BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang anak merupakan perhatian utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan bergizi. Periode tumbuh kembang anak yang terpenting terjadi pada saat masa balita, masa ini sering disebut masa golden age karena merupakan masa bagi seorang anak dalam membentuk pondasi kehidupan pertumbuhan baik pembentukan fisik, psikis dan intelegensinya (Sulistijani, 2003).Tumbuh kembang anak balita yang optimal dipengaruhi oleh asupan zat gizi makanan yang dikonsumsi. Pola konsumsi yang tidak seimbang akan berpengaruh pada status gizi anak (Sutomo, 2010). Faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan anak, konsumsi makanan anak, kebersihan, dan pelayanan kesehatan merupakan faktorfaktor positive deviance yang berperan nyata dalam status gizi anak. Positive deviance merupakan suatu keadaan penyimpangan positif yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak tertentu dengan anak-anak lain di lingkungan masyarakat atau keluarga yang sama (CORE, 2003). Kekurangan gizi seringkali dipandang sebagai konsekuensi dari kemiskinan, karena kemiskinan akan mengakibatkan berkurangnya asupan makanan ke dalam tubuh. Sehingga berdasarkan pendekatan positive deviance, keluarga miskin yang mempunyai anak yang kekurangan gizi adalah sesuatu yang normal dalam masyarakat. Sedangkan keluarga miskin yang anaknya tidak kekurangan gizi dianggap sebagai penyimpang positif 1
2 (positive deviance). Sebaliknya, keluarga kaya yang mempunyai anak kekurangan gizi adalah sebagai penyimpang negatif (negative deviant) (Zuldesni, 2010) Faktor ibu adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita yang disebabkan karena tingginya angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga yang tidak dibatasi (Arisman, 2009). Pola asuh utamanya pengasuhan gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap asupan gizi dan penyakit infeksi. Hasil penelitian Nurlila (2011) menunjukkan bahwa pola asuh yang buruk berisiko mengalami kejadian gizi buruk 12,67 kali dibandingkan dengan balita yang memiliki pola asuh yang baik. Penyebab rendahnya pola asuh pada anak yaitu karena kesibukan dari orang tua yang mengasuh tanpa memperhatikan anak dalam bermain di rumah maupun di luar rumah, sehingga anak tidak terkontrol baik dari segi asupan makan maupun kebutuhan lainnya, sehingga dapat terjadi gizi kurang maupun gizi buruk. Pola asuh yang diberikan pada anaknya juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998). Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin baik praktik pola asuh dan berdampak baik terhadap status gizi anak (Soetjiningsih, 2005). Memiliki anak terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang tua pada anak terbagi. Jumlah perhatian yang diterima per anak menjadi berkurang. Sehingga, perlu diperhatikan jarak kelahiran dan jumlah anak
3 seperti yang disarankan pemerintah yaitu keluarga berencana. Menurut hasil penelitian Salmawati (2011) menyatakan bahwa anak yang lahir dengan jarak <2 tahun mengalami risiko kematian 5,76 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang jarak kelahirannya >2 tahun. Jumlah anak juga dapat mengganggu ketahanan hidup anak. Ketahanan hidup anak yang jumlahnya lebih dari satu lebih rendah daripada ketahanan hidup anak yang hanya ada satu balita dalam keluarga. Jumlah anak yang dalam keluarganya terdapat lebih dari satu balita memiliki resiko untuk meninggal 6,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang keluarganya hanya memiliki satu balita. Dengan memberikan jarak yang cukup pada kehamilan berikutnya dan jumlah anak yang sesuai dengan program pemerintah, maka kesehatan ibu dan anak dapat terjaga, ikatan emosional keluarga menjadi lebih sehat, dan kondisi perekonomian rumah tangga dapat terkontrol dengan baik (Prasetyo, 2008). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data Susenas 2005 prevalensi balita gizi kurang sebesar 15,2% dan prevalensi balita stunting sebesar 27% di Provinsi Yogyakarta. kasus stunting balita di Sleman merupakan kasus tertinggi
4 kedua setelah Gunung Kidul dengan prevalensi sebesar 28,4% dan sebesar 16,7% di wilayah kerja Puskesmas Seyegan (Riskesdas DIY, 2013). Penyebab masih tingginya angka anak balita gizi kurang dan stunting di DIY disebabkan beberapa faktor selain masalah ekonomi atau kemiskinan, juga pola asuh yang salah serta akibat penyakit (Persagi, 2009). Puskesmas seyegan tidak terdapat data yang menyebutkan apa penyebab dari masih adanya anak yang menderita gizi kurang dan stunting serta belum pernah dilakukan peneltian bagaimana pola asuh gizi yang diberikan oleh orang tua khususnya ibu sudah benar atau belum. Berdasarkan pada latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Jumlah Anak, dan Jarak Antar Anak dengan Pola Asuh Gizi Ibu Balita B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian maka dirumuskan masalah : 1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pola asuh gizi ibu balita? 2. Apakah ada hubungan antara jumlah anak dengan pola asuh gizi ibu balita? 3. Apakah ada hubungan antara jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah anak, dan jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita
5 2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pola asuh gizi ibu balita 2. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah anak dengan pola asuh gizi ibu balita 3. Untuk mengetahui hubungan antara jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat: 1. Bagi Ibu a. Sebagai masukan bagi ibu dalam mengasuh balitanya agar sesuai dengan tahap perkembangannya. b. Dapat memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan untuk penerapan pola pengasuhan balita yang sesuai. 2. Bagi Peneliti Sebagai tambahan konsep dan referensi tentang perilaku pengasuhan orang tua kepada anak untuk penelitian lain sejenis. 3. Bagi Instansi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa terutama tentang hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah anak, dan jarak antar anak dengan pola pengasuhan balita. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi, penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan, jumlah anak, dan jarak antar anak dengan pola asuh gizi ibu balita belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini adalah penelitian
6 kuantitatif yang difokuskan pada pola asuh ibu gizi terhadap balitanya, dengan desain cross sectional. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain: 1. Ginting, Trisya M. (2013). Hubungan Jarak Kelahiran dan Pola Pengasuhan dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak kelahiran dan pola pengasuhan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja puskesmas kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 94 anak balita yang berusia 12-59 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan anak balita yang baik terdapat pada jarak kelahiran anak lebih dari dua tahun sedangkan pola pengasuhan yang kurang baik terdapat pada jarak kelahiran anak kurang dari dua tahun. Status gizi anak balita baik pada jarak kelahiran lebih dari dua tahun (87,1%) sedangkan status gizi buruk (14,3%) dan gizi kurang (85,7%) terdapat pada jarak yang kelahirannya kurang dari dua tahun. Perbedaan : lokasi penelitian, variabel dependen yaitu status gizi, subjek penelitian Persamaan : desain penelitian, variabel independen yaitu jarak kelahiran, variabel dependen yaitu pola asuh ibu 2. Nurjanah, Nunung. (2013). Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Balita dengan Status Gizi di Rw 07 Wilayah Kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung.
7 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara jarak kelahiran dan jumlah balita dengan status gizi di RW 07 wilayah kerja puskesmas Cijerah kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan yaitu descriptions correlation dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden yaitu ibu yang mempunyai anak balita. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki jarak kelahiran 2 tahun sebanyak 63,3%, sebagian besar responden memiliki jumlah balita >2 balita sebanyak 76,7%, hampir setengah responden yang memiliki balita dengan status gizi normal sebanyak 63,3%. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan jarak kelahiran dengan status gizi balita dengan nilai p value= 0,022 dan tidak ada hubungan antara jumlah balita dengan status gizi balita dengan p value= 0,055. Perbedaan : variabel dependen yaitu status gizi, lokasi penelitian Persamaan : variabel independen yaitu jarak kelahiran dan jumlah anak, desain penelitian, subyek penelitian. 3. Mina, Herlina Rambu. 2013. Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Anak dengan Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak kelahiran dan jumlah anak dengan status gizi pada anak yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Metode penelitian menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel yang diikutkan dalam penelitian ini sebanyak 90 anak PAUD. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran dan status gizi yaitu berdasarkan
8 hasil perhitungan diperoleh p-value = 0,027 (p-value < 0.05). Dan diperoleh p-value = 0,018 < Level of Significant = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan status gizi. Perbedaan : variabel dependen yaitu status gizi, lokasi penelitian, subjek penelitian Persamaan : variabel independen yaitu jarak kelahiran dan jumlah anak, desain penelitian. 4. Zhou Hong et al. (2012). Relationship between child feeding practices and malnutrition in 7 remote and poor counties, P R China. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak balita di Cina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Penelitian melibatkan responden sebanyak 2201 anak dan 1978 pengasuh. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat masalah status gizi antara lain stunting (19,3%) underweight (13.1%) dan wasting (5.5%). Terdapat hubungan yang bermakna pada variabel pola asuh pemberian MP-ASI terhadap kejadian stunting. Perbedaan : variabel dependen yaitu stunting, lokasi penelitian, Persamaan : desain penelitian, rentang umur subjek