PENGARUH ARTIFICIAL AGING DAN NATURAL AGING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PENGECORAN LOGAM PISTON Al-Si

dokumen-dokumen yang mirip
HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM PADUAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB II DASAR TEORI. Brake Lining. Brake Shoe. Gambar 2.1. Sepatu Rem [15].

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

I. PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS SARJANA. ANALISA PENGARUH BAHAN CETAKAN PADA PENGECORAN PADUAN Al- Cu TERHADAP WAKTU PENDINGINAN DAN SIFAT MEKANIS CORAN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

Karakterisasi Material Sprocket

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 2012 ISSN :

PENGARUH UKURAN PASIR TERHADAP POROSITAS DAN DENSITAS PADA PENGECORAN ALUMINIUM SILIKON (95% Al- 5% Si) DENGAN METODE PENGECORAN EVAPORATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh :

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

Pengaruh Tekanan dan Temperatur Die Proses Squeeze Casting Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Material Piston Komersial Lokal

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

PENGARUH TEKANAN, TEMPERATUR DIE PADA PROSES SQUEEZE CASTING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PISTON BERBASIS MATERIAL BEKAS

Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Tekanan, Temperatur Die Pada Proses Squeeze Casting Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Pada Material Piston Berbasis Material Piston Bekas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

TUGAS SARJANA KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PRODUK CORAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI KOMPOSISI TEMBAGA

PENGARUH TEMPERATUR TUANG TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM SILIKON ( Al- 7%Si ) DENGAN METODE PENGECORAN EVAPORATIF

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. walaupun harga produk luar jauh lebih mahal dari pada produk lokal. yang menjadi bahan baku utama dari komponen otomotif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

Perbandingan Kekerasan dan Kekuatan Tekan Paduan Cu Sn 6% Hasil Proses Metalurgi Serbuk dan Sand Casting

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA Sigit Gunawan 1 ABSTRAK

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dengan semakin banyaknya permintaan aluminium dikalangan konsumen.

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

Transkripsi:

PENGARUH ARTIFICIAL AGING DAN NATURAL AGING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PENGECORAN LOGAM PISTON Al-Si Edriyanto 1, Ridway Balaka 2, Aminur 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo 2 3 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo Jln. H.E.A Mokodompit, Kampus Bumi Tridarma Andonohu, Kendari 93232 Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh artificial aging dan natural aging terhadap peningkatan kekerasan dan struktur mikro paduan Al-Si daur ulang. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paduan Al-Si yang berasal dari skrap piston sepeda motor yang dicor menyerupai bentuk piston (prototype). Metode pengecoran yang digunakan adalah pengecoran tuang dimana suatu logam cair dituang ke dalam cetakan tanpa adanya tekanan. Skrap piston dilebur dengan temperatur 700 C, pada tanur induksi selama 1 jam dan dituang ke dalam cetakan logam (die casting). Produk coran yang berupa prototipe piston sepeda motor dipreparasi/dipotong untuk dijadikan spesimen yang dilanjutkan dengan proses artificial aging dan natural aging dengan holding time 1-3 jam, untuk diuji struktur mikro dan uji kekerasan metode vickers. Hasil pengujian kekerasan Vickers menunjukan bahwa, nilai kekerasan maksimum spesimen aritificial aging yaitu 132,16 Kg/mm² dengan waktu penahanan 3 jam, dan nilai kekerasan terendah diperoleh sebesar 110,31 Kg/mm² dengan waktu penahanan selama 1 jam. Sedangkan untuk nilai kekerasan maksimum sampel natural aging yaitu 101,57 Kg/mm² dengan waktu penahanan 3 jam, sementara nilai kekerasan terendah diperoleh sebesar 82,53 Kg/mm², Dengan hasil pengamatan struktur mikro masing-masing sampel mengalami perubahan struktur. Kata kunci : Pengecoran Al-Si, natural aging, artificial aging, kekerasan, dan struk turmikro. Abstract The purpose of this research is to know the effect of artificial aging and natural aging on increasing hardness and micro structure of Al-Si alloy recycling. The material used in this research is Al-Si alloy which comes from motorcycle piston scrap which is casted like piston (prototype). The casting method used is a casting wherein a liquid metal is poured into a mold without pressure. Piston scrap is melted with 700 C temperature, on induction furnace for 1 hour and poured into die casting. Product of castings of prototype motorbike piston are prepared to be specimen followed by artificial aging and natural aging process with holding time 1-3 hour to test micro structure and hardness test of vickers method.vickers hardness test results show that the maximum hardness value of aritifiacial aging specimens is 132,16 Kg / mm² with 3 hours hold time, and the lowest hardness value is 110,31 Kg / mm² with 1 hour hold time. While for the maximum hardness value of natural aging samples is 101,57 Kg / mm² with 3 hour hold time, while the lowest hardness value is obtained equal to 82,53 Kg / mm². With result of observation of micro structure of each sample undergoes structure change. Keywords: Metal casting, natural aging, artificial aging, hardness, and micro struktur. 1. Pendahuluan Industri pengecoran logam khususnya aluminium adalah salah satu usaha yang mempunyai peranan stategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang pengembangan berbagai macam industri, seperti industri penghasil komponen, pengerjaan logam, dan industri lainnya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah permintaan produk pengecoran. sehingga mendorong para pelaku industri berlombalomba untuk menciptakan produk yang tidak hanya unggul dari sisi teknologi melainkan pula dari sisi kualitas, akan tetapi yang menjadi sisi permasalahan yang dihadapi oleh pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) adalah minimnya ketersediaan bahan baku standar dengan harga yang terjangkau, sebab tuntutan akan kebutuhan paduan aluminium yang terus meningkat 1

dan keterbatasan biji aluminium yang ada. Olehnya itu hal ini merupakan masalah yang harus dicari solusinya. Karena ketersediaan bahan baku aluminium ini akan menyebabkan terganggunya proses produksi pada industri-industri pengguna logam aluminium, termasuk industri pembuatan piston yang material utamanya berasal dari logam aluminium. Abdillah (2010) menyatakan bahwa aluminium dapat didaur ulang (recycle) tanpa batas dan tanpa kehilangan karakteristik superiornya serta merupakan pertimbangan utama untuk pemanfaatan aluminium selanjutnya, serta dengan melakukan daur ulang (recycling) juga dapat mempunyai nilai penting secara ekonomi, energi, lingkungan dan sebagai implikasi penghematan/penekanan sumber daya serta biaya produksi. Dimana hal ini sejalan dengan falsafah rekayasawan, bahwa jika suatu bahan memiliki sifat mekanik tertentu, namun masih terdapat sifat lain yang kurang menguntungkan, maka dari pada memikirkan untuk menggantikannya, lebih baik diambil langkah-langkah untuk bisa mengatasi kekurangan tersebut agar dapat digunakan secara efisien dan bernilai ekonomis. 2. Dasar Teori Pengecoran Logam Pengecoran logam merupakan proses manufaktur dengan memanaskan logam hingga mencapai titik cair dan menuangkan cairan logam tersebut ke dalam cetakan sehingga berbentuk seperti rongga cetakan. Tujuan dari pengecoran adalah untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan ekonomis yang bebas cacat serta sesuai dengan yang kita butuhkan seperti: kekuatan, keuletan, kekerasan, dan ketelitian dimensi. Berdasarkan bentuknya, produk pengecoran terdiri dari 2 jenis, yaitu ingot casting dan shape casting. Ingot casting merupakan pengecoran dengan bentuk sederhana, dimana hasilnya digunakan sebagai bahan baku untuk proses pengerjaan seperti rolling atau forging. Sedangkan shape casting sendiri merupakan pengecoran dengan bentuk geometri yang lebih kompleks dan mendekati bentuk akhir produk yang diharapkan sedang menurut jenis cetakan yang digunakan proses pengecoran dapat klasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu: 1. Pengecoran dengan cetakan sekali pakai Bahan cetakan untuk pengecoran dengan cetakan sekali pakai (expendable mold) terbuat dari gips, pasir, keramik dan bahan semacam itu umumnya dicampur dengan berbagai bahan pengikat (bonding agents) untuk peningkatan peralatan. Contoh sebuah cetakan pasir khas terdiri dari 90% pasir, 7% tanah liat, dan 3% air. 2. Pengecoran dengan cetakan permanen Pengecoran dengan cetakan permanen (permanent mold) adalah cetakan yang terbuat dari logam yang tahan pada temperatur tinggi. Cetakan logam dapat digunakan kembali karena bersifat konduktor dan lebih baik daripada cetakan non logam yang sifatnya terbuang setelah digunakan. Disisi lain cetakan logam juga mampu menyerap panas logam cair sehingga waktu pembekuan menjadi lebih cepat sehingga dapat mempengaruhi struktur mikro dan ukuran butir produk coran. Jenis cetakan ini sebagian besar digunakan untuk mencetak piston dan bagian-bagian mesin kendaraan, mesin disel dan mesin kapal. Untuk membuat hasil coran yang berkualitas, harus dilakukan beberapa proses seperti penyiapan bahan, penyiapan cetakan, peleburan, penuangan, pembongkaran, dan pembersihan coran seperti dilihat pada gambar 1. 2

Gambar 1. Struktur kegiatan proses pengecoran logam (Y. Dionisius, 2013) Piston Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar silinder liner. Dimana piston terdorong sebagai akibat dari ekspansi tekanan sebagai hasil dari pembakaran, dimana piston selalu menerima temperatur dan tekanan yang tinggi, bergerak dengan kecepatan yang tinggi secara terus menerus. Gerakan langkah piston mencapai ±2400 kali setiap menit. Jadi setiap detik piston bergerak sebanyak 40 kali di dalam silindernya (Jalius Jama Dkk, 2008). Diagram Aluminium Silikon Diagram fasa aluminium silikon ditunjukan pada gambar 1. Diagram ini digunakan sebagai pedoman untuk menganalisa perubahan fasa pada proses pengecoran paduan Al-Si. Kandungan pada diagram fasa aluminium silikon ini terdiri dari 3 macam yaitu: hipoeutectic, eutectic, dan hypereutectic. a. Hipoeutectic yaitu apabila terdapat kandungan silikon <17 % dimana struktur akhir yang terbentuk pada fasa ini adalah struktur ferrite (alpha) kaya aluminium dengan struktur eutectik sebagai tambahan. b. Eutectic yaitu apabila kandungan silikon yang terkandung didalamnya sekitar 11.7 % - 12.2 %. Pada komposisi ini paduan Al-Si dapat membeku secara langsung (dari cair ke padat). c. Hypereutectic yaitu apabila komposisi silikon di atas 12.2 % sehingga kaya akan silikon dengan fasa eutektik sebagai fasa tambahan dimana keberadaan struktur kristal silikon primer pada daerah ini mengakibatkan karakteristik yaitu: 1. Ketahanan aus paduan meningkat. 2. Ekspansi termal yang rendah, memiliki ketahanan retak panas yang baik. Gambar 2. diagram fasa aluminium silikon Perlakuan Panas (Heat Treatment) Salah satu cara perlakuan pada logam paduan aluminium adalah dengan 3

prestipitate hardening. Sehingga melalui penuaan keras logam paduan Aluminium akan memperoleh kekuatan dan kekerasan yang lebih baik. Perlakuan panas pada aluminium paduan dilakukan dengan memanaskan sampai terjadi fase tunggal kemudian ditahan beberapa saat dan diteruskan dengan pendinginan cepat hingga tidak sempat berubah ke fase lain. Jika bahan tadi dibiarkan untuk jangka waktu tertentu maka terjadilah proses penuaan (aging). Perubahan akan terjadi berupa presipitasi (pengendapan) fase kedua yang dimulai dengan proses nukleasi dan timbulnya klaster atom yang menjadi awal dari presipitat. Presipitat ini dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasannya. Proses ini merupakan proses age hardening yang disebut natural aging. Jika setelah dilakukan pendinginan cepat kemudian dipanaskan lagi hingga di bawah temperatur solvus (solvus line) kemudian ditahan dalam jangka waktu yang lama dan dilanjutkan dengan pendinginan lambat di udara disebut proses penuaan buatan (artificial aging). adapun penuaan keras berlangsung dalam 3 tahap yaitu: a. Tahap perlakuan pelarutan (solution heat treathment) Tahap pertama dalam proses prestipitation hardening yaitu solution heat treatment atau perlakuan pelarutan. solution heat treatment yaitu pemanasan logam aluminium dalam dapur pemanas dengan temperatur 550 C-560 C dan dilakukan penahanan (holding time) sesuai dengan jenis ukuran benda kerja (Schonmetz, 1990). Dimana pada tahap solution heat treatment terjadi pelarutan fasa-fasa yang ada, menjadi larutan padat. Tujuan dari solution heat treatment itu sendiri yaitu untuk mendapatkan larutan pada yang menghendaki homogen. b. Tahap pendinginan cepat (quenching) Quenching dilakukan dengan cara mendinginkan logam yang telah dipanaskan dalam dapur pemanas ke dalam media pendingin. Adapun tujuan dilakukanya quenching adalah agar larutan padat homogen yang terbentuk pada solution heat treatment dan kekosongan keseimbangan atom dalam keseimbangan termal pada temperatur tinggi tetap pada tempatnya. Dimana pada tahap quenching juga akan menghasilkan larutan padat lewat jenuh (Super Saturated Solid Solution) yang merupakan fasa tidak stabil pada temperatur ruang atau temperatur biasa. c. Tahap penuaan (Aging) Aging yaitu perlakuan panas dengan menahannya pada suatu temperatur tententu (kamar atau temperatur dibawah solvus line batas pelarut) untuk jangka waktu tertentu. Penuaan dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1). Penuaan yang dilakukan dengan membiarkan larutan padat jenuh itu pada temperatur kamar selama beberapa waktu, dinamakan natural aging yaitu penuaan yang terjadi secara alamiah. (2). Penuaan dengan memanaskan kembali larutan padat jenuh itu kesuatu temperatur dibawah garis solvus dan dibiarkan pada temperatur tersebut selama beberapa saat, dinamakan artifiacial aging (peanuaan buatan). Menurut Kusuma dan Citro (2008), pada proses solution melalui nukleasi dan pertumbuhan butir dari atom solute menjadi nuklei prestipitate.pada beberapa material, pada beberapa material proses aging untuk mencapai kekuatan dan kekerasan. Gambar 3. Skema perlakuan panas precipitation herdening secara teoritik (Calister, 2007). 4

3. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti alur diagram alir pada gambar 4. Adapun bahan yang gunakan adalah paduan aluinium silikon dari skrap limbah piston sepeda motor bensin. Sedangkan alat yang digunakan adalah cetakan logam, mesin alat uji kekerasan vickers, gergaji besi, kaos tangan, mikroskop uji struktur mikro, tanur peleburan, kowi, ragum, tang, ampelas, kaca, jangka sorong, stop watch, penggaris dan peralatan keamanan pengecoran. Cetakan terbuat dari baja karbon tinggi yang tahan panas, dengan mengikuti bentuk prototipe piston. Spesimen yang terbentuk dipisahkan menjadi 3 bagian, yaitu spesimen raw material, artificial aging, dan natural aging untuk diberikan perlakuan panas. Adapun Jenis pengujian yang dipakai adalah pengujian kekerasan vickers dan pengujian struktur mikro. Adapun diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 4. Cetakan logam prototipe piston Material dilebur dalam tanur dengan suhu 700 C dengan waktu tahan 1 jam. Setelah mencapai suhu penelitian paduan Al-Si dituang ke dalam cetakan logam dan disimpan hingga dingin dengan dilanjutkan dengan pembuatan spesimen. Proses pembuatan specimen ditunjukkan pada gambar 5. Gambar 5. Proses pembuatan spesimen Gambar 6. Diagram alir penelitian 4. Hasil dan Pembahasan Kekerasan Mikro Vickers Tabel 1. Hasil pengujian kekerasan mikro vickers Al-Si tanpa perlakuan Jenis Perlakuan Titik uji Nilai HV (Kg/mm²) Nilai HV Ratarata (Kg/mm²) Raw Material 1 83.2 2 81.1 3 85.5 4 82.02 5 84.74 83.33 Dari hasil pengujian kekerasan sampel raw material (tabel 1) pada setiap titik bersifat fluktuasi, dimana antara titik pengujian 1 sampai titik pengujian 5 mempunyai nilai kekerasan yang berbeda. Untuk nilai kekerasan tertinggi diperoleh melalui pengujian ke 3 sebesar 85.5 5

Kg/mm² sedangkan nilai kekerasan terendah diperoleh pada pengujian ke 4 yaitu sebesar 82,02 Kg/mm². salah satu penyebabnya yaitu karena faktor perbedaan laju pendinginan antara permukaan coran sehingga menyebabkan terjadinya porositas pada permukaan coran. Terjadinya perbedaan laju pendinginan pada bagian permukaan coran akan mempengaruhi sifat kekerasan bahan. Sebab pada saat proses pembekuan berlangsung, perlu adanya keseragaman pembekuan untuk menghindari adanya cairan logam sisa yang terlambat membeku. Hal itu diperkuat dengan data hasil pengujian struktur mikro. Dimana untuk permukaan struk turmikro pada jenis sampel raw material memperlihatkan bahwa permukaannya didominasi oleh fasa -aluminium yang relatif lunak serta dikelilingi oleh cacat porositas dengan jumlah yang banyak. porositas porositas Tabel 2. Hasil pengujian kekerasan mikro vickers Al-Si Artificial Aging Jenis Perlakuan Artificial Aging 1 jam Artificial Aging 2 jam Artificial Aging 3 jam Titik Nilai HV uji (Kg/mm²) 1 109 2 106 3 116 4 111 5 109 1 124 2 131 3 130 4 126 5 125 1 127 2 136 3 136 4 135 5 132 Nilai HV ratarata (Kg/mm²) 110.31 127,36 133.32 Berdasarkan data hasil pengujian nilai kekerasan mikro vickers (Tabel 4.1 dan 4.2), maka selanjutnya ditabulasikan dalam bentuk grafik diagram batang (histogram). aluminium porositas. Gambar 7. Hasil pengujian struk turmikro sampel raw material Setelah dilakukan perlakuan panas, dan dilanjutkan dengan artificial aging, hasil rata-rata kekerasan mikro vickers (tabel 2) mengalami kenaikan nilai kekerasan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan raw material. Gambar 8. Grafik hubungan antara holding time terhadap kekerasan dengan perlakuan panas Artificial Aging Dari gambar grafik di atas, terlihat bahwa sampel Al-Si dengan perlakuan artificial aging mengalami peningkatan nilai kekerasan seiring dengan penambahan waktu penahanan (holding time). Dimana nilai kekerasan untuk artificial aging dengan holding time 1 jam yaitu sebesar 110,31 Kg/mm², dan untuk nilai kekerasan 6

Vickers pada sampel artificial aging dengan holding time 2 jam yaitu 127,37 Kg/mm². sedangkan untuk sampel artificial aging dengan holding time 3 jam mempunyai nilai kekerasan vikers tertinggi yaitu sebesar 133,3 Kg/mm².dan untuk nilai kekerasan vickers terendah diperoleh pada sampel raw material yaitu sebesar 83,33 Kg/mm². hal ini menunjukan bahwa perlakuan panas dan artificial aging berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekerasan jika dibandingkan dengan sampel raw material. hal itu disebabkan pada saat pemberian perlakuan panas artificial aging terdapat proses penambahan waktu tahan sebagai variable pembanding yang berpengaruh terhadap partikel yang cenderung membentuk suatu kelompok dislokasi dan sebagian besar menyebar keseluruh permukaan matriks. Maka dari itu, jika ditelaah lebih lanjut berdasarkan karakteristik logam Al-Si yang memiliki kandungan silikon lebih dari 12 % akan menghasilkan silikon primer dimana dengan masuknya silikon ke dalam matriks maka matriksnya akan menjadi lebih keras, seperti yang dikemukakan oleh Kimiarta dan Ardhyananta (2013), bahwasanya silikon lebih keras jika dibandingkan dengan aluminium, yang menyebabkan transformasi membentuk satu fase baru yang mempunyai komposisi atau struktur kristal yang berbeda dengan bahan induk (bahan sebelum dilakukan proses penuaan). Tabel 3. Hasil pengujian kekerasan mikro vickers Al-Si Natural Aging Jenis perlakuan Natural Aging, 1 jam Natural Aging 2 jam Natural Aging 3 jam Titik Nilai HV Uji (Kg/mm²) 1 83.14 2 83.10 3 84.41 4 82.44 5 79.57 1 83.28 2 88.52 3 91.72 4 91.55 5 97.40 1 97.59 2 103.06 3 96.71 4 103.89 5 106.60 Nilai HV ratarata (Kg/mm²) 82.53 90.49 101.57 Melalui tabel 3. dapat dilihat bahwa nilai kekerasan mikro vickers Al-Si dengan perlakuan natural aging bersifat meningkat seiring dengan penambahan waktu penahanan. Dimana nilai kekerasan yang diperoleh melalui penuaan natural aging antara waktu 1-3 jam adalah 81,72 Kg/mm², 90,49 Kg/mm², 101,57 Kg/mm². sedangkan untuk raw material mencapai nilai kekerasan sekitar 82,53 Kg/mm². kenaikan nilai kekerasan ini juga dilakukan oleh peneliti dahulu, yang mengatakanan bahwa nilai kekerasan sampel melalui proses natural aging dapat ditingkatkan berdasarkan fungsi waktu (Koswara, 2007). Adapun peningkatan nilai kekerasan dapat dilihat pada diagram batang berikut ini. 7

Gambar 9. Grafik hubungan antara holding time terhadap kekerasan dengan perlakuan panas natural aging Dengan melihat grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai kekerasan mengalami peningkatan setelah dilakukan perlakuan panas. Meningkatnya nilai kekerasan ini disebabkan oleh adanya fasa kedua (prestipitate) yang terdistribusi secara merata dan halus di dalam matriks paduan, yang merupakan hasil daripada proses natural aging. Hal tersebut mengacu pada hasil pengamatan strukturmikro yang memberikan perbedaan secara visual berdasarkan kerapatan dan ukuran butir struktur penyusunnya. Dimana hubungan perubahan nilai kekerasan dengan perubahan kondisi struktur mikro terlihat nyata dari nilai hasil kekerasan terendah 81,72 Kg/mm², pada tahap awal mempunyai nilai kekerasan terendah (gambar 11.1) ditunjukan dengan struktur mikro pembentukan alumunium silicon yang tidak merata dan ukuran partikel dengan jarak antar partikel yang lebih besar (gambar 11.2). Sedangkan pada nilai kekerasan tertinggi 101,57 Kg/mm² strukturmikro yang terbentuk relatif rapat dan tersebar merata dengan ukuran partikel yang rapat (gambar 11.3). Gambar 10. Grafik perbandingan kekerasan antara artificial aging dan natural aging Dari hasil akumulasi nilai kekerasan rata-rata kedua jenis penuaan yang disajikan pada gambar 10 dapat diamati bahwasanya perlakuan artificial aging dan natural aging mengalami peningkatan nilai kekerasan Dimana pada perlakuan artificial aging nilai kekerasan mengalami peningkatan secara signifikan seiring dengan penambahan waktu penahanan. Adapun hasil pengujian kekerasan vickers dengan range waktu 1-3 jam adalah 110,33 Kg/mm 2, 127,2 Kg/mm 2 dan 132,16 Kg/mm 2. Begitu juga halnya yang terjadi pada perlakuan natural aging, yaitu mengalami peningkatan nilai kekerasan seiring dengan bertambahnya waktu penahanan meskipun kurang signifikan. Dimana hasil pengujian kekerasan mikro vickers dengan perlakuan natural aging range waktu antara 1-3 jam adalah 81,72 Kg/mm², 90,49 Kg/mm²,102,7 Kg/mm². Pengujian Struktur Mikro Pengamatan struktur mikro dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mikroskopik struktur permukaan produk hasil coran Al-Si yang telah dibuat, baik dalam berupa material awal (raw material) maupun material yang telah mengalami perlakuan. Sebab bila mana logam yang telah mengalami pengerjaan panas, dengan salah satu jenis perlakuan, akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat 8

fisik maupun sifat mekanik, dalam hal ini struktur mikro. Maka olehnya itu penting bahwasanya peneliti untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang menjadi faktor perubahan sifat yang terjadi secara mendasar, sehingga dapat ditarik korelasi antara nilai kekerasan mikro vickers dengan struktur mikro yang mengirinya. Adapun tahapan proses pengujian ini meliputi persiapan spesimen, melalui tahapan: Cutting (pemotongan), mounting (penyalutan), grinding (penggerindaan), polishing (pemolesan), dan etching (pengetsaan). Dimana pengamatan dilakukan setelah spesimen rata dan digosok menggunakan autosol di atas kain beludru, kemudian dilakukan pengetsaan dengan menggunakan larutan etsa sebelum sampel ditempatkan di bawah objek mikroskop optik Adapun hasil pengujian strukutur mikro Al-Si dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Berdasarkan hasil pengujian strukturmikro coran untuk perlakuan artificial aging diatas memperlihatkan fasa Si primer dan fasa eutektik (campuran fasa dan silikon). Pada artificial aging dengan holding time 1 jam penyebaran partikel kurang merata dan ukuran serta menyebabkan jarak antara partikel menjadi berjauhan antara satu sama lain. Jika ditelaah lebih lanjut hal tersebut disebabkan oleh belum maksimalnya waktu penahanan sehingga elemen pemadu yang terdapat pada paduan belum menyebar secara sempurna, dan adanya peluang untuk terjadinya kecelakaan pada saat dilakukannya Soluiton heat treathment, yang menyebabkan spesimen kurang terkontrol. Gambar 11. Strukturmikro hasil coran Al-Si dengan perlakuan artificial aging dengan pembesaran 20X. (1) penahanan 1 jam. (2) penahanan 2 jam. (3) penahanan 3 jam. Gambar 12. Strukturmikro hasil coran Al-Si dengan perlakuan natural aging dengan pembesaran 20X. (1) penahanan 1 jam. (2) penahanan 2 jam. (3) penahanan 3 jam. 9

Berdasarkan proses solidifikasi seperti yang ada pada gambar di atas, hasil pengujian metalografi dengan pembesaran 20X untuk masing masing variasi holding time (waktu penahanan) pada artificial aging (penuaan buatan) dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara sifat kekerasan dan struktur mikro. Dimana fasa yang terbentuk dalam Al-Si hypereutectoid ini lebih didominasi oleh matriks aluminium. dimana untuk waktu penahanan 1 jam terlihat bahwasanya strukturmikro sudah mulai tumbuh denrit-denrit akan tetapi masih bersifat heterogen, dengan ukuran yang tidak sama antara satu sama lain. Hal demikian mengindikasikan bahwa ketidakrataan distribusi partikel, sehingga menyebabkan ketidak seragaman ukuran butir, hal itu ditunjukan dengan terlihatnya gumpalan silikon primer yang mengendap berwarna abu-abu yang berukuran besar. Perbaikan struktur butir terlihat pada struktur mikro aluminium silikon dengan waktu penahanan 2 jam. secara visual dapat dibandingkan antara strukturmikro penahanan 1 jam dengan penahanan 2 jam ternyata strukturmikro dengan waktu penahanan 2 jam lebih terdistribusi secara merata dibandingkan dengan strukturmikro dengan waktu penahanan 1 jam. Begitu pun juga yang terjadi dengan struktur mikro perlakuan natural aging dimana hampir tidak terjadi perubahan dari waktu ke waktu. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sampel produk pengecoran aluminium silikon yang diberikan penuaan buatan (artificial aging) dan penuaan alami dapat memberikan peningkatan nilai kekerasan seiring dengan bertambahnya waktu penahanan (holding time). dimana untuk perlakuan artificial aging kekerasan terendah diperoleh pada holding time 1 jam, yaitu 110,31 Kg/mm 2. Sedangkan untuk nilai kekerasan vickers tertinggi diperoleh pada holding time 3 jam, yaitu 132,16 Kg/mm 2. Begitu juga halnya pada perlakuan natural aging diperoleh nilai kekerasan terendah pada holding time 1 jam, 81,72 Kg/mm 2. Dan untuk nilai kekerasan tertinggi diperoleh melalui holding time 3 jam, yaitu 102. Kg/mm 2. Sementara untuk struktur mikro yang terbentuk cenderung memperlihatkan fasa yang hamper sama, yaitu didominasi oleh fasa matriks aluminium dan silicon primer. Saran Adapun saran yang dapat diberikan setelah dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pada saat penuangan material ke dalam cetakan, sangat rentan terhadap terjadinya pembekuan dini yang menyebabkan proses pembekuan yang tidak seragam, sehingga untuk peneliti selanjutnya perlu memberikan pemanasan awal pada cetakan yang akan dipakai. 2. Sebaiknya untuk peneliti selanjutnya menggunakan variable suhu pemanasan serta waktu tahan yang berbeda. Daftar Pustaka Abdillah, F., 2010, Perlakuan Panas Paduan Al-Si Pada Prototipe Piston Berbasis Material Piston Bekas, Tesis Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Calister, D., 2007. Material Science and Engineering: An Introduction, 7 th Ed. New York: John Willey And Sons. Dionisius, Y. 2013. Pengecoran Logam. Younggi Fundation 2013. Yogyakarta. 10

Jama, J., Dkk., 2008, Teknologi Sepeda Motor, Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan, Jakarta. Kimiarta, I,M,.P.,&, Ardhyananta., Pengaruh Penambahan Tembaga (Cu) Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Pada Paduan Aluminium-Silikon (Al-Si) Melalui Proses Pengecoran, Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi, Fakultas Teknologi industri Insitut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Koswara, A.L. 2007. Pengerasan Al-2024 Melalup Proses Pengerasan Endap Secara Natural. Berita Teknologi Bahan Dan Barang Teknik No.21/2007. Kusuma, T.M. dan. Tjitro, S., 2008. Karakterisasi dan peningkatan kekerasan material cetakan blow molding. Paper. Schonmetz, A. dan. Karl Gruber. 1990. Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam. Bandung: Angakasa. 11