BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi di suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di Indonesia meningkat dari 68,5 tahun pada tahun 2006 menjadi 69,65 tahun pada tahun 2011 (Anonim 7, 2012). Peningkatan ini berdampak pada kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk berusia lanjut ( 60 tahun) di Indonesia tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%). Selanjutnya tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah penduduk lansia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%) (Santika, 2013) Lansia membutuhkan perhatian yang sangat serius karena mengalami perubahan dan kemunduran pada berbagai aspek dalam dirinya baik fisik maupun fisiologis yang akan berpengaruh pada kesehatannya. Perubahan dan kemunduran fisik yang mudah terlihat ialah berkurangnya gigi. Perubahan fisiologis di dalam tubuh lansia terutama terjadi pada sistem organ pencernaannya yaitu penurunan sensitifitas saraf pencecap. Hal tersebut menyebabkan turunnya nafsu makan sehingga banyak lansia yang terlihat kurus, pucat, dan lemah akibat kurangnya asupan energi. 1
Asupan gizi merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kesehatan lansia. Lansia membutuhkan asupan energi yang bersumber dari karbohidrat, protein, dan lemak. Kebutuhan cairan juga perlu diperhatikan untuk untuk membantu reaksi metabolisme di dalam tubuh, pelumas pada sendi, dan pengatur suhu tubuh. Selain itu, diperlukan juga asupan antioksidan untuk menjaga kesehatan dan melindungi lansia dari kondisi stres oksidatif yang disebabkan oleh tingginya produksi radikal bebas di dalam tubuh akibat penuaan. Kebutuhan energi dan antioksidan yang cukup dan seimbang bagi lansia harus terpenuhi. Sementara itu, berkurangnya gigi dan nafsu makan menjadi hambatan terpenuhinya asupan tersebut melalui menu yang dimakan sehari-hari. Hal tersebut menjadi salah satu alasan perlunya pengembangan suatu produk yang mudah dikonsumsi untuk meningkatkan asupan energi dan antioksidan bagi lansia. Pramitasari, et al. (2012) telah melakukan penelitian pengembangan produk yang ditujukan untuk lansia berupa minuman berbasis beras. Beras diketahui mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh lansia seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Minuman yang telah dikembangkan tersebut berbentuk bubuk. Pembuatan bubuk dilakukan untuk memperpanjang masa simpan minuman. Selain itu, bubuk minuman beras bersifat lebih praktis karena dalam penyajiannya cukup dilarutkan dengan air. Pada penelitian tersebut digunakan tiga variasi jenis beras yaitu beras putih, merah, dan hitam yang telah ditanak hingga tergelatinisasi sempurna kemudian dikeringkan. Minuman diformulasi dengan bahan-bahan lan yaitu isolat protein kedelai sebagai sumber protein, sukrosa sebagai pemanis dan sumber energi, dan 2
garam dapur sebagai penabah cita rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman berbasis beras dapat diterima dan disukai oleh lansia secara sensoris, dengan tingkat kesukaan paling tinggi pada minuman beras hitam. Akan tetapi, minuman tersebut masih mempunyai kekurangan yaitu ukuran partikel bubuk masih terlalu besar sehingga menyebabkan tekstur berpasir yang mengganggu di tenggorokan. Aktivitas antioksidan dan kadar proteinnya pun masih rendah. Aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada minuman beras hitam sebesar 14,70% dengan kadar protein sebesar 3,36 gram/takaran saji. Minuman juga mengandung sukrosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 19,72 gram/takaran saji akibat penambahan sukrosa. Tingginya kandungan sukrosa tersebut tidak baik untuk lansia mengingat banyak dilaporkan prevalensi pengidapan Diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang kian meningkat pada lansia. International Diabetes Federation (2013) melaporkan bahwa hampir setengah dari keseluruhan penyandang DM berusia 40-59 tahun, mendekati usia lansia. DM merambah hampir ke seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Menurut International Diabetes Federation (2013), jumlah penyandang DM di Indonesia menempati urutan ketujuh dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko. Pada tahun 2013 jumlah penyandang DM mencapai 8,5 juta jiwa dan diprediksikan pada tahun 2035 akan menempati urutan keenam dunia, menggeser posisi Rusia, dengan estimasi penyandang DM sebanyak 14,1 juta jiwa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, prevalensi DM di Indonesia pada kelompok lansia paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia lain. 3
Pada tahun 2007, prevalensi DM pada lansia di Indonesia sebesar 14%. Sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 25,6%. Pada penyandang DM tipe 2, terjadi penurunan sensitivitas insulin akibat kekurangan atau kerusakan reseptor insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk dimetabolisme menghasilkan energi. Akibatnya, tejadi peningkatan di dalam darah (hiperglikemia). Kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan reaksi glikosilasi protein non enzimatis membentuk produk akhir glikosilasi (AGEs) yang dapat meningkatkan stres oksidatif (Ruhe & McDonald, 2001). Stres oksidatif pada penyandang DM kemudian memicu terjadinya komplikasi penyakit mikrovaskular dan makrovaskular. Kondisi DM tipe 2 menjadi lebih parah ketika terjadi peningkatan stres oksidatif di dalam tubuh pada usia lanjut akibat penuaan yang ditandai dengan tingginya hasil peroksidasi lipid yaitu malondialdehid (MDA) dan rendahnya aktivitas enzim-enzim antioksidan di dalam tubuh (Atli, et al., 2004). Peningkatan stres oksidatif pada lansia penyandang DM akan memperparah kerusakan reseptor insulin sehingga terjadi penurunan sensitivitas insulin dan kerusakan sel β-pankreas sehingga menyebabkan penurunan fungsi sel β-pankreas dalam memproduksi insulin. Akibatnya, glukosa darah tidak mampu dikendalikan dengan baik. Lansia penyandang DM tipe 2 membutuhkan asupan antioksidan untuk menurunkan stres oksidatif. Antosianin merupakan salah satu antioksidan yang memiliki kemampuan dalam menangkal radikal bebas penyebab stres oksidatif. Antosianin terdapat pada bahan pangan yang berwarna merah atau ungu. Beras hitam 4
merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung antosianin. Antosianin dari beras hitam dilaporkan mampu meningkatkan sensitivitas insulin yang ditandai dengan penurunan indeks homeostatic model assessment insulin resistance (HOMA- IR) dan menurunkan penanda tingkat stres oksidatif (MDA dan glutation teroksidasi) pada tikus Sprague Dawley yang diberi pakan tinggi fruktosa (Guo, et al., 2007). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dilakukan pengembangan minuman untuk lansia penyandang DM menggunakan beras hitam sebagai bahan baku utamanya. Minuman tersebut merupakan pengembangan minuman berbasis beras dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian pengembangan minuman dengan bahan baku beras yang ditujukan untuk menjaga kesehatan lansia maupun penyandang DM juga sudah dilakukan di negara-negara seperti Thailand (Sutinium, et al., 2008 ; Yuthavisuthi, et al., 2012), China (Sun, 2012), dan Jepang (Koyama & Kitamura, 2014). Akan tetapi, pengembangan produk minuman untuk lansia dan penyandang DM dari beras hitam di Indonesia belum banyak dilakukan. Dalam penelitian ini, bubuk minuman beras hitam ditambah ekstrak antosianin beras hitam untuk meningkatkan aktivitas antioksidan minuman dan residu ekstrak kedelai hitam sebagai sumber protein. Kedelai hitam dilaporkan mampu menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas insulin pada tikus diabetes (Jang, et al., 2010). Selain itu, digunakan aspartam sebagai pemanis pengganti sukrosa untuk meningkatkan cita rasa tanpa menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah. Produk minuman berbasis beras yang telah dikembangkan sebelumnya 5
belum diteliti manfaatnya bagi kesehatan lansia secara langsung. Oleh sebab itu, di dalam penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut manfaat minuman berbasis beras dan kedelai hitam bagi lansia penyandang DM tipe 2 secara in vivo untuk mengetahui pengaruhnya dalam pengendalian kadar glukosa darah, peningkatan sensitivitas insulin, dan penurunan penanda tingkat stres oksidatif yaitu MDA plasma. 1.2. Perumusan Masalah Pengembangan produk minuman diperlukan untuk membantu meningkatkan asupan antioksidan, energi, dan cairan pada lansia penyandang DM tipe 2. Sebelumnya telah dilakukan penelitian pengembangan produk minuman berbasis beras yang ditujukan untuk lansia. Akan tetapi, produk minuman tersebut masih memiliki kekurangan yaitu aktivitas antioksidannya rendah. Kandungan protein pada minuman juga rendah. Selain itu, minuman yang telah dikembangkan mengandung sukrosa yang cukup tinggi sehingga tidak cocok dikonsumsi oleh lansia penyandang DM tipe 2. Oleh sebab itu, dilakukan perbaikan formula untuk mendapatkan minuman dari bahan baku beras hitam dengan menambahkan ekstrak antosianin beras hitam dan residu ekstrak kedelai hitam sehingga didapatkan minuman yang mempunyai kandungan antioksidan dan protein yang lebih tinggi daripada formula sebelumnya. Sukrosa diganti dengan aspartam sehingga minuman memiliki sifat sensoris yang disukai tanpa menaikkan kadar glukosa darah. Produk minuman berbasis beras yang telah dikembangkan sebelumnya belum diteliti manfaatnya bagi kesehatan lansia secara langsung sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk 6
mengetahui manfaat minuman berbasis beras hitam dan kedelai hitam tersebut bagi lansia penyandang DM tipe 2. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah: 1) Bagaimana formula bubuk minuman berbasis beras dan kedelai hitam? 2) Bagaimana komposisi gizi (karbohidrat, protein, dan lemak) dan antioksidan antosianin bubuk minuman? 3) Bagaimana tingkat kesukaan lansia terhadap minuman? 4) Bagaimana aktivitas antioksidan bubuk minuman? 5) Bagaimana pengaruh minuman yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan terhadap parameter kadar glukosa darah, kadar MDA plasma, kapasitas total antioksidan, sensitivitas insulin, dan fungsi sel β-pankreas pada lansia penyandang DM tipe 2? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendapatkan suatu formula bubuk minuman fungsional berbahan dasar beras hitam dan kedelai hitam untuk meningkatkan asupan antioksidan, air, dan energi pada lansia penyandang DM tipe 2 dan memiliki potensi antioksidatif dalam pengendalian kadar glukosa darah 2. Tujuan Khusus 1) Mendapatkan formula bubuk minuman berbasis beras dan kedelai hitam 2) Mengetahui komposisi gizi minuman 7
3) Mengetahui tingkat kesukaan lansia terhadap minuman 4) Mengetahui aktivitas antioksidan bubuk minuman 5) Mengevaluasi dampak konsumsi minuman dalam penurunan kadar glukosa darah dan kadar MDA plasma, serta peningkatan kapasitas total antioksidan, sensitivitas insulin, dan fungsi sel β-pankreas pada lansia penyandang DM tipe 2 1.4. Manfaat Penelitian 1. Ilmu Pengetahuan Penelitian ini sangat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan karena dapat memberikan inovasi dalam pengembangan produk minuman yang bermanfaat dalam menurunkan kadar glukosa darah dan kadar MDA plasma serta meningkatkan kapasitas total antioksidan, sensitivitas insulin, dan fungsi sel β- pankreas pada lansia penyandang DM tipe 2 yang dikembangkan dari bahan baku beras dan kedelai hitam. 2. Pengembangan Kesehatan Penelitian ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya bagi lansia penyandang DM tipe 2, karena dapat menyediakan suatu alternatif pemenuhan kebutuhan antioksidan, energi, dan cairan melalui suatu produk minuman yang mudah dikonsumsi. 8