BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

ANALISIS MODEL BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN PALM HILLS KOTA BALIKPAPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MENTENG INDAH DI KECAMATAN MEDAN DENAI

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan terbentuk akibat adanya aktifitas yang dilakukan bukan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARATERISTIK PERGERAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: ANALISA KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN DI PERUMAHAN SUKATANI - PALEMBANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN BERDASARKAN LUAS LANTAI DI GEDUNG PUSAT PERDAGANGAN GROSIR DI KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

1 Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. 2 Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

BANGKITAN PERGERAKAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM DENGAN METODE KLASIFIKASI SILANG

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SD NEGERI KOTA MAKASSAR

MODEL TARIKAN PERGERAKAN SEPEDA MOTOR PADA PUSAT PERBELANJAAN (STUDI KASUS : DI KOTA BANDA ACEH)

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN (Studi Kasus Pada Tata Guna Lahan Rumah Sakit Umum di Klaten) ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perubahan nilai suatu variabel dapat disebabkan karena adanya perubahan pada

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR (STUDI KASUS: PERUMAHAN PINGGIRAN KOTA PEMATANGSIANTAR)

MODEL KEBUTUHAN PARKIR PADA PUSAT PERBELANJAAN DI KOTA MALANG: STUDI KASUS PLASA DIENG, PLASA GAJAHMADA, DAN MALANG PLASA

TUGAS AKHIR ANALISIS MODEL BANGKITAN TARIKAN KENDARAAN PADA SEKOLAH SWASTA DI ZONA PINGGIRAN KOTA DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

MODEL TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI PADA KOMPLEKS LIPPO PLAZA, FLOBAMORA MALL DAN HYPERMART BUNDARAN PU KOTA KUPANG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS MODEL BANGKITAN PARKIR UNTUK TATA GUNA LAHAN BANK KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) SRAGEN KOTA

MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA PABRIK DI KELURAHAN PURWOSUMAN, SIDOHARJO, SRAGEN, JAWA TENGAH (261T)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB 2 LANDASAN TEORI

TARIKAN KENDARAAN PADA KAMPUS UNIVERSITAS BATANGHARI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN BANGKITAN PERJALANAN PADA KAWASAN TRANSMIGRASI DI KECAMATAN MESUJI TIMUR. Imam Moerdo Koentjoro

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi Menurut LPM ITB (1997), permasalahan transportasi bertambah parah baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Permasalahan tersebut semakin bertambah parah melihat kenyataan bahwa meskipun sistem prasarana trasnportasi sudah sangat terbatas, tetapi banyak dari sistem prasarana tersebut yang berfungsi secara tidak efisien. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui secara akurat besarnya kebutuhan akan trasnportasi pada masa mendatang sehingga sumberdaya dapat dihemat dengan mengatur atau mengelola sistem prasarana trasportasi yang dibutuhkan (Tamin, 2008). Maka untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan perencanaan transportasi. Adapun menurut Tamin, 2008, tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan total pergerakan baik untuk angkutan umum maupun pribadi) pada masa yang akan datang. Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi (Tamin, 2008) yang paling popular adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap Model ini merupakan gabungan dari beberapa seri sub model yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub model tersebut adalah: a. Bangkitan dan tarikan pergerakan b. Sebaran pergerakan c. Pemilihan moda d. Pemilihan rute e. Arus lalu lintas Di dalam tugas akhir ini yang akan dibahas khusus mengenai bangkitan pergerakan.

II.2 Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) Bangkitan perjalanan/pergerakan (trip generation) dapat diartikan sebagai banyaknya jumlah perjalanan/pergerakan/lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu zona (kawasan) per satuan waktu (Miro, 2002). Dari pengertian tersebut maka bangkitan perjalanan merupakan tahap pemodelan trasnportasi yang bertugas untuk memperkirakan jumlah (banyakny) perjalanan yang berasal (meninggalkan) dari suatu zona/kawasan/petak lahan dan jumlah (banyaknya) perjalana yang datang/tertarik (menuju) ke suatu zona/kawasan/petak lahan pada masa yang akan datang (tahun rencana) per satuan waktu. Bangkitan pergerakan dari model transportasi bertujuan untuk memprediksi jumlah perjalanan bangkitan dan tarikan dari setiap zona daerah penelitian. Ini dapat dicapai dalam beberapa cara, dimulai dengan perjalanan individu atau rumah tangga yang tinggal disetiap zona atau beberapa variabel berikut seperti: penduduk, tenaga kerja, jumlah kendaraan, dan lain-lain. (Ortuzar, Willumsen, 2011). Suatu kota dapat dipandang sebagai suatu tempat dimana terjadi aktivitas-aktivitas atau sebagai suatu pola tata guna lahan. Lokasi dimana aktivitas dilakukan akan mempengaruhi manusia, dan aktivitas manusia akan mempengaruhi lokasi tempat aktivitas berlangsung. Tata guna lahan merupakan salah satu dari penentu utama pergerakan dan aktivitas. Aktivitas ini dikenal dengan istilah bangkitan perjalanan (trip generation). (Khisty, 2005). Penelaahan bangkitan lalu-lintas ini adalah bagian yang amat penting dalam proses perencanaan perangkutan. Dengan mengetahui bangkitan lalu-lintas, maka jumlah perjalanan tiap zone pada masa yang akan datang dapat diperkirakan. Setiap pepergian pasti mempunyai asal, yaitu zone yang menghasilkan pelakunya, dan tujuan, yaitu zone menarik pelaku pepergian itu. Secara sederhana dapat dianggap bahwa pepergian pada umumnya diawali dari tempat

tinggal dan diakhiri di tempat tujuan. Jadi ada dua pembangkit lalu-lintas, yaitu tempat tinggal sebagia produsen pepergian, dan bukan tempat tinggal sebagai konsumen. (warpani, 1990). Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menentukan jumlah perjalanan dari suatu zona ke zona lain, F.D. Hobbs berpendapat bahwa: jumlah perjalanan yang terjadi dalam satuan waktu, biasanya untuk suatu tata guna lahan tertentu, disebut laju bangkitan perjalanan. Jumlah ini dapat diestimasikan dengan 3 cara: (i) secara tradisional dengan regresi sederhana atau ganda, (ii) dengan menjumlahkan bangkitan atau produksi perjalanan menurut distribusi setiap kategori tertentu pada setiap zona, (iii) dengan metode-metode klasifikasi keluarga (sering disebut analisa kategori) dengan memakai daftar laju perjalanan yang dilakukan dan karakteristik suatu area. (F.D. Hobbs, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas:175) Dalam prosesnya, bangkitan pergerakan dianalisis secara terpisah menjadi 2 bagian (Miro, 2002), Yaitu: a. Trip Production, merupakan banyaknya pergerakan yang dihasilkan oleh zona asal, dengan kata lain merupakan pergerakan/ arus lalu-lintas yang meninggalkan suatu kawasan/zona. b. Trip Attraction, merupakan banyaknya pergerakan yang tertarik ke zona tujuan, dengan kata lain merupakan pergerakan/arus lalu-lintas yang menuju ke suatu kawasan/zona. Tujuan akhir perencanaan tahapan bangkitan pererakan pada masa sekarang yang akan digunakan untuk meramalkan pergerakan pada masa mendatang.

Bangkitan dan tarikan perjalanan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1: Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Sumber: Ofyar Z. Tamin (2000) Bangkitan dan tarikan pergerakan biasanya dianalisa berdasarkan zona. Data tata guan lahan (peubah X), data bangkitan pergerakan (P) dan data tarikan pergerakan (A) yang didapat dari hasil survey (Black, 1978 dalam Ofyar Z. Tamin 1997). Gambar 2.2: Bangkitan dan Tarikan Perjalanan (Tamin, 1997, 2000, 2008) 2.2.1. Jenis tata guna lahan Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan dan komersial) mempunyai cirri bangkitan lalu lintas yang berbeda, antara lain:

a. Jumlah arus lalu lintas b. Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil) c. Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di sepanjang hari). Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan oleh setiap tata guna lahan merupakan hasil dari fungsi parameter social dan ekonomi, seperti contoh di Amerika Serikat (Black, 1979 dalam Tamin, 2008): a. 1 ha perumahan menghasilkan 60 70 pergerakan kendaraan per minggu b. 1 ha perkantoran menghasilkan 700 pergerakan kendaraan per hari c. 1 ha tempat parkir menghasilkan 12 pergerakan kendaraan per hari 2.2.2. Intensitas aktivitas tata guna lahan Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya (Tamin, 2008). II.3 Bangkitan Perjalanan Kawasan Perumahan The Puget Sound Regional Trasnportation Study, pada tahun 1964 pertama kali menggunakan dan mengembangkan metode perjalanan berbasis rumah (home based trip generation) untuk memperkirakan bangkitan perjalanan pada kawasan perumahan. (Miro, 2005). Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi timbulnya pergerakan, yaitu:

1) Peningkatan pendapatan Merupakan sifat manusia bahwa apabila penghasilannya meningkat maka standart kebutuhan hidupnya juga akan meningkat. Kebutuhan yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan jumlah perjalanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 2) Kepemilikan kendaraan Kepemilikan kendaraan pada suatu rumah tangga dapat menyebabkan kecenderungan peningkatan jumlah perjalanan pada suatu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian di Detroit Area disebutkan bahwa peningkatan pemilikan kendaraan menyebabkan meningkatnya jumlah perjalanan penduduk per orang per hari maupun jumlah perjalanan dengan menggunakan kendarran pribadi. 3) Struktur rumah tangga Struktur rumah tangga merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam menentukan besarnya bangkitan yang terjadi di daerah pemukiman. Keluarga yang memiliki banyak jumlah anggota keluarga yang masih produktif (berusia antara 5 sampai batas akhir usia kerja) maka kecenderungan untuk meningkatnya jumlah perjalanan semakin besar. 4) Jarak pemukiman terhadap pusat kegiatan Menurut penelitian dikatakan bahwa daerah pemukiman yang terletak di pusat kota (dimana merupakan pusat berbagai aktivitas social, ekonomi, politik dan lainnya) mempunyai jumlah perjalanan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perjalanan dari kawasan pemukiman yang berada di pinggiran kota. 5) Kepadatan daerah permukiman Semakin padat jumlah penduduk di suatu daerah pemukiman maka cenderung semakin besar jumlah perjalanan yang terjadi.

6) Aksesibilitas Semakin mudah aksesibilitas dari daerah pemukiman ke daerah tujuan pusat-pusat kegiatan, maka akan semakin besar pula jumlah perjalanan yang terjadi. II.4 Bangktan perjalanan dari rumah tangga/keluarga Dari semua perjalanan di daerah perkotaan 80% di perkirakan berasal dari rumah tangga. Sisanya berasal dari kendaraan umum seperti taksi, truk dan kendaraan umum lainnya.tujuan dari pemodelan perjalanan yang dihasilkan oleh rumah tangga dapat diklasifikasikan perjalanan berbasis rumah, dan tidak berbasis rumah. Perjalanan dengan berbasis rumah memiliki satu tujuan akhir, baik itu berupa asal ataupun tujuan. Berasal/terletak di zona si pembuat perjalanan tersebut. Jika akhir dari kedua perjalanan (asal-tujuan) berlokasi di sona dimana pelaku perjalanan itu tinggal maka itu disebut pergerakan tidak berbasis rumah. (Myer Kutz, 2004 ) Karena dominasi perjalanan berbasis rumah di daerah perkotaan, pengembangan model sederhana jika diasumsikan bahwa perjalanan berakhir di rumah adalah bahwa produksi (P) di zona tempat tinggal si pelaku perjalanan itu terlepas apakah itu mewakili zona asal atau tujuan perjalanan. Menurut pendekatan ini perjalanan yang berbasis bukan rumah disebut sebagai tarikan (A). (Myer, 2004 ) II.5 Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan Model dapat didefenisikan sebagai alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur (Tamin, 1997), termasuk diantaranya: 1. Model fisik 2. Peta dan diagram (grafis)

3. Model statistika dan matematika (persamaan) Semua model tersebut merupakan penyederhanaan realita untuk tujuan tertentu, seperti memberikan penjelasan, pengertian, serta peramalan. Pemodelan transportasi hanya merupakan salah satu unsur dalam perencanaan transportasi. Lembaga pengambil keputusan masyarakat administrator peraturan dan penegak hokum adalah beberapa unsure lainnya. Model merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya dan model dapat memberikan petunjuk dalam perencanaan transportasi. Karakteristik sistem transportasi untuk daerah-daerah terpilih seperti CBD sering dianalisis dengan model. Model memungkinkan untuk mendapatkan penilaian yang cepat terhadap alternatif-alternatif transportasi dalam suatu daerah (Morlok, 1991 dalam Daniel, 2011). 2.5.1 Definisi dasar Beberapa definisi dasar yang selalu digunakan dalam tahap pemodelan bangkitan pergerakan (Tamin, 2008): a. Perjalanan: pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk pergerakan berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan (misalnya berhenti diperjalanan untuk mebeli rokok) tidak dianggap sebagai tujuan perjalanan, meskipun perubahan rute terpaksa dilakukan. b. Pergerakan berbasi rumah: pergerakan yang salah satu atau kedua zona (asal dan / atau tujuan) pergerakan tersebut adalah rumah. c. Pergerakan berbasis bukan rumah: pergerakan yang salah satu arah atau kedua zona (asal dan / atau tujuan) pergerakan tersebut adalah bukan rumah. d. Bangkitan pergerakan digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan / atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang berbasis bukan rumah.

e. Tarikan pergerakan digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah. f. Tahapan bangkitan pergerakan: sering digunakan untuk menetapkan besarnya bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh rumah tangga (baik untuk pergerakan berbasis rumah maupun berbasis bukan rumah pada selang waktu tertentu (perjam atau perhari). 2.5.2. klasifikasi Pergerakan 2.5.2.1. Berdasarkan tujuan pergerakan Dalam kasus pergerakan berbasis rumah ada lima kategori tujuan pergerakan yang sering digunakan (Tamin, 2008), yaitu: Pergerakan ke tempat kerja Pergerakan dengan tujuan pendidikan Pergerakan ke tempat belanja Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi Lain-lain Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan setiap orang setiap hari, sedangkan pergerakan tujuan lain sifatnya pilihan dan tidak rutin dilakukan. 2.5.2.2. Berdasarkan waktu Pergerakan biasanya dikelompokkan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat berfluktuasi atau bervariasi sepanjang hari.

2.5.2.3. Berdasarkan jenis orang Hal ini merupakan salah satu jenis pengelompokan yang penting karena perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio ekonomi. Atribut yang dimaksud adalah: Tingkat pendapatan: biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia, tinggi, menengah, rendah. Tingkat kepemilikan kendaraan biasanya terdapat empat tingkat 0,1,2, atau lebih 2 per rumah tangga. Ukuran dan struktur rumah tangga. 2.5.3. Model Bangkitan Pergerakan 2.5.3.1. Konsep Metode Analisa Regresi Metode analisa regresi digunakan untk menghasilkan hubungann antara dua variabel atau lebih dalam bentuk numerik, dan untuk melihat bagaimana dua atau lebih peubah saling berkait, dimana telah diketahui variabel mana yang variasinya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan variabel mana yang mempengaruhinya. Persamaan regresi ini merupakan persamaan garis yang paling mewakili hubungan antara dua variabel tersebut. a. Analisa Regresi Linear Sederhana Variabel analisis regresi dibedakan menjadi dua jenis variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y). hubungan linear dari 2 jenis variabel tersebut dituliskan dalam persamaan. Y = a + bx

b. Analisa Regresi Linear Berganda Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, metode analisa regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yang paling sering digunakan baik dengan data zona (agregat) dan data rumah tangga atau individu (tidak agregat). Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk meghasilkan hubungan dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling berkait. Ada beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan dalam menggunakan metode analisis regresi linear berganda, sebagai berikut: 1. Variabel terikat (Y) merupakan fungsi linear dari variabel bebas (X). 2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur tanpa galat. 3. Tidak ada korelasi antara variabel bebas. 4. Variansi dari variabel terikat terhadap garis regresi adalah sama untuk nilai semua variabel terikat. 5. Nilai variabel terikat harus tersebar normal atau minimal mendekati normal. Sebagian besar studi tentang bangkitan pergerakan (Trip Generation) yang berbasis rumah tangga menunjukkan bahwa variabel-variabel penting yang berkaitan dengan produksi perjalanan seperti perjalanan ketempat kerja, sekolah dan perdagangan (Tamin, 1997), yaitu: 1. Pendapatan 2. Kepemilikan kendaraan 3. Struktur rumah tangga 4. Ukuran rumah tangga 5. Nilai lahan 6. Kepadatan daerah pemukiman 7. Aksesibilitas

Secara khusus penelitian ini mengkaji faktor-faktor tersebut, termasuk menentukan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada objek penelitian. Model regresi linear berganda (Miro, 2005): Y = a + b x + b x + + b x + e Dimana: Y = variabel terikat yang akan diramalkan (dependent variable) atau dalam studi transportasi berupa jumlah perjalanan (lalu lintas) manusia, kendaraan, dan barang dari titik asal ke titik tujuan yang akan diperkirakan. x 1,. x n = variabel-variabel bebas (independent variable) berupa seluruh atau faktor yang dimasukkan ke dalam model dan yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya jumlah perjalanan (lalu lintas) seperti, jumlah penduduk, tingkat kepemilikan kendaraan, pendapatan pekerja, luas toko/pabrik dan lain-lain atau disebut juga dengan explanatory variable. a = parameter konstanta (constant parameter) yang artinya, kalau seluruh variabel bebas (x s/d x ) tidak menunjukkan perubahan atau tetap atau sama dengan nol, maka Y atau jumlah perjalanan diperkirakan akan sama dengan a. b 1, b 2, b n = parameter koefisien (coefficient parameter) berupa nilai yang akan dipergunakan untuk meramalkan Y disebut juga sebagai koefisien kemiringan garis regresi atau elastisitas. e = nilai kesalahan, untuk regresi berganda ini merupakan faktor di luar jangkauan akal manusia yang tidak bias teramati kejadiannya yang disebut sebagai faktor x (disturbance terms)

2.5.3.2. Analisis Model Perhitungan Bangkitan Pergerakan Ada beberapa tahapan dalam pemodelan dengan metode analisis regresi linear berganda (Algifari, 2000 dalam Daniel, 2011), adalah sebagai berikut: a. Analisa bivariat: yaitu analisis uji korelasi untuk melihat hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili. b. Analisis Multivariat: yaitu analisa untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Tata cara pembuatan suatu model analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) adalah dengan cara sebagai berikut: 1. Membuat Matriks Korelasi Koefisien korelasi dapat bernilai positif atau negatif. Nilai positif menunjukkan hubungan yang positif, yaitu kemiringan garis regresi adalah positif, sementara bernilai negatif menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu kemiringan garis regresi yang negatif. 2. Nilai R 2, yaitu Analisis setiap kombinasi variabel tidak bebas terhadap variabel bebas. 3. Hubungan yang kuat untuk bagi setiap variabel (nilai korelasi) 4. Uji-t 5. Uji-F 6. Uji Validasi 7. Uji linearitas

Beberapa kaidah statistic harus kita penuhi jika kita memakai metode analisis regresi linier ini (sederhana dan berganda) untuk penelitian dan peramalan berupa produser pengujian keabsahan hasil peramalan (Miro, 2005). Prosedur dimaksud di antaranya adalah: 1. Uji hubungan linier antara variabel terikat Y yang diramalkan dengan variabel bebas x: Pengujian statistik ini dilakukan untuk mengetahui hubungan linier antara 2 variabel yang kita asumsikan memiliki keterkaitan atau keterhubungan yang kuat, apakah kuat atau tidak. Kalau hubungan variabel terikat Y dengan variabel bebas x ternyata tidak memiliki keterkaitan yang kuat (lemah), maka data-data pengukuran seluruh variabel yang dimasukkan ke dalam model harus ditransformasikan terlebih dahulu (dilogaritmakan). Adapun alat uji yang digunakan untuk hal ini adalah Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi. Koefisien korelasi sederhana (r) merupakan angka yang mengukur kekuatan hubungan antara 2 (dua) variabel (terikat dan bebas). Besarannya dapat dicari melalui paket program SPSS atau microstat dan secara manual. Secara manual, r dapat dicari melalui perumusan berikut (Dikutip Miro, 2005 dari Enns, 1985); r x 2 ( xy x) 2 / n ( x. y) / n y 2 ( y) 2 / n Dimana: r x dan y n Σ = koefisisen korelasi sederhana = variabel = jumlah pengamatan = simbol penjumlahan Koefisien determinasi sederhana (r 2 ) merupakan merupakan nilai yang dipergunakan untuk mengukur besar kecilnya sumbangan/kontribusi perubahan variabel bebas terhadap

perubahan variabel terikat yang tengah kita amati (Dikutip Miro, 2005 dari Supranto, 1983), yang secara manual dapat ditentukan cukup dengan cara mengkuadratkan nilai r yang sudah kita dapatkan dari formulasi diatas. Nilai r akan berkisar antara -1 sampai dengan +1 (-1 < r < +1), tergantung kekuatan hubungan linier kedua variabel. 2. Uji t (t test) Uji t dilakukan untuk melihat apakah parameter (b1, b2,..., bn) yang melekat pada variabel bebas cukup berarti (signifikan) terhadap suatu konstanta (a) nol atau sebaliknya. Kalau signifikan, maka variabel bebas yang tekait dengan parameter harus ada dalam model. Adapun rumus untuk mendapatkan t adalah: ( bk Bo) t, k 1,2,3,..., n Se( bk) Dimana: t bk Bo Se (bk) Bo = angka yang akan dicari = koefisien regresi variabel bebas yang ke-k = hipotesisi nol = simpangan baku koefisien regresi (parameter) b yang ke-k (var bk) = jumlah variabel/koefisien regresi 3. Uji F (F test) Uji F dilakukan untuk melihat apakah seluruh koefisien regresi dan variabel bebas yang ada dalam model regresi linier berganda berbeda dari nol atau nilai konstanta tertentu. Secara statistik, nilai uji F ini dapat dihitung melalui: F SSR/( K 1) SSE/( n k) ( Y i Y) ( Y Y) / / ( K 1) ( N K)

Dimana: F = angka yang akan dicari SSR(Σ(Yi-Ӯ) = jumlah kuadrat dari regresi SSE(Σ(Yi-Ŷ) = jumlah kuadrat dari kesalahan (error) n k = jumlah pengamatan = jumlah parameter (koefisien regresi) Jika F-hitung > F-tabel, maka hipotesisi yang menyatakan seluruh koefisien regresi dan variabel bebas berbeda dengan nool dapat diterima. 2.5.3.3. Konsep Metode Analisa Kategori Metode analisa kategori dikembangkan pertama sekali pada The Puget Sound Transportation Study pada tahun 1964. Metode analisa kategori ini didasarkan pada adanya keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan atribut rumah tangga. Asumsi dasarnya adalah tingkat bangkitan pergerakan dapat dikatakan stabil dalam waktu untuk setiap stratifikasi rumah tangga tertentu (Tamin, 1997). Analisa kategori merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasikan hubungan antar berbagai variabel yang berpengaruh terhadap aspek penentuan tujuan (destination). Konsep dasarnya sederhana, dan variabel yang umum digunakan dalam analisis kategori adalah: 1. Ukuran rumah tangga (jumlah orang) 2. Kepemilikan kendaraan 3. Pendapatan rumah tangga

Kategori pada umumnya ditetapkan menjadi tiga dan kemudian rata-rata tingkat bangkitan pergerakan (dari data empiris) dibebankan untuk setiap kategori. Kategori ini kemudian digunakan untuk menentukan sifat ketergantungan antar variabel. Persamaan analisis kategori yang digunakan untuk bangkitan pergerakan dengan tujuan p yang dilakukan oleh orang berjenis n di zona I (Tamin, 1997). Metode ini dikhususkan hanya pada basis perjalanan rumah (home based trip) dengan pendekatan disagregat (per individu), karena faktor pendorong timbulnya perjalanan adalah karakteristik-karakteristik rumah tangga yang berkaitan dengan individu si pelaku perjalanan. (Miro, 2005). Sebagai pendekatan analisis, metode ini harus melalui 4 tahapan sebagai berikut (Dikutip Miro, 2005): Tahap Pertama: Menetapkan beberapa variabel utama di mana variabel-variabel ini merupakan penggambaran karakteristik-karakteristik individu rumah tangga yang ada di zona pemukiman yang kita teliti. Variabel-variabel berikut diasumsikaan dapat dan telah terbukti menimbulkan serta mempengaruhi produksi (bangkitan) perjalanan dari zona pemukiman penduduk: - Variabel ukuran rumah tangga, merupakan jumlah orang yang mendiami rumah tangga seperti 1, 2, 3, 4 orang dst. - Variabel jumlah kendaraan yang dimilki oleh rumah tangga, merupakan jumlah kendaraan (biasanya roda 4) yang dipunyai oleh suatu rumah tangga misalnya 0, 1, 2 kendaraan, dst. - Variabel tingkat pendapatan rumah tangga per satuan waktu/bulan, merupakan penghasilan yang diterima oleh kepala rumah tangga dari hasil pekerjaannya misalnya Rp. 500.000,- per bulan, dst.

- Variabel jumlah pekerja yang ada di dalam suatu rumah tangga, merupakan jumlah orang yang sudah bekerjaa di rumah tangga itu. Misalnya 1 orang yang bekerja, 2 orang yang bekerja, dst. Tahap Kedua: Mengalokasikan setiap rumah tangga yang telah kita survei secara sampel melalui wawancara rumah tangga/daftar kuisoner kedalam setiap kelas sedemikian rupa sehingga setiap kelas memuat beberapa rumah tangga yang betul-betul sama tingkat karakteristiknya. Tahap Ketiga: Menentukan rata-rata tingkat perjalanan per rumah tangga pada masing-masing kelas yang sudah kita tetapkan di tahap kedua dengan cara membagi jumlah perjalanan pada kelas yang bersangkutan dengan jumlah rumah tangga yang terdapat pada kelas tersebut. Tahap Keempat: Menetukan jumlah perjalanan masing-masing kelas dengan cara mengalikan jumlah perjalanan rata-rata per rumah tangga pada kelas yang bersangkutan dengan jumlah rumah tangga hasil perkiraan dan mentotalkannya untuk seluruh kelas/kategori, sehingga didapatkan hasil perkiraan jumlah perjalanan yang diproduksi oleh zona pemukiman yang teliti itu per hari pada tahun rencana. Persamaan: Qpi n kategori i1 Tci. Hc( i) Dimana:

Q pi = perkiraan jumlah perjalanan yang diproduksi oleh zona pemukiman i yang tengah kita teliti per hari pada tahun rencana. T ci = rata-rata tingkat perjalanan per rumah tangga yang ada dalam kelas/kategori ci. Hc (i) = perkiraan jumlah rumah tangga yang ada dalam kelas/katgori ci yang berlokasi di zona pemukiman i yang tengah kita teliti pada tahun rencana.