11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pemerataan, pertumbuhan antar desa dan peningkatan pelayanan dasar serta peningkatan pemberdayaan masyarakat desa perlu adanya alokasi dana desa ; b. bahwa sehubungan dengan maksud konsideran menimbang huruf a tersebut di atas, maka untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di desa serta untuk memberikan kepastian hukum dipandang perlu menetapkan Alokasi Dana Desa dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Diundangkan pada Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ; 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) ; 4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ; 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286) ; 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355) ; 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000, Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3989) ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138) ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 15. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Peraturan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan dan/atau sebutan lain ; 16. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ;
17. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggung jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN dan BUPATI LAMONGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TENTANG ALOKASI DANA DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah Kabupaten Lamongan ; 2. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan; 4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 5. Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain yang selanjutnya disingkat BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain di Kabupaten Lamongan ;
6. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat LPM adalah kelompok pelaksana pembangunan di tingkat desa yang bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan pembangunan di desa ; 7. Perimbangan Keuangan antara Kabupaten dan Desa yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa adalah prosentase dana dari APBD yang dialokasikan berdasarkan besar dana minimum ditambahkan dengan besar alokasi dana Proporsional ; 8. Alokasi Dana Minimum adalah dana yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa dengan besaran yang sama setiap desa ; 9. Alokasi Dana Proporsional adalah dana yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa ; 10. Nilai Bobot Desa adalah nilai desa yang ditentukan berdasarkan beberapa variabel independen ; 11. Pembangunan Desa adalah Pembangunan bidang fisik, ekonomi dan sosial budaya dengan jangkauan dan manfaat yang diutamakan kebutuhan masyarakat desa setempat. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Pasal 3 Alokasi Dana Desa bertujuan untuk : a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya ; b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa ; c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat desa ; d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat. BAB III PENETAPAN DAN PERHITUNGAN
Pasal 4 Besarnya Alokasi Dana Desa ditetapkan dengan rincian sebagai berikut : a. bagi hasil pajak dan bukan pajak pusat diperhitungkan sebesar 10 % (sepuluh prosen) ; b. bagi hasil pajak Propinsi diperhitungkan sebesar 10 % (sepuluh prosen); c. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah diperhitungkan sebesar 12,5 %(dua belas koma lima prosen) ; d. bantuan Dana Alokasi Umum (DAU) diperhitungkan sebesar 8 % (delapan prosen) ; e. hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan diperhitungkan sebesar 10 % (sepuluh prosen) ; f. lain-lain pendapatan yang sah diperhitungkan sebesar 10 % (sepuluh prosen). Pasal 5 (1) Perhitungan Alokasi Dana Desa untuk masing-masing Desa dilakukan dengan menggunakan Asas Keadilan dan Pemerataan ; (2) Besarnya prosentase perbandingan antara Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM) dengan Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) adalah 70 % (tujuh puluh prosen) berbanding 30 % (tiga puluh prosen) jumlah Alokasi Dana Desa (ADD). (3) Besarnya Alokasi Dana Desa yang diterima oleh masingmasing desa dihitung dengan menggunakan rumus : ADDx = ADDM + ADDPx Pasal 6 Penetapan Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) untuk masingmasing desa dihitung berdasarkan Nilai Bobot Desa yang ditentukan berdasarkan variable Independen.
BAB IV PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN Pasal 7 (1) ADD digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan desa serta untuk mendukung operasional kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa ; (2) Penggunaan dana untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Pemberdayaan bidang lembaga kemasyarakatan ; b. Pemberdayaan bidang pengembangan ekonomi rakyat/ BUMDES ; c. Pemberdayaan bidang Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa ; d. Pemberdayaan pembangunan fisik desa ; e. Pemberdayaan perempuan dan anak ; f. Sarana dan prasarana dasar ; g. Program penanggulangan kemiskinan ; h. Program Bantuan Dusun. (3) Dana operasional Lembaga pemerintahan desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa digunakan untuk : a. Operasional Pemerintah Desa ; b. Operasional BPD ; c. Operasional LPM ; d. Operasional PKK ; e. Operasional Posyandu ; f. Operasional Organisasi Pemuda/Karang Taruna. (4) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud ayat (1) minimal 60 % (enam puluh prosen) untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan serta maksimal 40 % (empat puluh prosen) untuk operasional penyelenggaraan pemerintahan desa ; (5) Alokasi Dana Desa tidak diperbolehkan untuk kegiatan politik, melawan hukum dan peruntukan yang tidak tepat sasaran. Pasal 8 (1) Pengelolaan ADD dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan kedalam Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ;
(2) Pengelolaan Keuangan ADD merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa beserta lampirannya ; (3) Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD harus direncanakan ; (4) ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip efisien dan efektif, terarah, terkendali, transparan serta dapat dipertanggungjawabkan ; (5) Kepala Daerah melakukan pembinaan pengelolaan keuangan desa ; (6) ADD merupakan salah satu sumber pendapatan desa. Pasal 9 (1) Penyediaan dana untuk ADD dianggarkan dalam APBD setiap tahun yang diperhitungkan berdasarkan APBD Tahun Anggaran sebelumnya ; (2) Pencairan dana ADD dapat dilakukan apabila sudah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa ; (3) Mekanisme dan tahapan penyaluran dana ADD diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 10 Pemerintah Desa berhak untuk menggunakan dana ADD untuk menyelenggarakan Otonomi Desa dan penyelenggaraan Pemerintahan desa agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat serta potensi desa. Pasal 11 Pemerintahan Desa berkewajiban untuk : a. Mengalokasikan dana ADD ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ; b. Membicarakan semua kegiatan yang dibiayai dari dana ADD kepada semua komponen masyarakat melalui Forum Musrenbangdes dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku ; c. Melaksanakan tertib adminitrasi keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
d. Mempertanggungjawabkan penyusunan dan penggunaan keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; e. Melaporkan perkembangan baik fisik maupun realisasi keuangan kepada Kepala Daerah melalui Camat setempat serta mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan kepada publik ; f. Ikut dan mendukung peningkatan pendapatan daerah baik pajak daerah, retribusi daerah dan PBB. BAB VI PENGAWASAN Pasal 12 (1) Kegiatan yang didanai oleh ADD dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di desa ; (2) Kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif ; (3) Pengawasan terhadap ADD beserta kegiatan pelaksanaannya dilakukan secara fungsional oleh Pejabat yang berwenang dan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; (4) Jika terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan ADD maka penyelesaiaannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII S A N K S I Pasal 13 (1) Bagi desa yang penggunaan ADDnya tidak sesuai dengan ketentuan dikenakan sanksi ; (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengurangan jumlah dana operasional ADD antara 20 % (dua puluh prosen) sampai dengan 50 % (lima puluh prosen) bagi desa pada tahun anggaran berikutnya ; (3) Pengurangan jumlah ADD sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan setelah ada hasil pemeriksaan.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 15 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pemberian Bagian, Sumbangan dan Bantuan dari penerimaan Pendapatan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan kepada Pemerintah Desa dan Pemerintah Kelurahan serta segala ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan ; Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan. Ditetapkan di : Lamongan Pada tanggal : 11 Januari 2006 BUPATI LAMONGAN Ttd, M A S F U K
P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA I. UMUM Bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan Desa menuju pada kemandirian Desa, maka dibutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat guna mewujudkan cita-cita pembangunan daerah serta meningkatkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan serta pelayanan masyarakat di desa. Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan Pembangunan sebagaimana tersebut di atas, perlu dialokasikan dana bantuan kepada desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun berlaku dengan menetapkan dalam Peraturan Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Pasal ini dimaksudkan sebagai penegasan terhadap beberapa istilah yang dipergunakan dalam peraturan daerah dengan maksud untuk menyamakan pengertian. Pasal 2 s/d Pasal 4 : Cukup jelas. Pasal 5 ayat (1) : Yang dimaksud dengan asas pemerataan adalah besarnya bagian ADD yang sama untuk setiap desa, sedangkan yang dimaksud dengan keadilan adalah besarnya bagian ADD yang dibagi secara proporsional untuk setiap desa berdasarkan Nilai bobot yang dihitung dengan menggunakan rumus variable tertentu (misalnya : kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan dasar dan kesehatan). Pasal 5 ayat (2) : Cukup jelas. Pasal 5 ayat (3) : Yang dimaksud dengan : - ADDx adalah Alokasi Dana Desa untuk desa x ; - ADDM adalah Alokasi Dana Desa Minimal yang diterima desa ;
- DDPx adalah Alokasi Dana Proporsional untuk desa x Pasal 6 : Yang dimaksud dengan variabel independent adalah indikator yang mempengaruhi besarnya nilai bobot setiap desa (BDx) yang dapat membedakan beban yang ditanggung antara satu desa dengan desa lainnya Pasal 7 ayat (2) huruf g : Bantuan Dusun tersebut dibagi secara merata. Pasal 8 s/d Pasal 10 : Cukup jelas. Pasal 11 huruf e : Pertanggungjawaban kepada publik dimaksud minimal kepada BPD setempat. Pasal 12 : Cukup jelas. Pasal 13 ayat (1) : Ketentuan dimaksud pada ayat ini adalah ketentuan Pasal 7 dan Pasal 11. Pasal 14 s/d Pasal 16 : Cukup jelas.