Analisa Performansi Cooling Pad Tanpa Saluran Udara dan dengan Saluran Udara

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa performansi cooling pad tanpa saluran udara dan dengan saluran udara

Analisa performansi cooling pad dengan penambahan saluran berbentuk silinder dan balok

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR TANPA DUCTING DAN DENGAN DUCTING ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK ABSTRAK

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)

Studi Eksperimental Performansi Penndingin Evaporative Portable Dengan Pad Berbahan Spon Dengan Ketebalan Berbeda

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

Study eksperimental performa pendingin ice bunker dengan kombinasi massa dry ice dan ice

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

PENGARUH JENIS SPRAYER TERHADAP EFEKTIVITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DENGAN COOLING PAD SERABUT KELAPA

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN BERLAWANAN ARAH

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Potensi Air Kondensat Sebagai Media Pendingin Untuk Aplikasi Modul Evaporative Cooling Terhadap Performansi AC Split 1 PK

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN EFISIENSI AIR COOLER DENGAN SERABUT KELAPA

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERUBAHAN EFISIENSI KERJA AIR COOLER DENGAN SPONGE

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG

PENINGKATAN UNJUK KERJA PERALATAN AIR WASHER

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

PENGARUH PROSES DEHUMIDIFIKASI TERHADAP TEMPERATUR UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CaCl2)

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

PENGGUNAAN WATER HEATING PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ALAT PENGENDALI KELEMBABAN UDARA DI DALAM RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

ANALISA PENGARUH VARIASI LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER MEMANFAATKAN ENERGI PANAS LPG

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

Menurut Brennan (1978), pengeringan atau dehidrasi didefinisikan sebagai pengurangan kandungan air oleh panas buatan dengan kondisi temperatur, RH, da

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT. V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Campuran udara uap air

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol.6 No.1, Januari 217 (41-46) Analisa Performansi Cooling Pad Saluran Udara dan dengan Saluran Udara A A Dwi Swantika, Hendra Wijaksana, Ketut Astawa Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali Abstrak Pendinginan evaporatif merupakan proses penguapan air pada suatu permukaan yang mengalami kontak secara langsung antara air dengan udara. Pendingin evaporatif pada penelitian ini digunakan untuk mendinginkan suhu udara di dalam kandang ayam agar tidak mengalami heat stress. digunakan sebagai media menyalurkan udara, perpindahan panas, dan untuk mengurangi kelembaban pada proses penguapan air yang terjadi kontak dengan udara.dalam penelitian ini menggunakan variasi tanpa ducting dan dengan ducting. Volume ducting yaitu.54, dengan penambahan lubang pada bagian bawah dengan diameter 5 cm berjumlah 65 lubang. Pengujian dilakukan untuk mengetahui performa pendingin evaporative cooling yang meliputi penurunan bola kering udara, efektivitas pendinginan, kapasitas pendinginan, EER dan kelembaban relatif. Variabel yang diukur pada saat pengujian adalah putaran rpm fan yaitu rpm 1 (144 rpm), rpm 2 (147 rpm) dan rpm 3 (15 rpm).dari penelitian dengan ducting pada rpm 2 menghasilkan kelembaban relatif le bih baik dibanding dengan tanpa ducting. Nilai yang di dapat pada pengujian dengan ducting 6-7% merupakan kelembaban nyaman bagi ayam.semakin besar kontak udara yang mengandung uap air dengan sistem, akan mempengaruhi kelembaban yang terjadi. Kata kunci : pendinginan, suhu, ducting, kelembaban. Abstract Evaporative cooling is the evaporation of water on a surface that experienced direct contact between the water with air. Evaporative coolers in this study is used to cool the air temperature inside the henhouse so as not to heat stress. used as a medium to channel air, heat transfer, and to reduce moisture on the evaporation of water that comes in contact with air.in this study, using variations without ducting and ducting. Volume ducting ie,54 m ^ 3, with the addition of a hole at the bottom with a diameter of 5 cm are 65 holes. Tests conducted to determine the performance of cooling evaporative cooling which include a decrease in air-dry bulb, the effectiveness of cooling, cooling capacity, EER and relative humidity. Variables measured at the time of testing that is round fan rpm 1 rpm (144 rpm), 2 rpm (147 rpm) and 3 rpm (15 rpm).from studies with ducting at 2 rpm produces relative humidity is better than without ducting. Values in the can on testing with ducting humidity 6-7% is comfortable for chicken. The greater the contact to air containing water vapor with the system, will affect the moisture that occurs. Keywords: cooling, temperature, ducting, humidity.. 1. Pendahuluan Cooling pads merupakan media pendingin pada evaporative cooling wall.cooling pads yang akan di gunakan berbahan sumbu kompor minyak tanah yang memiliki penyerapan yang baik dengan susunan pads type staggered agar fluida yang lewat dapat menguap pada partikel-partikel terkecil. Evaporative cooling pads selain sebagai pendingin, juga merupakan saringan air. Semakin besar debit air yang di gunakan menghasilkan penurunan bola kering udara, efektivitas pendinginan, kapasitas pendinginan, dan EER (Energy Effesiensi Ratio) yang tinggi pula [1]. Berdasarkan hal tersebut penulis akan melakukan pengujian karakteristik cooling pads dengan sumbu kompor dengan penambahan ducting pada transmisi aliran udara guna mendapatkan hasil penelitian untuk mengetahui kemampuan pendinginan yang terjadi. Dari hal tersebut peneliti ini menambahkan ducting berbentuk balok berupa plat seng yang di beri beberapa lubang di bagian bawah ducting untuk menyerap panas dan langsung di buang ke lingkungan bersama uap air yang tersisa oleh bantuan dorongan fan dengan variasi aliran udara yang di harapkan mampu mendapatkan proses pendinginan yang terbaik. Agar nantinya system pendingin cooling pad dengan penambahan ducting bisa aplikasikan pada kandang ayam. Dalam hal ini maka ada beberapa permasalahan yang akan dikaji, yaitu: Bagaimanakah performansi cooling pad berbahan sumbu kompor tanpa ductingterhadap penambahan duckting. Beberapa batasan ditetapkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Pengambilan data-data penelitian dilakukan pada ruangan terbuka. 2. Temperatur lingkungan dianggap konstan. 3. Temperatur air yang digunakan 1⁰C ±1⁰C. Korespondensi: Tel.: 82237596457 E-mail:gunk_wix@yahoo.co.id

Januari 217 (35-46) 4. Fan yang digunakan adalah fan dengan variasi kecepatan aliran udara. 5. Pengambilan data dilakukan setelah alat dihidupkan saat pad basah secara merata. 2. Dasar Teori Evaporative Cooler merupakan sebuah mesin pendingin yang menggunakan prinsip evaporative cooling [2]. Evaporative cooling merupakan sistem pengkondisian udara yang menggunakan air untuk mendinginkan dan menambah kadar air atau kelembaban pada aliran udara, sehingga temperatur bola kering menjadi lebih dingin sebelum mengalami proses penguapan. Udara yang berperan dalam proses penguapan mengalami perubahan secara psikhrometrik yaitu terjadi perbedaan atau perubahan suhu bola kering (dry bulb temperature) dan suhu bola basah (wet bulb temperature) udara sebelum dan sesudah kontak dengan media basah. Besarnya perbedaan kedua suhu tersebut dari kondisi udara yang digunakan, akan menentukan terhadap besarnya efek pendinginan yang terjadi [3]. Pada umumnya evaporative cooler bekerja dengan menghisap udara dari lingkungan, saat dihisap inilah udara bersinggungan dengan bantalan yang ditetesi air di sisi belakang (sisi hisap) blower/fan. Air membasahi bantalan yang menyerupai jala-jala di bagian atasnya dan sisa tetesan ini akan jatuh di water tank yang ada di bawah. Air disirkulasikan dari water tank ke bagian atas bantalan dengan bantuan pompa. Udara dingin yang keluar dari bantalan akan dihisap dan dihembuskan oleh blower/fan kelingkungan, dan proses pendinginan pun berlangsung [4]. Gambar 1. Rancangan evaporative cooler 2.1 Sifat - Sifat UdaraBasah Dry Bulb temperature (Temperatur bola kering), adalah temperatur udara yang diukur menggunkan termometer yang terkena udara bebas namun terjaga dari sinar matahari dan embun [5]. Wet Bulb Temperature (Temperatur bola basah), yaitu suhu bola basah.sesuai dengan namanya wet bulb, suhu ini diukur dengan menggunakan termometer yang bulbnya (bagian bawah termometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya.perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain 42 basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada dalam thermometer [6]. Kelembaban Relatif merupakan ukuran derajat kejenuhan udara pada temperatur bola kering (T db) tertentu.besaran ini menyatakan presentase kejenuhan udara. RH = 1% berarti udara dalam keadaan jenuh dan RH = % berarti udara dalam keadaan kering sempurna. PsychrometricChart diagram yang digunakan dalam praktek teknik pengkondisian udara, namun salah satu yang sering digunakan dan melingkupi banyak sifat udara adalah psychrometric chart. Diagram ini juga memiliki akurasi yang masih dapat diterima untuk masalah pengkondisian udara [7]. 2.2 Performansi PendinginanEvaporative Penurunan temperatur bola kering udara ( TdB) dapat didefinisikan sebagai selisih antara temperatur bola kering udara memasuki sistem dengan temperatur bola kering udara keluar system [8]. TdB = TdB,i TdB,o...(1) Efektivitas ini dapat didefinisikan sebagai penurunan temperatur bola kering yang dihasilkan dibagi dengan selisih temperatur bola kering dan temperatur bola basah udara yang memasuki sistem [8].,,,, (2) Untuk menentukan kapasitas pendinginan sensibel dapat dihitung dengan persamaan berikut dalam satuan (kw)[8]. qs = Q ρ Cp (TdB,i TdB,o )... (3) Energy efficiency ratio (EER) merupakan hasil bagi antarakapasitaspendinginan sensibel dengan jumlah konsumsi energi pendinginan[8]. EER =,,..(4) Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air) [9]. Er = 5 / 3. Metode Penelitian Penelitian dan pengujian cooling pad ini mempergunakan peralatan dan bahan sebagai berikut: a. Pompa digunakan untuk mengalirkan air dari water tank ke water distribution line. b. Pipa, Elbow, T, dan Dop c. Fan digunakan untuk mengalirkan udara pada sistem /

Januari 217 (35-46) d. Sumbu Kompor digunakan sebagai media atau material pad dalam penelitian. e. Besi Ldigunakan untuk membuat kerangka saluran udara/ducting f. Kaca dengan ukuran 5 mm digunakan sebagai water tank dan water distribution lineuntuk menampung air. g. Termometerdigunakan untuk mengukur temperatur bola kering dan bola basah udara. h. Stopwatchdigunakan untuk mengukur waktu saat melakukan proses pendinginan. i. Anemometerdigunakan untuk mengukur kecepatan pada aliran udara. j. Airdigunakan untuk meningkatkan kelembaban udara dan menurunkan temperatur udara. k. Batu ESdigunakan untuk mengkondisikan temperatur air pada sistem pendingin evaporatif. l. Kain Katundigunakan untuk memodifikasi termometer untuk mengukur temperature bola basah. m. Besi Platdigunakan sebagai penutup rangka cooling pad, box uji, ducting dan manifold. n. Lampu Pijardigunakan sebagai beban pemanasan dalam box uji o. Timbangan digunakan untuk menimbang berat alat sebelum dan sesudah pengujian. p. Tachometerdigunakan untuk mengukur putaran rpm pada fan. Gambar 2 menunjukkan bagian-bagian ducting. Sedangkan Gambar 3 menunjukkan peralatan pengujian secara lengkap. Gambar 2. (a) Skematik pengujian (b) Foto peralatan Gambar 3. Set up eksperimental cooling pad 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Penurunan Temperatur Bola Kering Udara ( ) Penurunan Temperatur Bola Kering Udara merupakan selisih antara temperatur bola kering udara masuk dari sistem dengan temperatur bola kering udara keluar sistem. Berikut plot grafik karakteristik penurunan temperatur bola kering udara yang dihasilkan. ΔTdBºC 4 3 2 1 Gambar 4. Grafik hubungan antara putaran fan terhadap penurunan temperatur bola kering udara Penurunan temperatur bola kering udara lebih besar terjadi pada tanpa ducting. Hal ini disebabkan karena terjadinya kontak langsung udara yang di hembuskan oleh fan pada saat proses pendinginan. Sehingga udara dingin yang mengalir menyebabkan lebih banyak udara panas yang di pindahkan. Sedangkan pengujian dengan menggunakan ducting, udara yang di hembuskan dari fan terhambat oleh ducting. Sehingga hanya sedikat udara yang terkena kontak langsung dalam proses pendinginan dan udara lebih banyak langsung menuju keluar sistem. 4.2.Efektivitas Pendinginan. Efektivitas pendinginan merupakan rasio penurunan temperatur bola kering yang dihasilkan cooling pad terhadap selisih temperatur bola kering dan temperatur bola basah udara yang memasuki sistem. Berikut plot grafik karakteristik efektivitas pendinginan yang dihasilkan 43

Januari 217 (35-46) 1 8 6 4 2 EER 8 6 4 2 Gambar 5. Grafik hubungan antara putaran fan terhadap efektivitas pendinginan Peningkatan efektivitas seiring dengan meningkatnya putaran fan yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh hembusan udara dingin yang meningkat menyebabkan terjadinya selisih yang cukup besar antara TdB,2 dengan TdB,3. Besaran TwB,2 cenderung tidak mengalami perubahan yang cukup besar, karena TwB,2 merupakan suhu bola basah udara. 4.3. Kapasitas Pendinginan Kapasitas pendinginan merupakan jumlah panas yang mampu diserap suatu media atau mesin pendingin dari medium yang didinginkan. Berikut plot grafik karakteristik kapasitas pendinginan yang dihasilkan. qs (kw).6.4.2 Gambar 6. Grafik hubungan antara putaran fan terhadap kapasitas pendinginan (qs) Grafik dari kapasitas pendinginan (qs) terhadap putaran fan yang digunakan. Dimana dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kapasitas pendinginan seiring dengan meningkatnya putaran fan. Hal ini disebabkan karena putaran rpm fan yang tinggi akan memperbesar laju aliran udara sehingga akan menyebabkan udara dingin yang dihembuskan lebih besar. 4.4. EER (Energy Efficiency Ratio) EER atau Energy Efficiency Ratio merupakan rasio antara kapasitas pendinginan dengan jumlah konsumsi energi pendinginan. Berikut plot grafik karakteristik EER yang dihasilkan. Gambar 7. Grafik hubungan antara putaran fan terhadap energy efficiency ratio (EER) Terjadi peningkatan seiring dengan meningkatnya putaran fan. Dimana pada grafik EER merupakan hasil bagi antara kapasitas pendinginan dengan jumlah konsumsi energi pendinginan. Hal ini disebabkan karena putaran rpm fan yang tinggi akan memperbesar laju aliran udara sehingga akan menyebabkan udara dingin yang dihembuskan lebih besar. 4.5. Laju Penguapan Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Besarnya laju penguapan yang terjadi dapat dihitung dengan perbedaan ketinggian air pada reservoir atau dengan perbedaan massa alat sebelum ( ma) dan sesudah ( ma). Berikut plot grafik Laju penguapan yang dihasilkan. t Laju Penguapan (liter/jam).1.8.6.4.2 Gambar 8. Grafik hubungan antara putaran fan terhadap laju penguapan Terjadi peningkatan laju penguapan seiring dengan meningkatnya putaran fan.hal ini di sebabkan karena udara di lingkungan yang lebih tinggi masuk kedalam sistem membuat laju penguapan semakin cepat.dalam penggunaan ducting tidak terlalu mempengaruhi laju penguapan yang terjadi, yang mempengaruhi laju penguapan adalah temperatur air tersebut. 44

Januari 217 (35-46) 4.6. Kelembaban Relatif Kelembaban relatif merupakan rasio antara tekanan parsial aktual uap air dengan tekanan parsial saturasi uap air pada temperatur bola kering tertentu. Berikut plot grafik karakteristik Kelembaban Relatif (Relative Humidity) yang dihasilkan. RH (%) 1 8 6 4 2 Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Putaran Fan Terhadap Kelembaban Relatif (RH) Dapat dilihat pengujian tanpa ducting lebih lembab dari pengujian yang menggunakan ducting. Hal ini disebabkan karena terjadinya kontak langsung udara yang dihembuskan oleh fan mengandung uap air dan mengakibatkan udara terjebak lebih banyak. Sehingga membuat sistem menjadi sangat lembab. Namun pada pengujian menggunakan ducting, udara yang di hembuskan fan terhambat oleh ducting dan lebih banyak menuju keluar. Sehingga hanya sedikat udara yang terkena kontak langsung dalam proses pendinginan. 5. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengujian dengan ducting menghasilkan pendinginan yang lebih nyaman dibandingkan dengan tanpa ducting. Dilihat dari hasil pengujian denganducting menghasilkan kelembaban yang lebih rendah dari pada tanpa ducting dimana penggunaan ducting sangat mempengaruhi nilai kelembaban. Hal ini disebabkan karena terjadinya kontak langsung udara yang dihembuskan oleh fan mengandung uap air. Mengakibatkan udara terjebak lebih banyak, membuat sistem menjadi sangat lembab. Namun pada pengujian menggunakan ducting, udara yang di hembuskan oleh fan 45 terhambat oleh ducting dan lebih banyak menuju keluar. Nilai yang di dapat pada pengujian dengan ducting 6-7% merupakan kelembaban nyaman bagi ayam. 2. Dilihat dari pengujian TdB, pada pengujian dengan ducting rpm 2 menghasilkan penurunan temperatur bola kering udara yang terbaik. Hasil penurunan bola kering yang terbaik di setiap pengujian didapat dari perubahan penurunan temperatur yang bertahap dari menit ke-15 sampai menit ke-6. Daftar Pustaka [1] Pande Juniarta (214) Study Eksperimental Performansi Pendingin Evaporative Portable Pad Berbahan Sumbu Kompor Ketebalan Berbeda Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 1 No. 1, September 214 [2] Sunarwo, (211), Pembuatan dan Pengujian Evaporative Cooling, Jurnal Teknik Energi, Volume 7, Nomor 1, Politeknik Negeri Semarang. [3] Suprianto D. Fandi, Handoyo A. Ekadewi, (24). Peningkatan Unjuk Kerja Peralatan Air Washer.Jurnal Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra. Surabaya. [4] Stoecker, W.F., and Jones, J.W. 1987. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Alih Bahasa Supratman Hara.Erlangga, Jakarta. http://staff.unila.ac.id/atusi/files/213/3/temperatu [5] r-bola-basah-dan-kering.pdf [6] [9] Purwarta (213) karakteristik pendinginan evaporatif menggunakan cooling pads berbahan spon yang di susun paralel Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 1 No. 1, Desember 213 [7] Stoecker, W.F., and Jones, J.W. 1987. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Alih Bahasa Supratman Hara.Erlangga, Jakarta [8] Pande Juniarta (214) Study Eksperimental Performansi Pendingin Evaporative Portable Pad Berbahan Sumbu Kompor Ketebalan Berbeda Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 1 No. 1, September 214

Januari 217 (35-46) [9] Putra Toni Dwi, Finahari Nurida, (211), Pengaruh Perubahan Temperatur Media Pendingin Pada Direct Evaporative Cooler, Journal PROTON, Volume 3, Nomor 1 46