Widya Oktalisa 1, Nurmaini 2, Evi Naria 2. Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

SUMMARY STUDI PERILAKU MASYARAKAT TENTANG KLINIK SANITASI (SUATU PENELITIAN DI PUSKESMAS LIMBA B KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO)

SKRIPSI. Oleh : WIDYA OKTALISA NIM

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

: RIO BATARADA HASIBUAN NIM.

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2015

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara, 20155, Medan, Indonesia

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013

SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PERTAMA (K1) COMPLIANCE WITH THE ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN PRENATAL CARE FIRST VISIT

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMANFAATAN KLINIK SANITASI PADA IBU BAYI DAN BALITA PENDERITA DIARE AKUT

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang agar

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. kesehatan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

Al-Sihah : Public Health Science Journal. M. Fais Satrianegara 1, Abd. Majid HR. Lagu 2, Nur Iftitah 3 ABSTRAK

CUT ZULIATI MULI /IKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA TAHUN TENTANG MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGUMPAR KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2010 SKRIPSI

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT. Keywords: Pulmonary TB, TB examination, family members

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

Transkripsi:

GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Widya Oktalisa 1, Nurmaini 2, Evi Naria 2 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan 2 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia widyaoktalisa@gmail.com Abstract Description of predisposing, enabling and reinforcing factor on society in the utilization of sanitation clinic in Kelurahan Medan Tuntungan Kota Medan in 2014. Sanitation Clinic is the public place for overcome the environmental health problem and disease based on environment with guidance, counseling, and technical help from public health centre workers. It is not as an independent service unit, but as an integral part of the health centre activities, cooperated by interprogram and intersectoral that is in the working area of public health centre. This research aim to know the description of predisposing, enabling and reinforcing factor on society in utilization of sanitation clinic at Kelurahan Medan Tuntungan Kota Medan. The kind of this research is descriptive using of the cross sectional design. The population is the society of Kelurahan Baru Ladang Bambu which amounts to 858 patriarch. Starting at of taking sample according to systematic random sampling, obtained sample as much as 90 patriarch. Result of this research has been shown that predisposing have good knowledge of 52.2 percent, good attitude of 44.4 percent, good credibility of 86.7 percent. Enabling factor has been shown that if the presence of facilities and infrastructure of sanitation clinic were good of 13,3 percent, and the whole socialization of it was not good. Reinforcing factor has been shown that if the presence of sanitation clinic workers were good of 25.6 percent. Suggested in implementation of it, in order that increased the socialization by sanitation clinic workers and they should be active to society, and the instance beside of this program could do the monitoring for doing the revitalitation, and for the goverment could giving more budget for the sake of the continuity of facilities and infrastructure. Key words : Predisposing, Enabling and Reinforing Factor, Sanitation Clinic. Pendahuluan Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah sehingga mengakibatkan penyakit-penyakit berbasis lingkungan muncul, seperti: diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan merupakan pola penyakit utama di Indonesia (Depkes RI, 2001). 1

Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan ujung tombak yang paling depan di wilayah kerjanya. Oleh sebab itu diperkenalkan dan dikembangkan suatu alternatif pemecahan masalah kesehatan lingkungan yaitu klinik sanitasi, sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif (Depkes RI, 2001). Gambaran perilaku masyarakat yang kurang mendukung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas lingkungan, mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat maupun individu. Banyak faktor yang membuat masyarakat tidak mengunjungi klinik sanitasi. Pada survei pendahuluan, diperoleh informasi bahwa klinik sanitasi tidak dimanfaatkan tampak dari jumlah pengunjung yang nihil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2003), menunjukkan adanya hambatan mengenai pelaksanaan program klinik sanitasi di puskesmas kota Medan, di mana diperoleh hasil bahwa program klinik sanitasi yang kurang baik (program tidak berjalan) yaitu Puskesmas Medan Tuntungan. Menurut Notoatmodjo (2003), banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena alasan pokok, yaitu: pengetahuan, kepercayaan, sikap orang penting sebagai referensi, sumber-sumber daya (resources). Keseluruhannya menjadi faktor masyarakat untuk berperilaku dalam memanfaatkan klinik sanitasi. Beberapa alasan dipisahkan menjadi 3 faktor utama, yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, ekonomi, dan demografi); faktor pendukung (sarana/prasarana dan sosialisasi); serta faktor pendorong (petugas klinik sanitasi itu sendiri). Sanitasi merupakan salah satu tantangan utama bagi negara berkembang. Di seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum dan 2,5 miliar kekurangan sanitasi yang baik. Diare adalah penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah lima tahun dan morbiditas di dunia. (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri, 63 juta penduduk tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan (Kompas, 2013). Di provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan, tercatat kasus pneumonia pada balita berjumlah 22.908 kasus, DBD 1.101 kasus. Prevalensi TB Paru 5.266 kasus. Diare dengan estimasi 941.521 kasus (Dinkes Medan, 2012). Di Puskesmas Medan Tuntungan khususnya, tercatat TB Paru dengan prevalensi berjumlah 12 kasus, pneumonia dengan estimasi 260 kasus, diare 10.689 kasus, dan DBD 35 kasus (Dinkes Medan, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2014. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2014. Manfaat penelitian adalah sebagai bahan masukan dan kajian bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan kota 2

Medan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi dalam hal penanganan masalah penyakit berbasis lingkungan. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dalam hal sanitasi, khususnya program klinik sanitasi lingkungan secara mendalam. Bagi masyarakat untuk memberikan masukan aplikatif agar dapat mengoptimalkan secara maksimal fasilitas yang telah disediakan untuk meningkatkan kesehatannya melalui klinik sanitasi. Serta menjadikan tambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca tentang ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan lingkungan tepatnya mengenai program klinik sanitasi yang ada di puskesmas. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan data primer dalam bentuk kuesioner melalui wawancara, dilakukan pada kepala rumah tangga ataupun ibu rumah tangga sebagai perwakilan dari suatu keluarga/rumah tangga yang berada di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan, berjumlah 90 responden yang diperoleh dari penarikan sampel KK yang berjumlah 858 KK secara systematic random sampling. Data dianalisis secara deskriptif dengan analisis univariat, sehingga dapat diketahui gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi tersebut. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden Berdasarkan pada hasil analisa univariat dari wawancara terhadap responden diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan No. Umur Jumlah Persentase 1. 15 35 tahun 35 38,9 2. 36 55 tahun 43 47,8 3. > 55 12 13,3 Pada tabel 1, bahwa responden terbanyak sebesar 47,8% yaitu pada kelompok umur 35-55 tahun dan terendah sebesar 13,3% pada kelompok umur >55 tahun. Umur termasuk dalam faktor predisposisi yaitu demografi. Umur responden memberikan kontribusi besar dari hasil akhir usaha yang lebih maksimal mengenai perilaku kesehatan yang dilakukan, seperti dalam hal kesadaran untuk melakukan tindakan pencegahan sebagaimana yang ingin diwujudkan pada pelayanan klinik sanitasi ini. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1. Laki-laki 19 21,1 2. Perempuan 71 78,9 Pada tabel 2, responden terbanyak sebesar 78,9% yaitu perempuan dan laki-laki sebesar 21,1%. Jenis kelamin juga termasuk faktor predisposisi, yaitu demografi. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kebanyakan ibu-ibu yang menjadi responden. Jenis kelamin 3

mendasari suatu peluang besar bagi perempuan untuk mempunyai waktu yang cukup luang dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki, di mana lakilaki lebih banyak beraktifitas/bekerja di luar rumah. Sehingga seharusnya perempuan memiliki cukup waktu luang untuk datang ke klinik sanitasi. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan No. Tingkat Persentase Jumlah Pendidikan 1. Tidak sekolah/ 2 2,2 tidak tamat SD 2. SD 12 13,3 3. SMP 26 28,9 4. SMA 37 41,1 5. Akademi/PTN 13 14,4 Pada tabel 3, responden terbanyak sebesar 41,1% yaitu pada tingkat SMA dan terendah sebesar 2,2% pada tingkat tidak sekolah ataupun tidak tamat SD. Masyarakat yang mempunyai pendidikan menengah dan akademi/perguruan tinggi lebih memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan lingkungan. Hal ini sesuai dengan hasil studi Widyastuti dan Elisabeth dalam Opangge (2013), yang menyimpulkan bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Semakin rendah pendidikan, maka tingkat partisipasi masyarakat di bidang kesehatan semakin rendah juga. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase 1. Petani 5 5,6 2. Buruh 2 2,2 3. Wiraswasta 31 34,4 4. Pegawai Swasta 9 10,0 5. IRT 41 45,6 6. PNS/Polri/TNI 2 2,2 Pada tabel 4, responden terbanyak sebesar 45,6% yaitu sebagai ibu rumah tangga (IRT), dan terendah sebesar 2,2% yaitu sebagai PNS. Hal ini berbanding lurus dengan jenis kelamin responden terbanyak yaitu perempuan (78,9%) yang berperan sebagai IRT. Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan No. Jumlah Penghasilan (Rupiah) Jumlah Persentase (%) 1. < 500.000 16 17,8 2. 500.000-64 71,1 2.000.000 3. > 2.000.000 10 11,1 Pada tabel 5, sebesar 71,1% responden berpenghasilan sebesar Rp 500.000 Rp 2.000.000 dan terendahnya 11,1 % yaitu berpenghasilan sebesar >Rp 2.000.000. Penghasilan masyarakat yang terbanyak ini berasal dari pegawai swasta dan wiraswasta seperti dalam hal perdagangan. Keadaan ekonomi sangat berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat. Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh suatu yang lebih baik juga dalam kebutuhannya seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Sebaliknya, jika pendapatan rendah 4

maka akan terdapat hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jarak Rumah ke Puskesmas di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan No. Jarak (Km) Jumlah Persentase 1. < 1 19 21,1 2. 1-5 71 78,9 Pada tabel 6, sebesar 78,9% responden memiliki jarak rumah ke puskesmas sekitar 1-5 Km dan 21,1% responden memiliki jarak rumah ke puskesmas <1 Km. Menurut Pohan (2003), salah satu dimensi mutu pelayanan kesehatan antara lain yaitu keterjangkauan atau akses terhadap pelayanan kesehatan. Jarak puskesmas yang tidak terlalu jauh akan membuat masyarakat mudah dalam menjangkaunya. Hal ini dapat mendorong minat atau motivasi masyarakat untuk berkunjung ke klinik santasi. 2. Gambaran Faktor Predisposisi Pengetahuan responden meliputi, pengetahuan tentang klinik sanitasi disertai pengetahuan tentang sanitasi lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan; sikap responden terhadap klinik sanitasi; dan kepercayaan responden terhadap klinik sanitasi. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Medan Tuntungan Menurut Pengetahuan No. Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 43 47,8 2. Baik 47 52,2 Pada tabel 7, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang klinik sanitasi, sanitasi lingkungan, dan penyakit berbasis lingkungan yaitu sebesar 52,2% dan memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebesar 47,8%. Hasil tersebut di atas menyatakan bahwa pengetahuan responden sudah tergolong baik, berarti masyarakat sudah mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan seperti, upaya pencegahan DBD, cara pengolahan sampah yang baik, ciri-ciri fisik air bersih seperti apa. Namun dalam hal ini, pengetahuan masyarakat mengenai klinik sanitasi masih sangat rendah. Masyarakat mengetahui bahwa di puskesmas menyediakan pelayanan untuk melakukan pencegahan penyakit berbasis lingkungan dan upaya kesehatan lingkungan, namun masyarakat tidak mengetahui bahwa di puskesmas mereka dapat melakukan konsultasi dalam rangka membantu upaya pencegahan mereka melalui fasilitas klinik sanitasi. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Medan Tuntungan Menurut Sikap Terhadap Klinik Sanitasi No. Sikap Jumlah Persentase 1. Kurang baik 50 55,6 2. Baik 40 44,4 Pada tabel 8, diketahui bahwa responden yang memiliki sikap yang baik terhadap klinik sanitasi lebih rendah yaitu dengan persentase sebesar 44,4% dan sikap responden yang kurang baik terhadap klinik sanitasi lebih tinggi yaitu sebesar 55,6%. 5

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman sendiri ataupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003). Sikap yang kurang baik ini menggambarkan tindakan responden tentang pemanfaatan klinik sanitasi yang kurang dikarenakan tidak adanya kesinambungan yang dilakukan masyarakat antara pengetahuan dan sikap yang mereka miliki dengan tindakan yang mereka lakukan. Sebagian besar masyarakat tahu dan memahami tentang bahaya dari penyakit berbasis lingkungan yang sering dialami akan tetapi penyesuaian dengan adanya tindakan langsung terhadap upaya menanggulangi kejadian penyakit tersebut masyarakat tidak efektif dalam pelaksanaannya. Seperti mereka enggan berkunjung untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Medan Tuntungan Menurut Kepercayaan Terhadap Klinik Sanitasi No. Kepercayaan Jumlah Persentase 1. Kurang baik 12 13,3 2. Baik 78 86,7 Pada tabel 9, diketahui bahwa responden yang memiliki kepercayaan yang baik terhadap klinik sanitasi yaitu sebesar 86,7% dan responden yang memiliki kepercayaan yang kurang baik terhadap klinik sanitasi yaitu hanya sebesar 13,3% saja. Kepercayaan responden terhadap klinik sanitasi ini sejalan dengan tingkat pengetahuan responden yang baik mengenai kesehatan lingkungan, yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya yaitu tingkat pengetahuan responden baik (52,2%). Sikap pasien/klien klinik sanitasi kurang baik (55,6%) untuk berpartisipasi melakukan kunjungan ke klinik sanitasi. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendukung rendahnya kunjungan ke klinik sanitasi meskipun kepercayaan masyarakat terhadap klinik sanitasi sudah baik. Adanya hubungan faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, sikap) dengan kunjungan ke klinik sanitasi dalam penelitian ini sesuai dengan teori Green, dkk (1999), yang mengatakan bahwa faktor-faktor perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, kepercayaan, sikap. Sehingga meskipun pengetahuan dan kepercayaan masyarakat telah baik, namun jika masyarakat memiliki sikap yang kurang baik yaitu dengan bersikap tertutup maka perilaku dalam bentuk tindakan tidak terwujud sesuai dengan yang diharapkan. 3. Gambaran Faktor Pendukung Adapun gambaran faktor pendukung responden pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2014 ini dilihat dari keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi yang meliputi fasilitas klinik sanitasi, jarak rumah ke puskesmas, serta adanya keberadaan fasilitas lain; dan sosialisasi terhadap keberadaan klinik sanitasi. 6

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Sarana dan Prasarana Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi No. Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 78 86,7 2. Baik 12 13,3 Pada tabel 10, diketahui bahwa responden menyatakan keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi kurang baik pada persentase tertinggi sebesar 86,7% dan hanya 13,3% saja persentase responden yang menyatakan bahwa keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi baik. Faktor pendukung dalam penelitian ini salah satunya yaitu terdapatnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan klinik sanitasi. Sarana dan prasarana dalam penelitian ini diartikan sebagai segala macam fasilitas yang dibutuhkan untuk kelancaran dalam pelaksanaan klinik sanitasi, seperti ruang klinik sanitasi, media penyuluhan yang mendukung dan menarik minat masyarakat berkunjung ke klinik sanitasi di puskesmas, jarak rumah masyarakat ke puskesmas, serta adanya fasilitas lain yang mempengaruhi minat masyarakat berkunjung. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk kegiatan klinik sanitasi tentu saja berpengaruh besar terhadap pelaksanaan klinik sanitasi di puskesmas baik kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung. Sarana prasarana yang tidak mendukung ini memungkinkan kegiatan tidak bisa berjalan optimal, sebaliknya bila sarana prasarana yang dimiliki klinik sanitasi mencukupi sehingga dapat mendukung kegiatan ini, maka akan menjadi daya tarik untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke klinik sanitasi. Sehingga berpengaruh juga terhadap keberhasilan dan juga pencapaian program kesehatan lingkungan. Selain sarana dan prasarana, adapun faktor pendukung yang lain dalam penelitan ini yaitu adanya sosialisasi terhadap keberadaan klinik sanitasi. Sosialisasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai segala hal yang dapat mendukung masyarakat untuk berkunjung ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan mereka ke klinik sanitasi. Hal tersebut dapat berupa penyuluhan tentang klinik sanitasi maupun informasi dalam bentuk selebaran atau informasi dari mulut ke mulut. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa keseluruhan responden menyatakan jika sosialisasi terhadap keberadaan klinik sanitasi di Kelurahan Medan Tuntungan kurang baik. Menurut Muninjaya (2012), pelayanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, di mana, dan bagaimana pelayanan kesehatan itu dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit. Walaupun tingkat pengetahuan masyarakat mengenai sanitasi lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan baik, namun jika sosialisasi terhadap keberadaan klinik sanitasi ini kurang baik, maka masyarakat menjadi tidak mengetahui apa itu klinik sanitasi, di mana diadakan, kapan dapat dikunjungi, dan bagaimana dapat memanfaatkannya. Sehingga menyebabkan masyarakat menjadi tidak tahu akan klinik sanitasi 7

dan hal ini menjadi faktor rendahnya kunjungan masyarakat ke klinik sanitasi. Pada penelitian ini, pengetahuan masyarakat tentang klinik sanitasi masih rendah. Faktor pengetahuan tentang program klinik sanitasi sangat penting untuk ditanamkan pada masyarakat dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan pelaksanaan sosialisasi atau penyuluhan sebagai sarana pemberian pendidikan guna memberikan pengetahuan dan kesadaran pada masyarakat akan pentinganya upaya pencegahan melalui himbauan untuk menjaga kesehatan lingkungan mereka, yang dilakukan tiap kali masyarakat berkunjung ke puskesmas dan juga dilakukan di luar gedung yaitu kegiatan pemantauan langsung ke masyarakat. 4. Gambaran Faktor Pendorong Adapun gambaran faktor pendorong responden pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2014 ini dilihat dari keberadaan petugas klinik sanitasi meliputi, keramah tamahan petugas klinik sanitasi, kesigapan petugas klinik sanitasi, keaktifan petugas klinik sanitasi, serta penjelasan petugas klinik sanitasi dalam melayani pasien/klien yang bersifat komunikatif. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi No. Petugas Klinik Sanitasi Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 67 74,4 2. Baik 23 25,6 Pada tabel 11, diketahui bahwa responden menyatakan jika petugas klinik sanitasi kurang baik pada persentase tertinggi yaitu sebesar 74,4% dan hanya sekitar 25,6% responden yang menyatakan bahwa petugas klinik sanitasi baik. Menurut Pohan (2003), kunci kerberhasilan suatu organisasi tidak terkecuali organisasi pelayanan kesehatan seperti puskesmas salah satunya adalah mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan dan kemudian berupaya memenuhinya, salah satunya yaitu pelanggan membutuhkan penghargaan dan penghormatan. Sehingga faktor petugas sebagai pemberi pelayanan sangat berpengaruh terhadap minat pasien/klien untuk berkunjung. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan referensi sikap dan perilaku secara umum. Misalnya, perilaku petugas kesehatan dapat mendorong terbentuknya perilaku (Pieter dan Lumongga, 2010). Hal yang sama juga dinyatakan oleh tim kerja dari WHO yang menganalisis bahwa penyebab seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena alasan pokok, salah satunya yaitu referensi orang penting (Notoatmodjo, 2003). 8

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 76,7% responden mengharapkan petugas klinik sanitasi lebih baik dan ramah dan sebesar 52,2% responden mengarapkan petugas klinik sanitasi lebih aktif. Perilaku dan sikap petugas klinik sanitasi dapat mendorong terbentuknya minat masyarakat untuk berkunjung ke klinik sanitasi. Sikap petugas klinik sanitasi yang baik, ramah, sigap, aktif, dan komunikatif dalam berkomunikasi melayani pasien/klien dapat menjadi faktor pendorong/penguat bagi masyarakat untuk berkunjung ke klinik sanitasi. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: faktor predisposisi dalam pemanfaatan klinik sanitasi yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan responden, diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang klinik sanitasi, sanitasi lingkungan, dan penyakit berbasis lingkungan yaitu sebesar 52,2% dan kurang baik sebesar 47,8%. Sikap responden yang memiliki sikap baik terhadap klinik sanitasi yaitu sebesar 44,4% dan kurang baik sebesar 55,6%. Kepercayaan responden yang baik terhadap klinik sanitasi yaitu sebesar 86,7% dan kurang baik sebesar 13,3%. Faktor pendukung dalam pemanfaatan klinik sanitasi yang meliputi keberadaan sarana dan prasarana dan sosialisasi terhadap klinik sanitasi, diketahui bahwa responden yang menjawab jika keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi baik yaitu sebesar 13,3% dan kurang baik sebesar 86,7%. Responden yang menjawab jika sosialisasi terhadap klinik sanitasi kurang baik yaitu sebesar 100%. Faktor pendorong dalam pemanfaatan klinik sanitasi yang meliputi keberadaan petugas klinik sanitasi, diketahui bahwa responden yang menyatakan jika petugas klinik sanitasi baik hanya sebesar 25,6%, sedangkan persentase responden tertinggi sebesar 74,4% yang menyatakan bahwa petugas klinik sanitasi kurang baik. Dengan memperhatikan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan adalah kepada petugas klinik sanitasi di Puskesmas Medan Tuntungan agar dapat berperan dalam meningkatkan sosialisasi yang lebih banyak mengenai klinik sanitasi kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahuinya dan dapat memanfaatkannya sesuai yang diharapkan dan dapat lebih bersikap aktif dalam menjalankan tugasnya untuk sering berpartisipasi terjun langsung ke masyarakat. Kepada Dinas Kesehatan agar dapat melakukan revitalisasi terhadap program klinik sanitasi ini, seperti dengan melakukan pemantauan terhadap jalannya program ini melalui penerimaan pelaporan mengenai program ini dan membahasnya dalam rapat evaluasi yang dilakukan. Karena program ini merupakan suatu program yang sangat bagus jika dijalankan dengan baik untuk membantu dalam menjaga kesehatan masyarakat khususnya kesehatan lingkungan. Selanjutnya, kepada pemerintah untuk dapat memberikan sumber dana yang lebih untuk kelancaran sarana dan prasarana dalam mendukung operasional pelaksanaan programprogram kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas. 9

Daftar Pustaka Depkes RI. 2001. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas. Jakarta. Dinkes Kota Medan. 2012. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2012. Medan. Green W. L., Kreuter W. M., 1999. Health Education Planning : An Education and Ecological Approach, Third Edition. Mc Graw Hill, New York. Kompas. 2013. Indonesia Negara dengan Sanitasi Terburuk Kedua di Dunia! http://properti.kompas.com/read /2013/10/31/1209048/Indonesia.Negara.dengan.Sanitasi.Terbur uk.kedua.di.dunia. Diakses pada: 11 Maret 2014. Maryanti, E. 2003. Hambatan Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi Lingkungan di Puskesmas Kota Medan. Skripsi, FKM USU, Medan. Muninjaya, AA, G. 2012. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Opangge, H. 2013. Studi Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Pieter dan Lumongga. 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Kencana, Jakarta. Pohan, I, S. 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Kesaint Blanc, Bekasi. WHO. 2013. Sanitasi. http://www.who.int/topics/sanit ation/en/ Diakses pada: 5 Maret 2014. 10