BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. gizi utama yang banyak dijumpai pada balita (Sarmin, 2009). pada anak usia balita (WHO, 2007). Hal ini dibuktikannya dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang anak merupakan perhatian utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan bergizi. Periode tumbuh kembang anak yang terpenting terjadi pada saat masa balita, masa ini sering disebut masa golden age karena merupakan masa bagi seorang anak dalam membentuk pondasi kehidupan pertumbuhan baik pembentukan fisik, psikis dan intelegensinya (Sulistijani, 2003).Tumbuh kembang anak balita yang optimal dipengaruhi oleh asupan zat gizi makanan yang dikonsumsi. Pola konsumsi yang tidak seimbang akan berpengaruh pada status gizi anak (Sutomo, 2010). Faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan anak, konsumsi makanan anak, kebersihan, dan pelayanan kesehatan merupakan faktorfaktor positive deviance yang berperan nyata dalam status gizi anak. Positive deviance merupakan suatu keadaan penyimpangan positif yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak tertentu dengan anak-anak lain di lingkungan masyarakat atau keluarga yang sama (CORE, 2003). Kekurangan gizi seringkali dipandang sebagai konsekuensi dari kemiskinan, karena kemiskinan akan mengakibatkan berkurangnya asupan makanan ke dalam tubuh. Sehingga berdasarkan pendekatan positive deviance, keluarga miskin yang mempunyai anak yang kekurangan gizi adalah sesuatu yang normal dalam masyarakat. Sedangkan keluarga miskin yang anaknya tidak kekurangan gizi dianggap sebagai penyimpang positif 1

2 (positive deviance). Sebaliknya, keluarga kaya yang mempunyai anak kekurangan gizi adalah sebagai penyimpang negatif (negative deviant) (Zuldesni, 2010) Faktor ibu adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita yang disebabkan karena tingginya angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga yang tidak dibatasi (Arisman, 2009). Pola asuh utamanya pengasuhan gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap asupan gizi dan penyakit infeksi. Hasil penelitian Nurlila (2011) menunjukkan bahwa pola asuh yang buruk berisiko mengalami kejadian gizi buruk 12,67 kali dibandingkan dengan balita yang memiliki pola asuh yang baik. Penyebab rendahnya pola asuh pada anak yaitu karena kesibukan dari orang tua yang mengasuh tanpa memperhatikan anak dalam bermain di rumah maupun di luar rumah, sehingga anak tidak terkontrol baik dari segi asupan makan maupun kebutuhan lainnya, sehingga dapat terjadi gizi kurang maupun gizi buruk. Pola asuh yang diberikan pada anaknya juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998). Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin baik praktik pola asuh dan berdampak baik terhadap status gizi anak (Soetjiningsih, 2005). Memiliki anak terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang tua pada anak terbagi. Jumlah perhatian yang diterima per anak menjadi berkurang. Sehingga, perlu diperhatikan jarak kelahiran dan jumlah anak

3 seperti yang disarankan pemerintah yaitu keluarga berencana. Menurut hasil penelitian Salmawati (2011) menyatakan bahwa anak yang lahir dengan jarak <2 tahun mengalami risiko kematian 5,76 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang jarak kelahirannya >2 tahun. Jumlah anak juga dapat mengganggu ketahanan hidup anak. Ketahanan hidup anak yang jumlahnya lebih dari satu lebih rendah daripada ketahanan hidup anak yang hanya ada satu balita dalam keluarga. Jumlah anak yang dalam keluarganya terdapat lebih dari satu balita memiliki resiko untuk meninggal 6,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang keluarganya hanya memiliki satu balita. Dengan memberikan jarak yang cukup pada kehamilan berikutnya dan jumlah anak yang sesuai dengan program pemerintah, maka kesehatan ibu dan anak dapat terjaga, ikatan emosional keluarga menjadi lebih sehat, dan kondisi perekonomian rumah tangga dapat terkontrol dengan baik (Prasetyo, 2008). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data Susenas 2005 prevalensi balita gizi kurang sebesar 15,2% dan prevalensi balita stunting sebesar 27% di Provinsi Yogyakarta. kasus stunting balita di Sleman merupakan kasus tertinggi

4 kedua setelah Gunung Kidul dengan prevalensi sebesar 28,4% dan sebesar 16,7% di wilayah kerja Puskesmas Seyegan (Riskesdas DIY, 2013). Penyebab masih tingginya angka anak balita gizi kurang dan stunting di DIY disebabkan beberapa faktor selain masalah ekonomi atau kemiskinan, juga pola asuh yang salah serta akibat penyakit (Persagi, 2009). Puskesmas seyegan tidak terdapat data yang menyebutkan apa penyebab dari masih adanya anak yang menderita gizi kurang dan stunting serta belum pernah dilakukan peneltian bagaimana pola asuh gizi yang diberikan oleh orang tua khususnya ibu sudah benar atau belum. Berdasarkan pada latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Jumlah Anak, dan Jarak Antar Anak dengan Pola Asuh Gizi Ibu Balita B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian maka dirumuskan masalah : 1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pola asuh gizi ibu balita? 2. Apakah ada hubungan antara jumlah anak dengan pola asuh gizi ibu balita? 3. Apakah ada hubungan antara jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah anak, dan jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita

5 2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pola asuh gizi ibu balita 2. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah anak dengan pola asuh gizi ibu balita 3. Untuk mengetahui hubungan antara jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat: 1. Bagi Ibu a. Sebagai masukan bagi ibu dalam mengasuh balitanya agar sesuai dengan tahap perkembangannya. b. Dapat memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan untuk penerapan pola pengasuhan balita yang sesuai. 2. Bagi Peneliti Sebagai tambahan konsep dan referensi tentang perilaku pengasuhan orang tua kepada anak untuk penelitian lain sejenis. 3. Bagi Instansi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa terutama tentang hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah anak, dan jarak antar anak dengan pola pengasuhan balita. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi, penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah anak, dan jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini adalah penelitian

6 kuantitatif yang difokuskan pada pola asuh ibu gizi terhadap balitanya, dengan desain cross sectional. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain: 1. Ginting, Trisya M. (2013). Hubungan Jarak Kelahiran dan Pola Pengasuhan dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak kelahiran dan pola pengasuhan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja puskesmas kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 94 anak balita yang berusia 12-59 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan anak balita yang baik terdapat pada jarak kelahiran anak lebih dari dua tahun sedangkan pola pengasuhan yang kurang baik terdapat pada jarak kelahiran anak kurang dari dua tahun. Status gizi anak balita baik pada jarak kelahiran lebih dari dua tahun (87,1%) sedangkan status gizi buruk (14,3%) dan gizi kurang (85,7%) terdapat pada jarak yang kelahirannya kurang dari dua tahun. Perbedaan : lokasi penelitian, variabel dependen yaitu status gizi, subjek penelitian Persamaan : desain penelitian, variabel independen yaitu jarak kelahiran, variabel dependen yaitu pola asuh ibu 2. Nurjanah, Nunung. (2013). Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Balita dengan Status Gizi di Rw 07 Wilayah Kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung.

7 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara jarak kelahiran dan jumlah balita dengan status gizi di RW 07 wilayah kerja puskesmas Cijerah kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan yaitu descriptions correlation dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden yaitu ibu yang mempunyai anak balita. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki jarak kelahiran 2 tahun sebanyak 63,3%, sebagian besar responden memiliki jumlah balita >2 balita sebanyak 76,7%, hampir setengah responden yang memiliki balita dengan status gizi normal sebanyak 63,3%. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan jarak kelahiran dengan status gizi balita dengan nilai p value= 0,022 dan tidak ada hubungan antara jumlah balita dengan status gizi balita dengan p value= 0,055. Perbedaan : variabel dependen yaitu status gizi, lokasi penelitian Persamaan : variabel independen yaitu jarak kelahiran dan jumlah anak, desain penelitian, subyek penelitian. 3. Mina, Herlina Rambu. 2013. Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Anak dengan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak kelahiran dan jumlah anak dengan status gizi pada anak yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Metode penelitian menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel yang diikutkan dalam penelitian ini sebanyak 90 anak PAUD. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran dan status gizi yaitu berdasarkan

8 hasil perhitungan diperoleh p-value = 0,027 (p-value < 0.05). Dan diperoleh p-value = 0,018 < Level of Significant = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan status gizi. Perbedaan : variabel dependen yaitu status gizi, lokasi penelitian, subjek penelitian Persamaan : variabel independen yaitu jarak kelahiran dan jumlah anak, desain penelitian. 4. Zhou Hong et al. (2012). Relationship between child feeding practices and malnutrition in 7 remote and poor counties, P R China. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak balita di Cina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Penelitian melibatkan responden sebanyak 2201 anak dan 1978 pengasuh. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat masalah status gizi antara lain stunting (19,3%) underweight (13.1%) dan wasting (5.5%). Terdapat hubungan yang bermakna pada variabel pola asuh pemberian MP-ASI terhadap kejadian stunting. Perbedaan : variabel dependen yaitu stunting, lokasi penelitian, Persamaan : desain penelitian, rentang umur subjek