BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

STATUS HUKUM ANAK HASIL PERNIKAHAN SIRRI DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan, LN tahun 1974 Nomor 1, TLN no. 3019, Perkawinan ialah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. 1 Dan tujuan perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum,

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang lebih dimuliakan dan diutamakan Allah dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan adanya aturan tentang perkawinan bagi manusia dengan aturan yang tidak boleh dilanggar, manusia tidak boleh berbuat semaunya. Allah tidak membiarkan manusia berbuat semaunya seperti binatang, kawin dengan lawan jenis semaunya. Kata nikah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti menghimpun atau mengumpulkan. Sedangkan secara istilah ada beberapa definisi nikah yang dikemukakan oleh ulama fiqh, seluruh definisi tersebut mengandung esensi yang sama meskipun redaksionalnya berbeda. Intinya nikah adalah akad yang menjadikan halalnya hubungan sexsual antara seorang pria dan seorang wanita, saling tolong menolong di antara keduanya serta menimbulkan hak dan kewajiban antara keduannya. 1 Allah SWT telah memberikan batasan dengan peraturannya, yaitu dengan syari'at yang terdapat dalam Al-Quran, di antaranya hukum-hukum perkawinan dan hukum-hukum lainnya yang saling terkait dengan perkawinan, seperti kewajiban suami terhadap istri yaitu memberikan nafkah. Di dalam Al-Qur'an Allah SWT menegaskan : Hoeve, 2001), hal. 1329. 1 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van 1

2 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepada-nya, dan dijadikan-nya d iantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(qs. Ar-Ruum : 21). 2 Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucucucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?".(Q.S An-Nahl : 72). 3 Dengan adanya ikatan pernikahan, akan menimbulkan suatu tanggung jawab serta kewajiban bagi suami kepada istri dan kewajiban istri kepada suami, keluarga ada dan lahir karena suatu pernikahan. Di Indonesia mengenai pernikahan telah diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1 yang berbunyi: cet. Ke-1, hal. 406 2 Departemen RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: PT.Raja Gapindo Persada), 3 Ibid, hal. 274

3 "Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seseorang pria dengan seorang wanita, sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". 4 Selain itu pelaksanaan perkawinan perlu adanya suatu pencatatan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui perundang-undangan yang bertujuan untuk melindungi martabat dan kesucian ( misaq al-galid) suatu perkawinan, dan lebih khusus lagi melindungi perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Karena perkawinan selain merupakan akad-suci, perkawinan juga mengandung hubungan keperdataan. 5 Untuk pencatatan perkawinan, pemerintah secara khusus telah menyediakan kantor pelayanan. Untuk pencatatan perkawinan bagi umat Islam, dilakukan di Kantor Urusan Agama Kecamatan. Sementara untuk pemeluk agama non Islam, pencatatan perkawinan dilaksanakan di Kantor Catatan Sipil yang ada di setiap kabupaten/kota. Pencacatan perkawinan merupakan salah satu asas dalam Undang- Undang Perkawinan, yang diatur pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1974, dan diikuti perumusan yang lebih rinci dalam Kompilasi Hukum Islam. Di bawah ini akan dikutip pasal-pasal yang mengatur pencacatan perkawinan. 4 Hasbullah, Bakhry, Kumpulan Lengkap Udang-Undang dan Peraturan Perkawinan di Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1985), Cet. III, hal. 3 5 Ahmad, Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 2003), cet.vi, hal. 107

4 Hal lain yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan adalah persoalan usia pernikahan, khususnya batas usia minimal yang diatur dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yaitu 19 tahun untuk calon mempelai pria dan 16 tahun untuk calon mempelai perempuan. Oleh karena itu bagi yang melangsungkankan perkawinan sebelum mencapai usia pernikahan dikatakan perkawinan di bawah umur. Berdasarkan pasal 2 ayat (1, 2) tersebut menyatakan tentang keabsahan perkawinan, yaitu ayat (1). Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu. Ayat (2) menyatakan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. 6 Pencatatan perkawinan diatur dalam Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Dalam Pasal 2 PP No. 9 tahun 1975 menegaskan bahwa pencatatan perkawinan bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat nikah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No 22 Tahun 1946 tentang Pencatat Nikah, Talak dan Rujuk. Sedangkan bagi mereka yang tidak beragama Islam (non muslim), pencatatannya dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan pada kantor catatan sipil. 7 6 Hasbullah Bkhry, Op.cit., hal. 3 7 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 235

5 Pencatatan perkawinan di samping bertujuan untuk ketertiban administratif, juga bertujuan untuk melindungi hak-hak orang yang melaksanakan perkawinan, serta sebagai bukti bahwa benar-benar telah terjadi perkawinan 8. Jadi, perkawinan yang dilaksanakan di Indonesia harus dicatatkan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Perkawinan yang tidak dicatatkan atau dilakukan diluar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. 9 Perkawinan yang tidak dicatatkan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan di atas biasanya dikenal dengan nikah sirri atau nikah di bawah tangan. Secara administrasi Negara pernikahan ini melanggar aturan yang berlaku. Dengan demikian, nikah di bawah tangan bisa dianggap tidak mematuhi atau tidak mentaati peraturan pemerintah yang sah. Praktek nikah di bawah tangan ini masih banyak terjadi dikalangan masyarakat Kab. Kuantan Singingi, termasuk pada kalangan anak yang di bawah umur di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi. Di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi di tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 telah terjadi, pernikahan di bawah tangan dikalangan anak di bawah umur sebanyak 8 pasang yaitu : Pasangan pertama : Awis (suami), usia 18 tahun, pekerjaan petani, tinggal di Desa Perhentian Luas dusun II, pendidikan SD, dengan Lina (istri), usia 13 tahun, pekerjaan IRT, tinggal di Desa 21 8 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 5 ayat (1), (Jakarta : 1985). hal. 9 Ahmad, Rofiq,. Loc. Cit. hal. 3

6 Perhentian Luas dusun II, pendidikan SD, mereka menikah pada usia suami 18 tahun dan istri 13 tahun, mereka menikah pada bulan Februari 2014. Pasangan Kedua : Aldi (suami), usia 17 tahun, pekerjaan dagang, tinggal di Desa Perhentian Luas dusun II, pendidikan SMP, dengan Resi (istri), usia 15 tahun, pekerjaan IRT, tinggal di Desa Perhentian Luas dusun I, pendidikan SMP, mereka menikah pada usia suami 17 tahun dan istri 15 tahun. Mereka menikah pada bulan Agustus 2014. Pasangan ketiga : Rio (suami), usia 15 tahun, pekerjaan petani, tinggal di Desa Perhentian Luas dusun III, pendidikan SMP, dengan Lilis (istri), usia 15 tahun, pekerjaan petani, tinggal di Desa Perhentian Luas dusun III, pendidikan SMP, mereka menikah pada usia suami 15 tahun dan istri 15 tahun, mereka menikah pada bulan Desember 2013. Pasangan keempat : Ican (suami), usia 17 tahun, pekerjaan petani, tinggal di Desa Perhentian Luas dusun I, pendidikan SMP, dengan Ida (istri), usia 15 tahun, pekerjaan dagang, tingga l di Desa Perhentian Luas dusun I, pendidikan SMP, mereka menikah pada usia suami 17 tahun dan istri usia 15 tahun. Mereka menikah pada bulan Januari 2014. Pasangan Kelima : Nedi (suami), usia 18 tahun, pekerjaan dompeng, alamat Desa Perhentian Luas dusun II Perhentian Luas,

7 pendidikan SD dengan Yani (i stri) usia 15 tahun, pendidikan SMP, pekerjaan petani, alamat Desa Perhentian Luas dusun II, mereka menikah pada usia suami 18 tahun dan istri usia 15 tahun. Mereka menikah pada bulan september tahun 2013. Pasangan Keenam : Rian (suami), usia 18 tahun, pekerjaan petani, alamat Desa Perhentian Luas dusun III, pendidikan SMP dengan Mana (istri), usia 14 tahun, pendidikan Sekolah Dasar (SD), pekerjaan tani, alamat Desa Perhentian Luas dusun I, mereka menikah pada usia suami 18 tahun dan istri 14 tahun, mereka menikah pada bulan Desember 2014. Pasangan Ketujuh : Anton (suami), usia 17 tahun, pekerjaan petani, alamat Desa Perhentian Luas dusun IV, pendidikan SD. Cici (istri), usia 13 tahun, pekerjaan IRT, alamat Desa Perhentain Luas dusun III, pendidikan SD. Mereka menikah pada usia suami 17 tahun dan istri 13 tahun pada bulan September tahun 2014. Pasangan kedelapan : Isep (suami), usia 17 tahun, pekerjaan Petani, alamat Desa Perhentian Luas dusun 1, pendidikan SD. Ria (istri), usia 15 tahun, pendidikan SMP pekerjaan IRT, alamat Desa Perhentian Luas dusun II. Mereka menikah pada usia

8 suami 17 tahun istri 15 tahun. Ria dan Isep menikah pada bulan Agustus tahun 2014. 10 Dari kasus-kasus di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya pelaksanaan pernikahan di bawah tangan dan di bawah umur di Desa Perhentian Luas tidak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku di pasal 1 Tahun 1974. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti kasus di atas tersebut di dalam suatu kajian yang penulis tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN DI KALANGAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG- UNDANG DAN HUKUM ISLAM ( Studi Kasus di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi Tahun 2013-2014). B. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari topik yang dibahas, maka penulis membatasi penulisan ini pada pelaksanaan pernikahan bawah tangan di kalangan pasangan di bawah umur ditinjau menurut Undang-Undang dan hukum Islam (Studi Kasus di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi tahun 2013-2014). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka ada beberapa permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini, yaitu; 10 R. Ahmad ( Datuak Menikahkan), Wawancara, 11 Desember 2015

9 1. Bagaimana pelaksanaan nikah bawah tangan di kalangan anak di bawah umur di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi? 2. Bagaimana dampak yang terjadi terhadap nikah bawah tangan terhadap pasangan di bawah umur di Desa Perhentian Luas kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi? 3. Bagaimana menurut undang-undang dan hukum Islam terhadap pelaksanaan pernikahan di bawah tangan dan di bawah umur di Desa Perhentian Luas? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian ini, antara lain : a. Untuk mengetahui pelaksanaan pernikahan bawah tangan di kalangan anak di bawah umur di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi. b. Untuk mengetahui dampak nikah di bawah tangan terhadap pasangan di bawah umur di Desa Perhentian Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Islam, baik dalam kalangan intelektual maupun kalangan orang awam, tentang pelaksanaan pernikahan bawah tangan di kalangan anak di bawah umur di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi.

10 b. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar serjana hukum Islam pada jurusan Ahwal Al-Syakshiyyah pada Fakultas Syari ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. c. Sebagai sarana bagi penulis untuk memperkaya ilmu pengetahuan fiqih secara umum tentang pelaksanaan pernikahan bawah tangan di kalangan anak bawah umur di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan field research (penelitian lapangan) adalah penelitian dilakukan dalam situasi alamiah akan tetapi didahului oleh semacam intervensi (campur tangan) dari pihak peneliti. Intervensi ini dimaksudkan agar fenomena yang dikehendaki oleh peneliti dapat segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi semacam kendali situasi di lapangan. 2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi. Alasannya karena di Desa Perhentian Luas banyak terjadi pernikahan di bawah tangan dikalangan anak di bawah umur. 3. Subjek dan Objek Penelitian a. Sabjek penelitian

11 Adapun yang menjadi sabjek dalam penelitian ini adalah pasangan yang melakukan perkawinan di bawah umur, tokoh Agama, tokoh masyarakat, datuk yang menikahkan dan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Logas Tanah Darat. b. Objek penelitian Sebagai objek penelitian ini adalah pelaksanaan nikah di bawah tangan bagi pasangan di bawah umur yang dilakukan di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi. 4. Populasi dan Sampel Adapun populasi dalam penelitian ini sebanyak 26 orang yang terdiri dari 8 pasang ( 16 orang) yang menikah di bawah tangan dibawah umur, 1 (satu) orang datuk yang menikahkan, 4 (empat) orang tokoh agama, 4 (empat) orang tokoh masyarakat dan 1 (satu) orang Kepala KUA Kec. Logas Tanah Darat yang terkait dalam penulisan ini. Karena populasinya sedikit maka penulis mengambil secara penuh dan sekaligus di jadikan sampel dengan menggunakan metode Total Sampling. 5. Sumber Data Adapun data yang mendukung tulisan ini terdiri dari: a. Data Primer, yakni data utama yang penulis peroleh dari pihak-pihak yang terlibat yakni anak yang menikah di bawah tangan bawah umur, datuak yang menikahkan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kepala KUA di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi.

12 b. Data sekunder, yakni data yang diperoleh melalui penelitian perpustakaan. 6. Teknik Pengumpulan Data a. Obsevasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dan penyelidikan terhadap pelaksanaan pernikahan di bawah tangan di kalangan anak di bawah umur. b. Wawancara, wawancara ini dilakukan dengan pasangan yang menikah di bawah tangan di bawah umur, datuk menikahkan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan Kepala Kantor Urusan Agama di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuatan Singingi. c. Studi keperpustakaan, yaitu mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan permaslahan yang diteliti. 7. Teknik Analisis Data Dalam pembahasan ini, penulis menggunakan metode kualitatif yaitu datadata yang sudah terkumpul diklasifikasi ke dalam kategori-kategori berdasarkan persamaan jenis data yang kemudian data tersebut diuraikan lalu dibandingkan antara satu dengan lainnya sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang masalah yang diteliti. 8. Metode Penulisan Setelah diperoleh dengan menggunakan teknis di atas, maka disusunlah data tersebut dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Deduktif, yaitu dengan mengumpulkan kaedah-kaedah yang umum, kemudian diuraikan dengan mengambil kesimpulan khusus.

13 b. Induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dan kemudian dari faktafakta tersebut diambil kesimpulan secara umum. F. Sistematika Penulisan Agar pembahasan lebih terarah dan mudah dipahami, maka dalam menguraikan peneliti berusaha menyusun kerangka secara sistematik. Sebelum memasuki bab pertama dan berikutnya, maka penulisan skripsi diawali dengan bagian muka, yang memuat halaman judul, nota pembimbing, pengesahan,persembahan, abstraksi, kata pengantar dan daftar isi. BAB I : Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah,tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : Gambaran umum lokasi penelitian, yang terdiri dari, sejarah berdirinya desa Perhentian Luas, agama, pendidikan, pemerintahan, sosial ekonomi, adat istiadat, sarana trasportasi dan komunikasi. BAB III : Kerangka Teoritis: Pernikahan dibawah tangan dan di bawah umur: Pengertian pernikahan di bawah tangan, pernikahan di

14 bawah tangan menurut Undang-Undang, pernikahan di bawah tangan menurut hukum Islam, faktor-faktor penyebab pernikahan di bawah tangan, pengertian pernikahan di bawah umur, pernikahan di bawah umur menurut Undang-Undang, pernikahan di bawah umur menurut hukum Islam, faktor-faktor penyebab pernikahan dibawah umur. BAB IV : Analisis pelaksanaan pernikahan di bawah tangan di kalangan anak di bawah umur, dampak yang terjadi terhadap nikah bawah tangan bawah umur di Desa Perhentian Luas Kec. Logas Tanah Darat Kab. Kuantan Singingi dan pandangan undang-undang dan hukum Islam terhadap pelaksanaan pernikahan di bawah tangan di kalangan anak di bawah umur di Desa Perhentian Luas. BAB V : Kesimpulan dan Saran