BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

Lampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai mortalitas relative tinggi apakah penderita dioperasi atau tidak. Oleh karena itu

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

USULAN PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DAN OUTCOME PASIEN EPIDURAL HEMATOMA PASCA TREPANASI EVAKUASI HEMATOMA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal akibat trauma. Di antara trauma - trauma yang terjadi, trauma maksilofasial

Jon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS M.Djamil Padang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Asuhan Keprawatan Cedera Kepala Agus K Anam,M.Kep

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Author : Olva Irwana, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UR

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk memperbaiki kerusakkan pada jaringan otak. 6

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab

ABSTRAK. Validitas Faktor-Faktor Resiko Kematian dalam 14 Hari pada Pasien Cidera Kepala Berat di RSUP Sanglah Denpasar

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Outcome. Pasien Pasca Operasi Hematoma Epidural ( EDH )

HUBUNGAN GLASGOW COMA SCALE DENGAN GLASGOW OUTCOME SCALE BERDASARKAN LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI PADA PASIEN PERDARAHAN EPIDURAL

e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/

PENGARUH KOAGULOPATI TERHADAP GLASGOW OUTCOME SCALE PENDERITA CEDERA KEPALA BERAT DENGAN GAMBARAN CT SCAN DIFFUSE INJURY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein terlarut, yang dapat. ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kda.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma yang bercirikan defisit neurologis onset akut yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cedera kepala murni akan tetapi juga disertai cedera di regio lain. Trauma yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), stroke. merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi

Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

PERKEMBANGAN KOAGULOPATI SEBAGAI INDIKATOR PROGNOSIS PADA CEDERA KEPALA DENGAN GAMBARAN CT SCAN DIFFUSE INJURY

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

Head Injury (Cedera Kepala) Galuh Kencana A Zaesi Purwanti Waldian F Ismail

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk

PERANAN MARKER KOAGULASI SEBAGAI PREDIKTOR OUTCOME PADA PENDERITA TRAUMA KAPITIS T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Akhir Penderita dengan Diffuse Brain Injury yang Dirawat di Neurosurgical Critical Care Unit RS Hasan Sadikin, Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGARUH KOAGULOPATI TERHADAP GLASGOW OUTCOME SCALE PENDERITA CEDERA KEPALA BERAT YANG TIDAK MEMPUNYAI INDIKASI OPERASI

MANAJEMEN KEJANG PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB II TINJAUAN TEORI. systole dan tekanan darah diastole. Niai normal dari MAP adalah berkisar

Coagulation Disorders Post Traumatic Brain Injury Related Outcome

DECOMPRESSIVE HEMICRANIECTOMY FOR SPONTANEOUS INTRACEREBRAL HEMORRHAGE

Alit Suwandewi¹, Dyah Yarlitasari², Solikin³. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Program Studi Magister Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

LUARAN PASIEN DENGAN PERDARAHAN INTRASEREBRAL DAN INTRAVENTRIKULAR YANG DILAKUKAN VP-SHUNT EMERGENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH

(Submited : 8 Juni 2017, Accepted : 30 Juli 2017) Alit Suwandewi

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program

GLASGOW OUTCOME SCALE PADA PASIEN PERDARAHAN SUBDURAL AKUT YANG DILAKUKAN OPERASI DALAM WAKTU 4 JAM DAN SETELAH 4 JAM DARI CEDERA KEPALA

Transkripsi:

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Cedera Kepala Akibat Trauma Cedera kepala umumnya diklasifikasikan atas satu dari tiga sistem utama, yaitu: keparahan klinis, tipe patoanatomi dan mekanisme fisik. Saat ini, kriteria utama untuk inklusi pada uji klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang menilai tingkat kesadaran setelah cedera kepala (Kauvar, 2005). Disebut cedera kepala ringan bila skor GCS 13 sampai 15, cedera kepala sedang bila skor GCS 9 sampai 12 dan berat bila skor GCS 3 sampai 8 (Hymel, 1997) Klasifikasi patoanatomi menyebutkan lokasi atau gambaran anatomi dari kelainan yang menjadi target terapi. Dari bagian luar kepala sampai kedalam, tipe cedera meliputi laserasi scalp dan kontusio, fraktur tulang tengkorak, perdarahan epidural, sub dural dan subarahnoid (Kauvar, 2005). Klasifikasi umum bergantung pada letak perdarahan terhadap dura dan otak. Perdarahan dapat berupa ekstradural, subdural dan intra serebral. Namun sering kali suatu perdarahan terjadi pada lebih dari satu sisi intracranial (Saatman, 2005). 2.2 Tatalaksana perdarahan otak akibat trauma Aspek kunci dalam tatalaksana pasien dengan trauma kepala meliputi pemeriksaan klinis yang akurat terhadap cedera neurologis dan cedera lainnya, menentukan proses patologis yang terlibat dan konsep bahwa perubahan tanda neurologis menunjukkan suatu progresifitas atau perubahan dalam proses patologis. Tatalaksana segera pada lokasi cedera meliputi jalan nafas yang adekuat, ventilasi, resusitasi sirkulasi yang esensial, pengobatan pertama untuk cedera lainnya dan rujukan ke rumah sakit. hal ini penting untuk mencegah hipoksia dan hipotensi yang akan menyebabkan cedera otak lebih lanjut. Setelah pemeriksaan klinis dan radiologis, penatalaksanaan selanjutnya bergantung pada kelainan patologis intrakranial dan luas cedera neurologis (Saatman, 2005)

Hematoma epidural Indikasi pembedahan pada hematoma epidural adalah: hematoma epidural lebih dari 30cm 3 tanpa memperdulikan skor GCS pasien. Hematoma epidural kurang dari 30cm 3 dan dengan ketebalan kurang dari 15 mm dan midline shift (MLS) kurang dari 5 mm pada pasien dengan skor GCS lebih dari 8 tanpa defisit fokal dapat ditatalaksana tanpa operasi dengan computed tomographic (CT)scanning serial dan observasi neurologis di senter bedah saraf. Sangat dianjurkan agar evakuasi pembedahan dilakukan sesegera mungkin pada pasien dengan hematoma epidural akut dengan koma ( skor GCS < 9 ) dengan anisokor (Bullock, 2010). Hematoma subdural Hematoma subdural akut dengan ketebalan lebih dari 10 mm atau midline shift lebih dari 5 mm pada CT scan harus dievakuasi dengan pembedahan, tanpa meperhatikan skor GCS pasien. Pemantauan tekanan intracranial harus dilakukan pada semua pasien dengan hematoma subdural akut yang koma (skor GCS < 9). Pada pasien koma (skor GCS < 9) dengan ketebalan hematoma subdural kurang dari 10 mm dan midline shift kurang dari 5 mm harus dilakukan evakuasi pembedahan jika skor GCS menurun 2 atau lebih dan/atau dijumpai pupil asimetri atau fixed dan dilatasi dan/atau tekanan intracranial (TIK) melebihi 20 mmhg. Pada pasien hematoma subdural akut dengan indikasi pembedahan, evakuasi pembedahan seharusnya dilakukan sesegera mungkin. Jika evakuasi pembedahan pada pasien koma diindikasikan, hal ini seharusnya dilakukan dengan kraniotomi, dengan atau tanpa bone flap removal dan duraplasti (Bullock, 2010)

Hematoma intraserebral Hematoma intraserebral yang luas harus dievakuasi, kecuali jika status neurologipasien membaik. Hematoma intraserebral yang kecil, terutama jika multipel, tidak dievakuasi, namun klinisi harus waspada terhadap kemungkinan meluasnya dan memerlukan evakuasi. 2.3 Koagulopati pada cedera kepala Otak mengandung faktor jaringan (tissue factor) dengan jumlah yang besar. Tissue factor ini dilepaskan ke sirkulasi apabila terjadi kerusakan (disrupsi) sawar darah otak (Blood-brain barrier). Pelepasan tissue factor ini ke sirkulasi akan mengaktifkan jalur koagulasi ekstrinsik. (Hulka, 1996; Bredbacka, 1994) D-dimer merupakan fibrin degradation product (FDP), yang merupakan fragmen protein yang terdapat di dalam darah setelah terjadi pembekuan darah yang nantinya akan dihancurkan (didegradasi) melalui proses fibrinolisis. Protein ini dinamakan demikian karena mengandung ikatan yang terhubung dengan fragmen D pada protein fibrinogen. Beberapa penelitian menghasilkan suatu hipotesis dimana semakin besar proses koagulasi intravaskular terjadi berbanding lurus dengan jumlah jaringan otak yang mengalami kerusakan (disrupsi) akibat cedera otak. (Hulka, 1996; Bredbacka, 1994; Scherer, 1998; Stein 1992) Penilaian prognosis yang umumnya digunakan pada penelitian terhadap penderita cedera kepala berat, didasari dengan gambaran CT-scan, pemeriksaan marker-marker/ faktorfaktor koagulopati, dan berdasarkan pemeriksaan klinis neurologis. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa pemeriksaan kadar D-dimer sensitif dan cukup baik untuk menilai indikator prognosis cedera kepala. (Raabe 1998; Woertgen 1999) Takahashi et al melaporkan hasil penelitiannya bahwa peningkatan kadar D-dimer sebesar dua kali atau tiga kali dibandingkan kadar normal, maka 92% penderita cedera kepala

akan mengalami kematian berapapun tingkat kesadaran penderita tersebut pada waktu masuk rumah sakit. Kadar D-dimer < 1000 µg/l memiliki outcome yang baik (favorable) pada penderita kepala. D-dimer > 1000 µg/l menunjukan outcome yang buruk (grave outcome), baik pada penderita trauma maupun yang non trauma (Takahashi H, 1997) Hubungan yang signifikan antara GCS dengan outcome klinis penderita yang mengalami DIC telah dilaporkan dalam suatu penelitian. (Beeker, 1999). Bredbacka et al juga melakukan penelitian mengenai kadar fibrin, D-dimer dan AT pada trauma tulang tengkorak. Ia melaporkan bahwa kadar fibrin dan D-dimer yang meningkat serta penurunan kadar AT pada penderita tersebut pada waktu masuk memiliki prognosis yang buruk. (Bredbacka, 1994). Bayir et al dalam penelitiannya melaporkan bahwa kadar PT, PTT, FDP dan D-dimer bermanfaat dalam menentukan prognosis pada penderita cedera kepala dalam onset 3 jam pertama. (Bayir, 2006) D-dimer telah diketahui meningkat kadarnya pada kerusakan otak. Kadar D-dimer setelah cedera kepala 3.98 ± 2.76 mg/l (p<0.001), setelah operasi tumor otak 3.38 ± 2.59 mg/l (p<0.005), setelah stroke iskemik 1.81 ± 1.44 mg/l (p<0.01) dan pada stroke hemoragik 1.20 ± 0.83 mg/l (p<0.05). Nilai kontrol D-dimer 0.56 ± 0.10 mg/l. (Antovic, 1998). Kuo et al melaporkan bahwa kadar D-dimer pada traumatic ICH lebih tinggi daripada kontrol (2984 vs 256 µg/l; p = 0.001). Dalam penelitian juga disimpulkan bahwa GCS, midline shift pada CT scan, refleks pupil, dan GOS yang dinilai pada 3 bulan setelah onset berkorelasi signifikan terhadap kadar D-dimer yang tinggi pada penderita trauma (individual P < 0.001), dan temuan ini tidak terjadi pada kelompok non-trauma. (Kuo, 2007) Kelemahan pada penelitian ini adalah laporan dari pengamatan yang dilakukan oleh Nanzaki dan Kemmotsu yang melaporkan bahwa perubahan koagulofibrinolitik akibat cedera kepala tidak berbeda dengan kelompok penderita trauma yang tidak disertai trauma kepala. Pengamatan ini dilakukan dengan jumlah sampel yang sedikit, yakni terhadap 5 penderita

cedera kepala dan 11 penderita trauma yang tidak mengalami cedera kepala. (Nanzaki, 1999). Kelemahan berikutnya dari penelitian ini adalah bahwa pelepasan katekolamin akan memperburuk proses tejadinya disseminated intravascular coagulopathy (DIC) sehingga memperburuk cedera otak yang disebabkan trauma kepala (Kearney, 1992) Skor GOS yang akan dinilai untuk menentukan prognosis pada kelompok penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) meninggal; (2) persistent vegetative state; (3) severe disability (conscious but disabled); (4) moderate disability (disabled but independent); dan (5) good recovery. Skor 4-5 disebut sebagai outcome yang baik (favorable), sedangkan skor 1-3 disebut sebagai outcome yang buruk (unvaforable). 2.4 Kerangka Teori Cedera kepala sedang yang tidak dilakukan tindakan operasi - tissue factor - respon inflamasi - letak dan luas perdarahan - usia - penyakit penyerta - penatalaksanaan aktivasi kaskade koagulasi - kadar D-dimer Tingkat keparahan

2.5 Kerangka Konsep Penderita cedera kepala sedang (GCS 9-13) Memenuhi kriteria inklusi: - Usia 15-60 tahun - onset < 48 jam - tidak memiliki riwayat penggunaan antikoagulan - tidak memiliki indikasi operasi bedah syaraf Dilakukan pengambilan sampel D-Dimer serum Dilakukan penilaian GOS setelah penderita dipulangkan atau meninggal Data analisis untuk mengetahui kebenaran hipotesis: apakah diperoleh hubungan antara kadar D- Dimer dengan prognosis penderita cedera kepala sedang yang tidak dilakukan operasi