BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya dapat ditimbulkan dari aktivitas kegiatan di tempat kerja setiap saat dapat membahayakan pekerja. Pada suatu proses kerja (Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE 01penggilingan padi (Rice Mill) yang potensi bahaya debu sekamnya cukup tinggi terutama di bagian penggilingan. Debu penggilingan padi adalah termasuk debu organik atau debu biji-bijian yaitu debu yang mengganggu kenyamanan kerja dan apabila terpapar terus-menerus menimbulkan penumpukan di saluran paru yang tentu saja mengganggu saluran napas. Faktor lingkungan kerja diartikan sebagai potensi sumber bahaya yang kemungkinan terjadi di lingkungan kerja akibat adanya suatu proses kerja (Surat Edaran Mentei Tenaga Kerja Nomor : SE-01/Men/1997). Kondisi kualitas udara lingkungan kerja dapat ikut berperan dalam hal kesehatan kerja. Pada penggilingan padi, paparan debu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja yaitu gangguan fungsi paru dan kecacatan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mukono (2000) bahwa tempat penyerapan utama bagi toksikan adalah saluran pernapasan, paru ataupun iritasi mata dimana pada absorbsi toksikan di paru biasanya berupa gas dan partikel. 1
Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, terutama di negara berkembang. Perkembangan ekonomi, kepadatan penduduk, urbanisasi, penggunaan energi, dan transportasi menjadi penyebab utama terjadinya polusi udara di negara berkembang, terutama di kota-kota besar. Adapun zat yang biasa digunakan sebagai indikator terjadinya polusi udara disuatu tempat adalah SO 2, partikel debu (Particulate Matter), NO 2 dan O 3 (Chen dan Haidong, 2008). Konsentrasi PM 2,5 di udara dapat mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia. PM 2,5 yang terhirup akan masuk ke dalam alveoli sehingga menimbulkan reaksi radang yang mengakibatkan daya kembang paru menjadi terbatas (Fordiastiko, et. al., 2002). Salah satu dampak negatif yang timbul akibat pajanan PM 2,5 adalah penurunan fungsi paru pada manusia (Lagorio, et. al., 2005). Penurunan fungsi paru merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan infeksi saluran pernapasan kronik (Gotschi, et. al., 2005). Hasil penelitian yang dilakukan di Roma menyatakan bahwa terdapat korelasi antara peningkatan konsentrasi PM 2,5 dengan gangguan fungsi paru. Penelitian ini juga menemukan bahwa PM 2,5 merupakan partikel yang mengandung 8 jenis logam, yaitu Fe, Zn, Pb, Pt, Cd, V, Cr, dan Ni (Lagorio, et. al., 2005). Selain itu, penelitian yang dilakukan pada industri pengelolaan kayu menyatakan bahwa gangguan fungsi paru dapat terjadi setelah terpapar selama 5-6 tahun (Bonn, et. al., 2002). Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa gangguan kesehatan akibat pajanan melalui udara sering dilaporkan pada daerah-daerah yang berdekatan dengan kawasan industri. Hasil penelitian yang dilakukukan di kawasan
industri menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM 2,5 dengan gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga (Novianti, 2008). Hasil penelitian lain yang dilakukan di pabrik semen menyatakan bahwa responden mengalami gangguan fungsi paru sebesar 64,4%, sedangkan 31,6% responden mempunyai fungsi paru yang normal (Mengkidi, 2006). Kerusakan pada paru-paru, terutama bagian alveoli terlihat jelas pada penelitian dengan menggunakan hewan uji. Pajanan PM2,5 dengan dosis yang berbeda menghasilkan dampak yang berbeda pada paru-paru tikus. Semakin tinggi dosis PM 2,5 yang dipaparkan pada tikus maka semakin tinggi pula penurunan jumlah makrofag pada paru-paru tikus tersebut (Wegesser, et. al., 2009). Berbagai faktor berpengaruh terhadap timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran nafas akibat debu. Faktor itu antara lain : adalah faktor debu yang memiliki ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi dan lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran pernapasan. Penyakit paru akibat debu industri mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit paru lain yang tidak disebabkan oleh debu di tempat kerja. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan amnanesa yang teliti meliputi riwayat pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerja karena penyakit biasanya baru tumbuh setelah pajanan yang cukup lama (Yunus, 1997).
Salah satu sumber debu adalah dari prosess penggilingan padi dari awal sampai akhir dimulai dari pembersihan, pemecahan kulit, penyosohan dan pemutihan, penggosokan, serta pengayaan. Pada proses penggilingan banyak dihasilkan debu dari padi maupun kotoran yang terbawa pada proses sebelumnya. Paparan dari sejumlah debu organik secara nyata dapat menimbulkan gangguan saluran pernapasan dan gangguan fungsi paru. Namun demikian pada paparan terus menerus akan bersifat menetap yang semakin membawa pekerja ke tingkat kelemahan (Yunus, 1997). Industri penggilingan Padi Sinteren yang berada di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, milik Bapak M. Ginting ini merupakan salah satu industri penggilingan padi terbesar di Desa Tanjung Selamat. Penggilangan padi tersebut terdiri dari 2 tempat penggilingan. Satu tempat penggilingan padi terdiri dari 1 ruang untuk penggilingan padi dan terdapat halaman yang luas untuk penjemuran padi, sedangkan untuk gudang penyimpanan beras menjadi satu. Pada ruang penggilingan padi dan penjemuran menghasilkan debu dari bijih padi yang dapat mengancam kesehatan tenaga kerja. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 30 tenaga kerja industi penggilingan padi di Desa Tanjung Selamat ada keluhan berupa sesak napas sakit dada batuk dan tenggorokan sakit. Pekerja yang mengalami keluhan tersebut sebagian besar bekerja pada penggilingan dan penjemuran. Para Tenaga kerja yang bekerja 8 jam/hari (08.00-17.00 WIB) dan istirahat pada pukul 10.00-10.10.15 dan 13.00-13.15 WIB tersebut mayoritas menghirup debu dari biji padi hasil penggilingan dan penjemuran selain itu juga menghirup debu yang berasal dari lingkungan. Pada
kenyataannya sebagian besar pekerja masih belum menyadari pentingnya penggunaan masker. 1.2. Perumusan Masalah Debu penggilingan padi merupakan salah satu masalah pencemaran udara yang sangat penting untuk diperhatikan, para pekerja sering mengalami keluhan berupa sesak napas sakit dada batuk dan tenggorokan sakit, sebagian besar yang bekerja di bagian penggilingan dan penjemuran oleh karena pekerja yang terpapar oleh konsentrasi partikel debu PM 2,5 di udara pada ruang kerjanya yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dapat mengakibatkan penyakit atau gangguan pada saluran napas. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian apakah Pengaruh Konsentrasi PM 2,5 dan Karakteristik Pekerja terhadap Fungsi Paru pada Pekerja di Industri Penggilingan Padi. 1.3.Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan konsentrasi PM 2,5 dan karakteristik pekerja terhadap fungsi paru pada pekerja di industry penggilingan padi. 1.4.Hipotesis 1 Ada hubungan konsentrasi PM 2,5 terhadap fungsi paru pada pekerja di industry penggilingan padi
2 Ada hubungan karakteristik (faktor internal dan eksternal) terhadap fungsi paru pada pekerja di industry penggilingan padi 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Pekerja Kilang Padi 1. Sebagai sumber informasi baru bagi pekerja mengenai penurunan fungsi paru akibat adanya pengaruh karakteristik konsentrasi PM 2,5 di udara dalam ruang sehingga pekerja kilang padi dapat mempersiapkan langkahlangkah pencegahan sederhana. 2. Diharapkan tenaga kerja menyadari pentingnya penggunaan masker untuk menguragi resiko terpapar debu. 3. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha untuk lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan tenaga kerjanya agar tidak terganggu produktivitasnya. 4. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan untuk lebih memperhatikan kesehatan pekerja di sektor informal. 1.5.2. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan bagi peneliti khususnya mengenai pengaruh karakteristik konsentrasi PM 2,5 terhadap fungsi paru pada pekerja kilang padi di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang tahun 2014, sehingga dapat memperbaharui teori yang telah lahir sebelumnya dan memperkaya dunia ilmu pengetahuan.