PENINGKATAN AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA DARYANTO Inspektur Jenderal Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Disampaikan dalam Kegiatan RAPAT KOORDINASI PROGRAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TAHUN 2017 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) JAWA TIMUR Surabaya, 22 Desember 2016 1
Tugas dan Fungsi Inspektorat Jenderal Melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kemendikbud; 2. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya termasuk pendampingan penyusunan manajemen risiko, audit berbasis risiko; 3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Mendikbud; 4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kemendikbud; dan 5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemendikbud 2
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemendikbud 1. Pelaksanaan kebijakan strategis melalui: pengawasan dan pemeriksaan, peringatan dini, jaminan kualitas tata kelola, masukan dan koreksi atas kegiatan yang berpotensi menyimpang, pencegahan, pendampingan penyusunan manajemen risiko, audit berbasis risiko, audit investigasi, dst 2. Perwujudan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK); 3. Pelaksanaan Pendidikan Anti Korupsi; 4. Pelaksanaan tata kelola Kemendikbud yang baik (good governance); 5. Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan internal dan eksternal; 6. Peningkatan kompetensi dan integritas SDM Inspektorat Jenderal dan pemberdayaan Satuan Pengawasan Intern di Satuan Kerja. 3
Kegiatan Strategis 2016-2019 1. Satuan Kerja dan Satuan Pendidikan menjadi wilayah bebas dari korupsi (WBK); 2. Fasilitasi nilai integritas dan pembentukan Tunas Integritas; 3. Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG); 4. Komite Integritas Kemendikbud; 5. Reformasi Birokrasi Internal; 6. Sertifikasi Auditor berstandar profesional; 7. Kualitas Laporan Keuangan terus meningkat (WTP); 8. Penyelesaian tindak lanjut (Hasil pengawasan intern dan ekstern). 4
Mengawal Efektivitas Implementasi Kebijakan Kemendikbud 1. Pengelolaan APBN Kemendikbud; 2. Bantuan Pemerintah; 3. Dana Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus; 4. Tunjangan Profesi Guru; 5. Pengadaan Barang / Jasa; 6. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); 7. Pengelolaan/Penertiban Barang Milik Negara; 8. Implementasi Kurikulum dan Ujian Nasional; 9. Pembangunan Kebudayaan; 10. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa; 11. Program Indonesia Pintar; 12. Revitalisasi Pendidikan Vokasi; 13. Penguatan Pendidikan Karakter. 5
Wilayah Rawan Penyimpangan Pada umumnya sektor-sektor rawan yang sering menimbulkan penyimpangan dan merugikan negara, antara lain : 1. Pengadaan barang/peralatan 2. Pembangunan Gedung 3. Pengadaan Buku 4. Penyaluran Bantuan Pemerintah 5. Perbaikan / Rehab Sarpras 6. Penggelembungan Harga (mark up) 7. Penetapan pemenang lelang 8. Pembayaran fiktif 9. Pemalsuan dokumen 10. Manipulasi penggunaan barang/dana 11. Pengadaan/pembebasan tanah; 12. Realisasi pekerjaan tidak sesuai kontrak 13. Penggelapan uang; 14. Manipulasi gaji pegawai; 15. Pungutan tidak sah; 16. Penerimaan suap/gratifikasi; 17. Penyalahgunaan biaya perjadin; 18. Penerimaan pegawai. 6
Contoh Risiko Kartu Indonesia Pintar (KIP) Penerima tidak sesuai kriteria; Jumlah yang diterima tidak sesuai; Bantuan tidak tepat waktu; Pemanfaatan tidak terkontrol; Tidak efektifnya sosialisasi; Target jumlah penerima tidak tercapai; Adanya intervensi terhadap penentuan kuota/penerima bantuan. Bantuan Pemerintah Tidak ada/tidak sesuai proposal; Juknis belum sepenuhnya dipahami /ditaati dan terlambat; Penentuan sekolah belum sesuai dengan kriteria; Indikasi pembiayaan ganda APBN dan APBD; Intervensi terhadap penentuan pelaksana pekerjaan; Pungutan liar; Suap/Gratifikasi. 7
Why do people commit fraud?
Bagaimana mencegah FRAUD? INTEGRITAS SPIP 3 LINES OF DEFENSE MANAJEMEN RISIKO
Integritas Kesatuan/keselarasan: Pikiran Kata Perbuatan hati nurani
PP No. 60 Tahun 2008 tentang SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 1) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern (SPI) yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2) 11
Ps. 4 Ps. 13 Ps. 18 Ps. 41 Ps. 43 12
Risk governance: three lines of defence model Source: Draft Prudential Practice Guide CPG 220 Risk Management, APRA, January 2014, p19.
ENTERPRISE RISK MANAGEMENT FRAMEWORK (2004)
FOKUS PENGAWASAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN 5 TEPAT KUALITAS KUANTITAS HARGA SASARAN WAKTU PENGAWASAN YANG EFEKTIF, EFISIEN, TRANSPARAN, DAN TAAT HUKUM 15
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENGELOLA BANTUAN PEMERINTAH PROGRAM INDONESIA PINTAR REVITALISASI PENDIDIKAN VOKASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER AGAR TIDAK TERJERAT KASUS HUKUM: 1. Tidak melakukan mark up; 2. Tidak Fiktif; 3. Tidak menerima uang/suap (gratifikasi). DIJAMIN AMAN (Bisa Tidur Nyenyak) 16
maraluspanggabean @yahoo.com 082111197101