BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa: a. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Tanggung Jawab Notaris/PPAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

STUDI KASUS TINDAK PIDANA TERKAIT JABATAN NOTARIS ROMLI ATMASASMITA 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

Notaris adalah pejabat umum ang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB IV PENUTUP. Pekanbaru, diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

PERATURAN BADAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO NO: 1 / 1 / PBSMR / 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UJIAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipidana jika tidak ada kesalahan ( Green Straf Zonder Schuld) merupakan dasar

KODE ETIK P O S B A K U M A D I N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DAN PENYALURAN DANA BANTUAN HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penundaan eksekusi..., Edward Kennetze, FHUI, 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

BAB III PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelanggaran Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH. guna membantu menguatkan atau mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

P U T U S A N. Nomor 136/Pid/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

Transkripsi:

1 BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa: a. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Tanggung Jawab Notaris/PPAT dalam Proses Balik Nama Sertifikat Hak Milik Atas Tanah pada Perkara Nomor : 535/Pid.B/2013/PN.Pdg Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku dalam perkara nomor 535/Pid.B/2013/PN.Pdg telah sesuai. Berdasarkan penjabaran keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti serta adanya pertimbangan pertimbangan yuridis, hal-hal yang meringankan dan hal-hal yang memberatkan terdakwa, serta memperhatikan undang-undang yang berkaitan yang diperkuat dengan keyakinan hakim. b. Akibat Hukum terhadap Proses Balik Nama Sertifikat Hak Milik Atas Tanah pada Perkara Nomor : 535/Pid.B/2013/PN.Pdg Dengan adanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihak Notaris/PPAT dalam melakukan fungsi, dan tugas serta kewenangannya, maka hal ini dengan sendirinya akan berakibat terhadap proses balik nama sertifikat tanah itu sendiri, yaitu : Akta Jual Beli ruko tersebut kehilangan keotentikannya yang kemudian terdegradasi menjadi

2 akta dibawah tangan dan dapat dibatalkan, dengan dibatalkannya Akta Jual Beli ruko tersebut maka sertifikat ruko yang telah menjadi atas nama Pembeli juga tidak sah. Pembatalan terhadap akta dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Padang. c. Tanggung Jawab Notaris/PPAT dalam Proses Balik Nama Sertifikat Hak Milik Atas Tanah pada Perkara Nomor : 535/Pid.B/2013/PN.Pdg. Berhubung dalam perkara Nomor : 535/Pid.B/2013/PN.Pdg pihak Notaris/PPAT telah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum yaitu melanggar aturan hukum pidana Pasal 263 ayat (1) jo Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP dan peraturan berkenaan dengan tugas dan jabatan Notaris yaitu UUJN, maka untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya Pihak Notaris/PPAT diberikan sanksi sesuai aturan hukum yang dilanggarnya yaitu sanksi pidana. Sebagaimana tercantum pada Putusan Pengadilan Tingkat Pertama yaitu menghukum terdakwa (Notaris/PPAT SD dan karyawannya DL) dengan hukuman penjara 5 (lima) bulan, dengan ketentuan hukuman tidak perlu dijalani apabila dalam tenggang 10 (sepuluh) bulan terdakwa-terdakwa tidak melakukan perbuatan yang dapat dipidana, yang selanjutnya kemudian putusan tersebut dibatalkan pada putusan Pengadilan Tingkat Banding sehingga hakim menjatuhkan pidana penjara selama 2 (dua) tahun kepada Pihak Notaris/PPAT yang melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.

3 2. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan di atas terhadap tanggung jawab Notaris/PPAT yang ternyata telah melakukan perbuatan melawan hukum dalam proses balik nama sertifikat hak milik atas tanah adalah sebagai berikut : 1. Untuk Notaris/PPAT : a. Diharapkan untuk selalu berhati-hati dan melakukan pengecekkan terlebih dahulu sebelum memproses jual beli tanah sampai balik nama sertifikat atas tanah. Notaris/PPAT tidak boleh sembarangan dalam memproses jual beli tanah dan balik nama sertifikat atas tanah tersebut, karena pada dasarnya Notaris/PPAT harus memastikan bahwa semua kelengkapan syarat-syarat dalam suatu jual beli dan balik nama sertifikat tanah sudah terpenuhi dengan baik. Maka dengan demikian prosesnya dapat berjalan lancar dan tidak akan timbul masalah/sengketa dikemudian hari. b. Karena Notaris/PPAT adalah pejabat umum yang diberikan kepercayaan kepadanya dalam hal pembuatan akta otentik yang menjamin kepastian hukum atas hak dan kewajiban para pihak yang melakukan perbuatan hukum, maka Notaris/PPAT harus mempunyai sifat yang jujur, mempunyai itikad yang baik serta bersikap professional dan harus berpegang teguh pada peraturan perundangundangan dan tunduk pada kode etik profesi serta bertanggungjawab atas keabsahan Akta Otentik yang dibuatnya.

4 2. Untuk pihak selaku Penjual : Penjual hendaknya lebih mengedepankan sikap kehati-hatian dan mawas diri, dengan mencari tahu atau mengetahui terlebih dahulu tentang semua prosedur jual beli/balik nama sertifikat yang sesungguhnya sebelum menandatangani akta jual beli, jika notaris tidak menjelaskan prosedure resmi dalam melakukan jual beli tersebut maka Penjual sebaiknya lebih aktif bertanya tentang segala halnya mengenai perbuatan jual beli tersebut. 3. Untuk pihak selaku Pembeli : diharapkan dalam melakukan perjanjian jual beli harus berpegang prinsip pada asas iktikad baik dan bersikap jujur. Pihak pembeli harus juga memenuhi syarat-syarat yang diperlukan dalam melakukan jual beli tanah sampai dengan proses balik nama. Dan sebelum menggunakan haknya atas tanah yang dibeli tersebut hendaknya pembeli terlebih dahulu menyelesaikan kewajibannya dalam hal pelunasan pembayaran jual beli tanah tersebut. Dengan demikian apabila semua syarat tersebut terpenuhi, maka proses jual beli tanah sampai dengan proses balik nama sertifikat dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun. 4. Untuk pemerintah selaku lembaga eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selaku lembaga legislative : dengan banyaknya timbul kasus perkara pidana dimana Notaris/PPAT menjadi tersangka, terdakwa bahkan terpidananya, maka merekontruksi kembali pengaturan dalam UUJN dan UU perubahan atas UUJN mengenai tidak adanya komulasi atau penggabungan penerapan sanksi seperti sanksi administrasi, sanksi perdata dan dipidana sebagai bentuk pertanggungjawaban seorang Notaris,

5 karena pengaturan komulasi atau penggabungan penerapan sanksi ini tentunya akan lebih mendisiplinkan kinerja Notaris/PPAT dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang dirugikan oleh ketidak profesionalan Notaris/PPAT dalam menjalankan fungsinya.