena (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividend payout ratio.