BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KAJIAN DATA LAPANGAN IV.1 KAJIAN STRUKTUR MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN

Ground belum diatur secara luas dan lokasi.

STUDI KONSEP EKOLOGIS AREA PERMUKIMAN KAWASAN PARIWISATA PANTAI 1 Objek Studi : Dusun Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

STUDI KONSEP EKOLOGIS AREA PERMUKIMAN KAWASAN PARIWISATA PANTAI. Kasus Studi Dusun Ngentak, Poncosari Srandakan, Bantul

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV PANDUAN KONSEP

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB III PROGRAM PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu Sustainable architecture, dengan tiga unsur

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang ditemukan. Tesis studi konsep ekologis untuk area permukiman

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP RANCANGAN

Transkripsi:

84 BAB V ANALISIS V.1 Fisik Lahan Permukiman V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman Lahan Permukiman Dusun Ngentak berada diatas lahan yang memiliki kemiringan <2 derajat. Lahan permukiman dilapisi tanah coklat yang memungkinkan untuk menanam vegetasi. Lahan permukiman berbentuk persegi panjang mengikuti pembagian zona fungsi bangunan yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman Tabel 5.1 Tabel Perhitungan Kapasitas Lahan Permukiman dusun Ngentak Luas Lahan Perhitungan Luas Keterangan Permukiman Ideal Luas Lahan : +/- 3.5 Lahan 1 Ha dapat Ha diisi 50 bangunan Jumlah Rumah : 30 permukiman. Sehingga 3.5 Hax 50 = 175 Rumah Sumber: Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai hal 12 Luas lahan permukiman belum maksimal dipergunakan. Lahan Permukiman dapat digunakan untuk 175 KK dengan sistem memusat sehingga zona permukiman dan area hijau menjadi jelas. V.1.3 Koridor Permukiman Batas antara kavling unit permukiman adalah koridor jalan dan pekarangan depan. Lebar koridor adalah 3.5 m dan dapat digunakan

85 menjadi sarana transportasi mobil, motor dan sepeda. Permukaan koridor dilapisi konblok untuk membentuk bidang jalan yang datar. Koridor permukiman tidak memiliki penghijauan secara teratur karena vegetasi yang ada merupakan bagian dari pekarangan rumah. V.1.4 Vegetasi Lokal Vegetasi yang tumbuh dikawasan permukiman tidak memiliki pola dan jenis tertentu karena penanaman tumbuhan berdasarkan keinginan pemilik unit rumah. Jenis vegetasi yang tumbuh adalah tanaman pangan dan peneduh. Tanaman pangan berupa daun kangkung, bayam, kacangkacangan, buah-buahan dan kelapa. V.2 Fisik Bangunan Permukiman V.2.1 Bentuk Bangunan ar Gambar 5.1 Foto Tipikal Bentuk Permukiman Dusun Ngentak Sumber: Survey Lapangan, April 2014 Gambar 5.2 Foto Tipikal Bentuk PermukimanDusun Ngentak Sumber: Survey Lapangan, April 2014 Secara eksterior bangunan permukiman tidak mengarah pada suatu tipologi desain tertentu. Ketinggian bangunan rata-rata 5-6 m. Bentuk banguanan tercipta berdasarkan kemampuan dan kebutuhan fungsi ruang penghuni. Pola yang dapat dibaca adalah pola penempatan zona ruang yang terlampir dibawah ini.

86 Legenda : A. Pekarangan depan ( Digunakan untuk area semi-publik dan meletakan vegetasi) A1. Pekarangan samping ( Digunakan untuk menyimpan ternak, kayu, kolam secara terpisah atau menyatu dengan bangunan hunian) A2. Pekarangan Belakang ( Digunakan untuk meletakan vegetasi) B. Teras ( Digunakan untuk menerima tamu, penyimpanan kendaraan dan hasil pekerjaan) C. Area privat (Digunakan untuk kamar dan ruang keluarga) D. Area Servis ( Digunakan untuk area cuci dan kamar mandi yang dapat menyatu atau terpisah dengan bangunan hunian) Gambar 5.3 Zona Pembagian Ruang dalam unit Permukiman dusun Ngentak Sumber: Analisis, 2014 V.2.2 Material Bangunan Secara Fisik Exterior dan Interior material yang digunakan pada bangunan hunian tidak dipilih secara khusus untuk beradaptasi dengan iklim pantai. Material didapatkan dan dibeli dari luar desa yaitu atap genteng tanah liat, semen, kayu, tripleks, beton, besi dan lain-lain. V.2.3 Bangunan Hijau Gambar 5.4 Foto material yang digunakan pada bangunan permukiman Sumber: Survey Lapangan, April 2014 Secara penggunaan energi, bangunan unit permukiman di dusun Ngentak menggunakan total energi pada level dibawah normal (rendah). Penggunaan daya listrik per unit bangunan adalah 450 watt. Berdasarkan kebutuhan listrik berdasarkan luasan bangunan yaitu rata-rata 80m2 per

87 unit maka daya listrik yang diperlukan adalah 1600watt per unit. Energi didapatkan dari PLN, fasilitas penghasil energi tenaga hybrid tersedia tetapi pemanfaatan belum mencapai area permukiman. Secara penggunaan material, bangunan permukiman tidak diarahkan untuk adapatasi terhadap iklim pantai dengan kelembapan tinggi. Fitur bangunan hijau teknologi rendah atau tinggi tidak digunakan di unit permukiman. Tabel 5.2 Tabel Perhitungan Kapasitas Pembangkit Listrik Hybrid Sistem Pembangkit Listrik secara teknis 88 KW (Cuaca dalam Keadaan Maksimal Keceptan Angin 12m/s) Eksisting Dihasilkan Sumber: Workshop PLTH dusun Ngentak, 2014 Energi +/- 29 KW (Keceptan Angin Pantai Baru 4m/s) Kebutuhan Energi Usaha Kuliner 15 Ampere (15 x 220 Volt = 3300 watt/ 3.3 KW) Tabel 5.3 Tabel Perhitungan Kebutuhan Listrik di Zona Permukiman Dusun Ngentak Jumlah Permukiman Jumlah Permukiman Tengah (30 unit Rumah, 2 ampere/unit) Utara (250 unit Rumah, 2 ampere/unit) Perhitungan Jumlah 30 unit x 2 (ampere) x Energi Listrik yang 220 (volt) = 13,2 KW diperlukan Sumber: Workshop PLTH dusun Ngentak, 2014 250 unit x 2 (ampere) x 220 (volt) = 110 KW Berdasarkan tabel perhitungan 5.2, energi listrik yang dihasilkan PLTH sudah dapat memenuhi kebutuhan usaha kuliner dan terdapat kelebihan energi sebesar 25,7 KW yang dapat dimanfaatkan untuk zona permukiman dan peternakan. Berdasarkan tabel perhitungan 5.3,

88 kelebihan daya listrik dapat mengakomodasi kebutuhan listrik pada zona permukiman tengah. V.3 Ketersediaan Air Bersih Air adalah elemen pokok untuk melangsungkan kegiatan bermukim. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi, cucim kakus dan minum. Ketersediaan dan kualitas air akan mempengaruhi kesehatan penghuni unit permukiman. V.3.1 Sumber Air Letak permukiman yang berdekatan dengan kawasan pantai menyebabkan air tanah yang keluar dari sumur belum memadai untuk kebutuhan air minum. Berdasarkan rumah warga yang menggunakan sumur, kedalaman 10-15 meter air tanah sudah dapat keluar dari galian sumur. Setiap unit permukiman menggunakan air yang berasal dari sumur dan PDAM. Gambar 5.5 Foto penempatan area servis pada unit permukiman dusun Ngentak Sumber : Survey Lapangan, April 2014

89 V.3.2 Kualitas Air Berdasarkan penyataan penghuni permukiman kualitas air yang berasal dari sumur didusun Ngentak mengalami penurunan kejernihan selama 5 tahun terakhir. Kualitas air yang menurun tidak mempengaruhi aktifitas penghuni karena penggunaan PDAM dapat menunjang kebutuhan air. V.4 Sistem Pembuangan Aktifitas kehidupan penghuni permukiman dan iklim menghasilkan limbah buangan yang beragam. Jalur pembuangan limbah harus disiapkan sehingga kegiatan bermukim dapat berlangsung secara berkelanjutan. Limbah dapat berasal dari area dapur, kamar mandi, kegiatan konsumsi, vegetasi yang rapuh. Secara iklim, air hujan memerlukan sistem pembuangan untuk mengantisipasi volume air yang berlebihan dan pemanfaatan air hujan.pada unit permukiman dusun Ngentak pembuangan melalui 3 media yaitu septic tank, tanah dan dibakar. Keterangan : Limbah hasil konsumsi Limbah hasil pembuangan kloset Air sisa hasil meja cucian, kamar mandi dan hujan Gambar 5.6 Diagram Pola Pembuangan Air dan Limbah Sisa eksisting pada unit permukiman dusun Ngentak

90 V.4.1 Pembuangan Air Kotor Pada unit permukiman, air kotor berasal dari kloset kamar mandi. Berdasarkan keterangan penduduk setempat, setiap unit permukiman sudah dilengkapi septic tank sebagais saluran pembuangan air kotor. Penempatan septic tank belum di rencanakan dengan pertimbangan pemisahan jalur air bersih dan air kotor karena beberapa unit permukiman memiliki kamar mandi yang terpisah dengan bangunan rumah. Gambar 5.7 Diagram Pola Pembuangan Limbah Air Kotor eksisting pada unit permukiman dusun Ngentak V.4.2 Pembuangan Air Cuci (Grey Water) Sisa air cuci yang berasal dari meja cuci, bak mandi di kamar mandi dan dapur langsung dialirkan ke tanah. Perlakuan ini diterapkan karena lahan sisa untuk menyerap masih ada. Unit permukiman belum memiliki sistem pengumpulan sisa air cuci untuk di daur ulang sehingga sisa air cuci dibuang secara langsung. Pembuangan sisa air cuci secara langsung dapat mengganggu kesuburan lahan permukiman.

91 Air sisa bak mandi Air sisa wastafel Air sisa dapur Gambar 5.8 Diagram Pola Pembuangan Limbah Air sisa cuci dan mandi eksisting pada unit permukiman dusun Ngentak V.4.3 Pembuangan Air Hujan Pada area permukiman, pembuangan dan penampungan air hujan tidak memiliki jalur khusus sehingga penyerapan air hanya menggunakan permukaan pekarangan permukiman. Berdasarkan penjelasan dari ketua kelompok kegiatan dusun Ngentak, pada desember 2012 terjadi banjir karena tanah tidak mampu menyerap kelebihan air hujan yang menggenang di permukaan pekarangan.aliran sungai buatan di dusun Ngentak disebut Pur. Pur digunakan untuk mengalirkan kelebihan air hujan dilahan basah tetapi ketinggian Pur disisi barat dan timur tidak sama sehingga operasionalnya tidak dapat berjalan maksimal.

92 Gambar 5.9 Diagram Pola Pembuangan sisa air hujan mandi eksisting pada unit permukiman dusun Ngentak V.4.4 Pembuangan Sampah Pola konsumsi dan kegiatan penghuni permukiman setiap hari menghasilkan sampah organik dan non-organik. Pada saat ini, sampah di area permukiman dikelola secara pribadi dan dibersihkan dengan cara dibakar. Pembakaran sampah dipilih karena cara ini dinilai warga sebagai media paling sederhana dan karena belum ada struktur masyarakat yang mengatur pengelolahan sampah. Pembersihan sampah dengan cara dibakar menimbulkan polusi udara dan sampah organik seharusnya dapat diolah kembali sebagai pupuk kompos untuk pertanian. Sampah Organik yang dihasilkan vegetasi di pekarangan Sampah Dibakar Sampah dari pola konsumsi penghuni permukiman Gambar 5.10 Diagram Pola pembuangan dan pengolahan sampah eksisting pada unit permukiman dusun Ngentak

93 V.5 Akses Pada dusun ngentak akses direncanakan dengan pembagian zona area dan diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu akses internal dan eksternal. Akses internal digunakan untuk sirkulasi didalam setiap zona area, sedangkan akses eksternal digunakan untuk menghubungkan antar zona area dan dusun lainnya. Zona Permukiman Zona Peternakan Zona PLTH Zona Pantai Akses Eksternal Akses Internal Gambar 5.11 Diagram pola akses unit permukiman menuju tempat kegiatan di dusun Ngentak V.5.1 Sistem Sirkulasi Sirkulasi permukiman secara eksternal dan internal menggunakan jalan berpermukaan rata yang dapat mengkamodasi penggunaan kendaraan bermotor. Sirkulasi internal permukiman berbentuk kluster dengan jalan kon blok yang memiliki lebar 3.5 meter. Sirkulasi eksternal permukiman melalui jalan berpermukaan aspal yang memiliki lebar 8 meter

94 dan dapat dilalui 2 jalur kendaraan. Radius zona permukiman menuju zona area aktifitas lainnya berkisar antara 0.5 1.5 km sehingga memungkinkan penghuni permukiman untuk mencapai tempat aktifitas dengan berjalan kaki dan sepeda. V.5.1 Sarana Transportasi Penghuni permukiman secara umum memiliki kendaraan pribadi termasuk sepeda dan motor yang digunakan untuk mencapai tempat kegiatan sehari-hari. Kendaraan motor adalah transportasi yang paling banyak digunakanmasyarakat dusun. Transportasi umum berupa bus tersedia setiap pagi untuk mengangkut warga dusun Ngentak yang bertujuan ke pasar Giwangan, selain jalur tersebut warga menggunakan kendaraan pribadi. V.6 Sektor Penunjang Permukiman Berdasarkan struktur organisasi masyarakat dusun Ngentak, setiap sektor kegiatan memiliki kelompok masing-masing. Sektor kegiatan ini termasuk pertanian, peternakan, pertambakan, perikanan, usaha kuliner, PLTH, pariwisata dan kepemudaan. Kelompok ini secara aktif mengadakan kegiatan dan berkumpul untuk membahas masalah yang terjadi disektor yang dikelola. Kelompok-kelompok ini terdiri dari penghuni permukiman yang memiliki perbedaan kelompok usia dan pekerjaan. Kegiatan kelompok tersebut membutuhkan wadah untuk tempat berkumpul secara bersama-sama sehingga setiap kelompok dapat berkembang secara maksimal.

95 Tabel 5.4 Kajian Konsep Ekologis di Sektor Kegiatan dusun Ngentak NO SEKTOR 1 Pertanian Gambar 5.12 foto lahan pertanian dusun Ngentak Sumber : Survey Lapangan, April 2014 KAJIAN KONSEP EKOLOGIS Sektor pertanian didusun Ngentak terdiri dari penanaman padi dan sayur mayur. Secara ekologis, sektor pertanian berkontribusi untuk ketersediaan lahan produktif hijau dan pangan lokal. Selain hal tersebut, pertanian dusun Ngentak menggunakan pupuk organik sehingga hasil panen lebih aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan ketua kelompok kegiatan pertanian, lahan pertanian berkurang karena peminat usaha pertanian menurun. 5 tahun lalu lahan pertanian dapat menghasilkan padi, bawang, sayur hijau tetapi hasil pertanian sangat terbatas. Hal ini disebabkan penduduk lokal lebih memilih mengerjakan sektor pertambakan karena hasil yang didapat kan lebih cepat dan banyak. 2 Peternakan Gambar 5.13 foto peternakan dusun Ngentak Sumber : Survey Lapangan, April 2014 Sektor peternakan mengelolah pemberdayaan sapi daging. Peternakan sapi dusun Ngentak sudah melakukan inovasi secara ekologis, hasil kotoran sapi di daur ulang menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan usaha kuliner di tepi pantai. Pakan yang digunakan adalah rumput yang berasal dari lingkungan sekitar. Hasil daging sapi belum dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan lokal karena peternakan dianggap sebagai sektor bisnis yang harus dijual keluar dusun. Secara lokasi, peternakan dusun Ngentak bersebelahan

96 dengan area permukiman. Kondisi saat ini masyarakat permukiman belum terganggu dengan polusi udara tidak sedap yang berasal dari peternakan karena letak bangunan hunian masih berjauhan. 3 Pertambakan Gambar 5.14 foto pertambakan dusun Ngentak Sumber : Survey Lapangan, April 2014 Sektor pertambakan dusun Ngentak mengelolah pemberdayaan udang air payau. Jangka waktu panen udang +/- 40 hari, secara ekonomi sektor pertambakan berkontribusi memberikan penghasilan lebih untuk penduduk lokal. Berdasarkan keterangan dari dinas pariwisata lahan yang digunakan untuk pertambakan tidak terbatasikarena belum ada peraturan tentang luasan pembagian pengolahan lahan didusun Ngentak karena kepemilikan tanah masih Sultan Ground. Secara ekologis, pertambakan yang berlebihan dapat mengurangi ketersediaan lahan hijau dan limbah tambak belum dikelola sebelum dibuang. Masyarakat dusun Ngentk membuat saluran pembuangan limbah tambak menuju sungai Progo dengan asumsi limbah dapat mengalir ke laut lepas. 4 Perikananan Gambar 5.15 foto kapal nelayan dusun Ngentak Sumber : Survey Lapangan, April 2014 Sektor perikanan di dusun Ngentak melibatkan nelayan ikan laut. Ikan yang dihasilkan berasal dari laut lepas pantai. Hasil penangkapan ikan dikelola di tepi pantai. Berdasarkan keterangan nelayan, hasil tangkapan biasanya sudah ada yang menampung untuk membeli sehingga tidak menimbulkan sisa dan limbah.

97 5 Usaha Kuliner Gambar 5.16 foto usaha kuliner dusun Ngentak Sumber : Survey Lapangan, April 2014 Secara operasional sektor kuliner sudah mulai mnerapkan konsep ekologis dengan menggunakan biogas dan listrik yang berasal dari PLTH. Pengolahan sampah belum dikelola secara kelompok sehingga pemilik unit usaha bertanggung jawab membersihkan sampah didepan unit kios dan membakar sisa sampah secara pribadi. 6 PLTH Gambar 5.17 foto workshop PLTH dusun Ngentak Sumber : Survey Lapangan, April 2014 7 Kepemudaan Sektor PLTH sebagai penghasil listrik dengan menggunakan media kincir angin dan panel surya. Hasil energi listrik saat ini dapat memenuhi sebagian kebutuhan usaha kuliner. Berdasarkan informasi dari petugas PLTH, keterbatasan penghasil energi listrik disebabkan kekurangan jumlah baterai untuk menyimpan daya listrik yang dihasilkan. PLTH memiliki workshopyang digunakan untuk tempat memperbaiki peralatan dan memberikan edukasi kepada peserta didik yang ingin mengetahui cara kerja dari panel surya dan kincir angin. Sektor kepemudaan tidak menghasilkan hasil produksi tetapi kepemudaan memberikan kontribusi secara ekologis sosial membentuk generasi muda sebagai penerus keberlanjutan masyarakat dusun Ngentak. Peran kepemudaan di dusun Ngentak lebih difokuskan untuk perencanaan acara-acara desa dan menjadi bagian dari siskamling.

98 8 Pariwisata Pariwisata dusun Ngentak yang di unggulkan adalah wisata pantai Baru, secara ekologis pantai Baru sudah memulai konsep ekologis dengan penanaman cemara udang disepanjang tepi pantai. Vegetasi cemara udang berfungsi sebagai pemecah angin dan mencegah terjadinya abrasi. Pantai Baru memiliki koordinator untuk mengumpulkan sampah, tetapi proses pengolahan sampah masih menggunakan cara dibakar. V.7 Dampak Permukiman Dusun Ngentak Terhadapa Pariwisata Pantai Baru Pada dasarnya permukiman dusun Ngentak dan Kawasan Pariwisata memiliki hubungan saling membutuhkan dan terkait. Pada awal mulanya permukiman masyarakat dusun Ngentak yang terlebih dahulu terbentuk di kawasan ini, setelah itu peresmian tempat wisata Pantai Baru. Hal ini dapat menjadi fenomena yang terjadi bahwa pertumbuhan permukiman di dekat zona kekayaan alam memiliki dampak berkembangnya pariwisata alam yang berada didekatnya. Pariwisata membutuhkan sumber daya manusia untuk mengolah dan merawat lokasi wisata, sehingga permukiman berdampak pada operasional tempat wisata yang efisien. Kegiatan penghuni permukiman sehari-hari juga mendukung suasa tempat wisata karena tempat wisata menjadi lebih ramai dan pada malam hari penghuni permukiman menjadi pelaku yang tinggal disekitar area wisata.

99 Gambar 5.18 Diagram Dampak Permukiman Dusun Ngentak Terhadapa Pariwisata Pantai Baru V.8 Dampak Pariwisata Pantai Baru Terhadap Permukiman Dusun Ngentak Secara ekologis, pengembangan area pariwisata pada kawasan permukiman tepi pantai dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kenyamana zona permukiman. Pada kasus dusun Ngentak, pengembangan pantai Baru menjadi solusi sebagai lapisan kawasan penyaring angin kencang yang berhembus dari pantai menuju permukiman. Pengembangan zona vegetasi cemara udang di Pantai Baru berdampak minimalisasi resiko abrasi yang terjadi di zona permukiman. Secara ekonomi, penduduk permukiman dapat menjadikan Pantai menjadi zona untuk berdagang dan menyediakan layanan jasa. Hal ini berdampak peningkatan ekonomi untuk masyarakat lokal yang tinggal di sekitar Pantai Baru yaitu masyarakat dusun Ngentak.

Gambar 5.19 Dampak Pariwisata Pantai Baru Terhadap Permukiman Dusun Ngentak 100