BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2002, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari pasti berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan di mulai dari kandungan, hingga dewasa yang didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia handal dan mampu berkompetensi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti lain pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi. memungkinkan dapat bermanfaat dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB III PELAKSANAAN BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KORBAN KONFLIK TIMIKA PAPUA DI PLK BIMA SAKTI LA TANSA DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Rohmad, Pengelolaan Kelas Bekal Calon Guru Berkelas, Kaukaba, Yogyakarta, 2015, hlm.5.

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

UPAYA GURU DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 22 BANDA ACEH. Rafika, Israwati, Bachtiar.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun terbagi kepulauan-kepulauan, dan suku bangsa tanpa perbedaan. 1 Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

BAB V PENUTUP. di MI Nurul Islam Banjarmasin serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

Mudjiono, dan Dimyati Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Media Boneka Jari dapat meningkatkan kualitas proses maupun produk dalam

BAB I PENDAHULUAN. Maju mundurnya suatu bangsa banyak tergantung oleh mutu pendidikannya,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan pegawai negeri sipil, oleh karena itu kedudukan dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008), hlm Winata Putra Udin S., dkk, Strategi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas. Terbuka, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya, Maka sangatlah wajar apabila

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah dan kelas merupakan tempat menghimpun siswa dan secara

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru pada siswa tetapi banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. 1 Setiap siswa datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari, sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh siswa untuk belajar, tidak mesti ketika di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar.2 Guru yang berkompeten, juga harus mampu mengelola program belajar mengajar. Melaksanakan atau mengelola program belajar-mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan preses belajar-mengajar kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar peniliaian yang tepat, apakah kegiatan belajar-mengajar dihentikan, ataukah diubah metodenya, apakah mengulang dulu pelajaran yang lalu, manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pangajaran. 3 Pengajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang sedemikian rupa menurut langka-lankgah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang direncanakan.4 Pengaturan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan proyeksi 1 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2002, hlm. 11. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 199. 3 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 165. 4 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009, hlm. 136 1

2 atau perkiraan mengenai apa yang akan dilakukan. Demikian halnya dalam perencanaan mengajar, memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar.5 Pendidikan dapat dilakukan dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan hasrat dan martabat manusia, pendidikan berlangsung seumur hidup di laksanakan di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. 6 Karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitas siswa. 7 Di tempat inilah siswa menimba ilmu dengan bantuan guru sebagai pengajar dan pendidik, pendidik atau guru memiliki arti dan peran yang sangat penting, hal ini disebabkan karena mempunyai tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Pendidikan tidak lepas dari sebuah tantangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Papua merupakan daerah wilayah Negara Republik Indonesia sering terjadi konflik baik konflik tersebut disebabkan perbedaan ras, suku maupun budaya. Konflik di papua sudah sangat memperihatinkan, 5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 4. 6 7 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2005, hlm. 220. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 204.

3 banyak masyarakat miskin, anak-anak terlantar tidak bisa melanjutkan sekolah, serta keamanan yang tidak tentu. Oleh karena itu, banyak LSM dalam hal ini adalah Ittihaadul Muballighin, atau sekelompok para da i yang berkeinginan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak pada usia sekolah untuk merasakan pentingnya pendidikan dasar 9 tahun. Hal ini telah menjadi tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, yang termaktub pada pembukaan UUD 1945 tercantum amanat Undang-Undang yang berbunyi: melindungi segenap bangsa Indonesia seluruh tumpah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pada pasal 5 ayat 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di sebutkan bahwa: 8 Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh Pendidikan Layanan Khusus, sedangkan pada pasal 32 ayat 2 menyebutkan Pendidikan Layanan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan / atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.9 Berpijak dari Undang-Undang tersebut di atas pemerintah telah memberikan pijakan hukum secara jelas bahwa pendidikan merupakan hak mutlak setiap warga Negara, namun pada kenyataan yang terjadi tidak dapat dipungkiri masih banyak warga Negara Indonesia yang belum dapat menikmati pendidikan utamanya anak-anak yang tinggal di daerah terpencil atau di daerah yang sering terjadi konflik, seperti anak-anak yang tinggal di pedalaman dan korban konflik Papua. Konflik yang terjadi di Papua berfokus pada dinamika masalah-masalah yang terjadi pada periode pasca Otonomi Khusus setelah tahun 2001, di Papua.10 Berdasarkan konflik yang terjadi 8 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang, Aneka Ilmu, 2005, hlm 45. 9 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 32. 10 Sugandi, Analisis Konflik dan Rekomendasi Kebijakan Menangani Papua, wahyudimukti. Files.wordpress. com/2010/09/ analisis-konflik-dan-rekomendasi - kebijakanmenangani-papua diunduh Rabu 05 November 2014 jam 21:40 WIB.

4 tersebut, maka anak-anak di daerah Papua banyak yang terlantar dan kurang mendapatkan pendidikan. Pendidikan Layanan Khusus (PLK) Bima Sakti Latansa berada di Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. Pada awalnya Yayasan Latansa membentuk suatu organisasi untuk masyarakat yaitu PKBM (pusat kegiatan belajar mengajar) dengan berbasis pesantren untuk anak-anak berasal dari keluarga yang tidak mampu, TKI dan konflik etnis. Pada tahun 2009 Bapak Ulin menghadiri acara pertemuan Da i Nasional di Jakarta. Ketika menghadiri pertemuan itu beliau bertemu dengan Kyai dari Papua yang bernama Ust. M. Zaaf Fadlan Al Gharmatan. Kyai Fadlan meminta kerjasama terhadap beliau untuk mengasuh anak korban konflik yang ada di Timika. Setelah pertemuan itu 27 anak korban konflik Timika di bawa ke Yayasan Latansa. 11 Kunikan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) Bima Sakti Latansa berada di Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak adalah memberikan pendidikan layanan untuk anak-anak yang punyai kelainan mental atau punya emosional dan kenakalan yang tinggi terutama adalah menampung anak yang berasal dari konflik Papua. Anak yang berasal dari konflik Papua mempunyai karakter yang keras, emosional dan kenalakan yang tinggi sehingga perlu adanya pendidikan khusus bagi anak-anak tersebut. Dari faktor tersebut, maka Pendidikan Layanan Khusus (PLK) Bima Sakti Latansa berada di Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak memberikan pendidikan dan pengajaran khusus bagi anakanak tersebut sehingga merencanakan, melaksanakan manajemen dalam mengelola pembelajaran siswa tersebut dengan baik, sehingga dengan pengelolaan menajamen pembelajaran dengan baik, dapat membina dan membimbing anak-anak konflik menjadi lebih baik. Berdasarkan gambaran umum yang terjadi dalam pola pendidikan layanan khusus tersebut, maka peneliti berminat dan berniat mengangkat 11 Wawancara dengan Kiai Ulin Nuha M. Pd.I., (Pengasuh Pondok Pesantren Latansa Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak), pada tanggal 2 Mei 2015

5 manajemen pengelolaan pembelajaran menangani anak-anak korban konflik Papua dalam penelitian ini dengan judul MANAJEMEN PEMBELAJARAN SISWA PADA PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS (STUDY KASUS DI PLK BIMA SAKTI DESA CANGKRING KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK TAHUN 2017) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam tesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik peserta didik korban konflik Etnis Papua di PLK Bima Sakti di Desa Cangkring Kecamatan Karanganyar Kabupaten 2. Bagaimana perencanaan pembelajaran siswa korban konflik Etnis Papua di PLK Bima Sakti di Desa Cangkring Kecamatan Karanganyar Kabupaten 3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran siswa korban konflik Etnis Papua di PLK Bima Sakti di Desa Cangkring Kecamatan Karanganyar Kabupaten 4. Bagaimana evaluasi pembelajaran siswa korban konflik Etnis Papua di PLK Bima Sakti di Desa Cangkring Kecamatan Karanganyar Kabupaten C. Tujuan Penelitian Tujuan dari sebuah penelitian merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari penelitian itu sendiri. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan karakteristik peserta didik korban konflik Etnis 2. Untuk menjelaskan perencanaan pembelajaran siswa korban konflik Etnis

6 3. Untuk menjelaskan pelaksanaan pembelajaran siswa korban konflik Etnis 4. Untuk menjelaskan evaluasi pembelajaran siswa korban konflik Etnis D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan peneliti, diharapkan secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Dapat memberikan kontribusi teoritik berupa penyajian informasi ilmiah tentang manajemen pengelolaan pembelajaran siswa pada pendidikan layanan khusus. b. Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai penjelasan tentang manajemen pengelolaan pembelajaran siswa pada pendidikan layanan khusus di PLK Bima Sakti Desa Cangkring Karanganyar Demak. 2. Secara praktis a. Bagi pengelola, memberikan informasi dan masukan bahwa dalam pengembangan lembaga malalui pengelolaan yang baik. Oleh karena itu, pengelolaan lembaga yang baik akan berpengaruh terhadap kualitas dan mutu lembaga tersebut. b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dalam bidang penelitian dan sebagai syarat dalam memperoleh gelar pascasarjana (S2) dalam prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI).