BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Karakteristik penting akuntansi adalah pengidentifikasian, pegukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada pihak yang berkepentingan. berpendapat: Ikatan Akuntan Indonesia (2009: 01.5) menyatakan: Laporan keuangan adalah suatu penyajian tersruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Terkait dengan pengertian laporan keuangan ini Kieso et.al (2007: 2) Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikualifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statements) yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan laba-rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan 6
untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan yang dapat diartikan sebagai laporan keuangan. Untuk tujuan analisis yang lebih mendalam, tidak cukup hanya didasarkan pada laporan keuangan yang disusun secara ringkas, tetapi diperlukan skedul-skedul tambahan yang memperlihatkan perincian dari aset tanah, bangunan, peralatan, sumber-sumber alam, akumulasi penyusutan, amortisasi dari aset tetap, persediaan, investasi jangka panjang, pinjaman yang masih harus dibayar, pinjaman jangka panjang, haraga pokok barang yang diproduksi, harga pokok barang yang dijual, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi. Informasi tersebut dapat langsung disusun sebagai bagian dalam laporan keuangannya atau ditempatkan sebagai catatan terpisah dari laporan keuangannya dan untuk kepentingan pengawasan manajerial, pihak manajemen memerluakan laporan akuntansi yang bersifat internal yang disusun secara harian, mingguan, triwulanan, atau pada saat-saat diperlukan. 2. Tujuan Pelaporan Keuangan Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan penggguna laporan dalam rangka memberikan keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung 7
jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya dipercayakan kepada mereka. Dalam upaya membangun pondasi bagi akuntansi dan pelaporan keuangan, profesi akuntansi telah mengidentifikasikan sekelompok tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) oleh perusahaan bisnis. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang: a. Berguna bagi investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan serupa secara rasional. Informasi yang disajikan harus komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang memadai tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan bisnis serta ingin mempelajari informasi tersebut secara seksama. b. Membantu investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penerapan waktu, dan ketidakpastian peneriamaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. c. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengaruh dari transaksi, kejadian, serta situasi yang mengubah sumber daya perusahaan dan klaim pihak lain terhadap sumber daya tersebut. 8
3. Jenis Laporan Keuangan Berikut ini akan diuraikan konsep/definisi tiap-tiap jenis laporan keuangan. a. Laporan Posisi Keuangan Sesuai Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), istilah neraca diganti dengan laporan posisi keuangan. Menurut Kieso et.al (2007: 190), Neraca (balance sheet), yang kadang-kadang disebut juga sebagai kaporan posisi keuangan melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu. b. Laporan Laba Rugi Komprehensif Menurut Kieso et.al (2007: 140), Laporan laba rugi (income statement) yang juga sering disebut statement of income atau statement of earnings adalah laporan yang mengukur keberhasilan prestasi perusahaan selama periode waktu tertentu. c. Laporan Arus Kas Menurut Kieso et.al (2007: 212), Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. d. Laporan Ekuitas Pemilik atau Pemegang Saham Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009: 1.13), Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 9
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. e. Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009: 01.3), Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa saja yang disajikan dalam posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. B. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Informasi kualitatif dari laporan keuangan dapat dikumpulkan oleh para analis dan pihak yang berkepentingan lainnya dengan memeriksa hubungan antar pospos dalam laporan keuangan dan mengidentifikasi kecenderungan dalam hubungan ini. Titik awal yang baik dalam mengumpulkan informasi ini adalah analisis rasio. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationalship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi 10
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart. Menurut Munawir (2002: 37), Analisis rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan posisi keuangan atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio (ratio analysis) mengekspresikan hubungan antara datadata laporan keuangan terpilih. Hubungan ini diekspresikan dalam istilah presentase, tingkat, atau proporsi sederhana. Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah future oriented, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktorfaktor yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterprestasikan data bersangkutan. Menurut Kieso et.al (2007: 222), jenis-jenis utama rasio adalah: 1. Rasio Likuiditas (liquidity ratios), untuk mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang jatuh tempo. 2. Rasio Aktivitas (activity rastios), untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aset yang dimiliki. 11
3. Rasio Profitabilitas (profitability ratios), untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan perusahaan atau divisi tertentu sepanjang suatu periode waktu. 4. Rasio Cakupan (coverage ratios), untuk mengukur tingkat perlindungan bagi kreditor dan investor jangka pendek. C. Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah perusahaan yang kepemilikan modalnya mayoritas dimiliki oleh pemerintah. Pasal 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara memuat definisi dari beberapa istilah yang digunakan dalam undang-undang tersebut. Diantaranya adalah definisi dari Badan Usaha Milik Negara, yaitu Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2001, tanggal 5 Juni 2001, tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) menyebutkan, Perusahaan Perseroan, untuk selanjutnya disebut PERSERO, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 yang berbentuk Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 yang seluruh atau paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh 12
Negara melalui penyertaan modal secara langsung. Dikarenakan pemilik modal terbesar BUMN adalah pemerintah, maka segala yang berkenaan dengan operasional dan administratifnya wajib mengikuti aturan pemerintah. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, mengatur semua BUMN yang tercantum dalam lampiran I untuk menikuti tata cara penilaian kesehatan BUMN. Penilaian tingkat kesehatan BUMN berlaku bagi seluruh BUMN non jasa keuangan maupun BUMN jasa keuangan kecuali Persero Terbuka dan BUMN yang dibentuk dengan Undang-undang tersendiri Pasal 2 ayat 3 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP- 100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara menyatakan, BUMN non jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak dalam bidang infrastruktur sebagaimana pada lampiran I. PT. Pegadaian (Persero) dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara tersebut digolongkan sebagai BUMN Non Infrastruktur sektor pelayanan umum. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP- 100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN, tingkat kesehatan BUMN digolongkan berdasarkan Total Skor (TS) yang diperoleh dari hasil perhitungan kerputusan tersebut, yaitu: 13
1. SEHAT, yang terdiri dari: AAA apabila Total Skor (TS) lebih besar dari 95 AA apabila 80 <TS< =95 A apabila 65 <TS< =80 2. KURANG SEHAT, yang terdiri dari: BBB apabila 50 <TS< =65 BB apabila 40 <TS< =50 B apabila 30 <TS< =40 3. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari: CCC apabila 20 <TS< =30 CC apabila 10 <TS< =20 C apabila TS< =10 Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian: 1. Aspek Keuangan 2. Aspek Operasional 3. Aspek Administrasi 14
Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN sesuai Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara hanya diterapkan bagi BUMN apabila hasil pemeriksaan akuntan terhadap perhitungan keuangan tahunan perusahaan yang bersangkutan dinyatakan dengan kualifikasi "Wajar Tanpa Pengecualian" atau kualifikasi "Wajar Dengan Pengecualian" dari akuntan publik atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN ditetapkan setiap tahun dalam pengesahan laporan tahunan oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Menteri BUMN untuk Perusahaan Umum (PERUM). D. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan PT. Pegadaian (Persero) Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. 196/KMK.016/1998 tanggal 24 Maret 1998 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. KEP-101/MBU/2002 mengharuskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membuat rencana kerja, proyeksi keuangan pokok perusahaan dan anak perusahaan dan hal-hal lain yang memerlukan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). RKAP tersebut harus disetujui oleh Pemegang saham dalam RUPS, sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 tentang kewajiban Direksi untuk menyampaikan RKAP kepeda Pemegang Saham. PT. Pegadaian (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005, telah mengatur kewajiban 15
Direksi untuk mengirimkan usulan rencana kerja dan anggaran tahunan PT. Pegadaian (Persero) kepada Komisaris dan Pemegang Saham untuk dimintakan pengesahan dalam RUPS paling lambat dua bulan sebelum tahun buku baru mulai berlaku. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 740/KMK.00/1989 tanggal 28 Juni 1989 yang kemudian direvisi melalui Surat Keputusan No. 826/KMK.013/1992 tanggal 24 Juli 1992 mengenai indikator penilaian untuk BUMN yang bergerak dalam bidang jasa keuangan dan sejalan dengan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-215/M-BUMN/1999 tanggal 27 September 1999 yang kemudian diganti dengan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 mengenai penilaian tingkat kesehatan BUMN, penilaian kinerja harus dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, kecuali untuk pengelompokan BUMN yang bergerak dalam bidang jasa keuangan, indikator hasil penilaian Aspek Keuangan, Aspek Operasional dan Aspek Administrasi ditetapkan dengan Keputusan Menteri BUMN tersendiri. Sampai dengan saat ini, keputusan tersebut masih belum diterbitkan. Oleh karena itu, PT. Pegadaian (Persero) berpendapat bahwa penggunaan indikator penilaian yang layak dipakai adalah indikator yang ditetapkan dalam Kontrak Manajemen antara PT. Pegadaian (Persero) dengan Kementerian BUMN yang tertuang dalam Surat Keputusan No. S-98/MBU/2005 tanggal 8 Maret 2005, Surat Keputusan No. S-17/MBU/2006 tanggal 16 Januari 2006, Surat Keputusan No. S-35/MBU/2007 tanggal 23 Januari 2007, Surat 16
Keputusan No. S-806/MBU/2008 tanggal 21 Oktober 2008, Surat Keputusan No. S-09/MBU/2009 tangal 12 Januari 2009, Surat Keputusan No. S-47/MBU/2010 tanggal 28 Januari 2010 dan Surat Keputusan No. S-14/MBU/2011 tanggal 14 Januari 2011. Penggunaan indikator tersebut akan terus dilakukan sampai dengan diterbitkannya surat-surat Keputusan Menteri Negara BUMN lebih lanjut yang mengatur mengenai hal ini. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP- 100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN, tingkat kesehatan BUMN digolongkan berdasarkan Total Skor (TS) yang diperoleh dari hasil perhitungan kerputusan tersebut. Yang dimaksud dengan Total Skor (TS) dalam pada pasal 3 ayat 1 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara adalah total bobot atas penilaian aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi BUMN bersangkutan. Lampiran II Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002, menerangkan mengenai total bobot dari aspek-aspek tersebut, untuk BUMN non infrastruktur yaitu total bobot aspek keuangan, total bobot aspek operasional dan total bobot aspek administrasi. Ketiga aspek tersebut tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun bersangkutan termasuk target-target Key Perfomance Indicators (KPI) dengan indikator, pembobotan serta target kualitatifnya yang disetujui oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara. Key Perfomance Indicators 17
(KPI) tersebut setiap tahunnya dapat sama atau dapat pula berbeda sesuai dengan dinamika perusahaan, sehingga indikator-indikator tersebut cocok dengan rencana satu periode ke depan. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) disusun dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang ada, serta berdasarkan prinsip kehati-hatian dan telah mempertimbangkan semua risiko yang terukur. RKAP tersebut juga merupakan kontrak kerja manajemen dengan pemilik modal perusahaan dalam hal ini adalah pemerintah yang diwakili oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara. Di dalam RKAP PT. Pegadaian (Persero) penilaian tingkat kesehatan PT. Pegadaian (Persero) mengacu pada Aspek Keuangan, Aspek Operasional dan Aspek Dinamis. 1. Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan indikator-indikator bidang keuangan yang dapat mencerminkan kinerja dan tingkat kesehatan perusahaan. Dalam aspek keuangan tersebut indikator-indikator yang digunakan dapat sama atau juga berbeda, disesuaikan dengan dinamika perusahaan. Indikator-indikator aspek keuangan tahun 2005-2010 meliputi Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), Total Asset Turn Over (TATO) dan Solvabilitas. Sedangkan pada tahun 2011 indikator-indikator yang digunakan adalah Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), Solvabilitas, Magin Laba Usaha dan Margin Sebelum Pajak. 18
Dalam penilaian aspek keuangan ini, indikator yang dinilai dan masingmasing bobotnya adalah seperti lampiran di bagian akhir skripsi ini. a. Imbalan kepada pemegang saham/return on Equity (ROE) Definisi: - Laba setelah pajak adalah laba setelah pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari: o Aset tetap o Aset non produktif o Aset lain-lain o Saham penyertaan langsung - Ekuitas sendiri adalah seluruh komponen Ekuitas sendiri dalam laporan posisi keuangan perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen Ekuitas sendiri yang digunakan untuk membiayai aset tetap dalam pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Sedangkan ekuitas rata-rata adalah hasil penjumlahan yang dirata-rata antara ekuitas tahun berjalan dengan ekuitas tahun sebelumnya. b. Return on Asset (ROA) 19
Definisi: - Laba Sebelum Pajak adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari: o Aset tetap o Aset lain-lain o Aset non produktif o Saham penyertaan langsung - Penyusutan adalah depresiasi, amortisasi dan deplesi - Posisi pada akhir tahun buku total aset dikurangi aset tetap dalam penyelesaian biasa disebut dengan Capital Employed. c. Rasio Lancar/Current Ratio Definisi: - Aset Lancar adalah posisi total aset lancar pada akhir tahun buku - Hutang Lancar adalah posisi total hutang lancar pada akhir tahun buku d. Perputaran Total Aset/Total Aset Turn Over (TATO) 20
Definisi: - Total Pendaptan Usaha adalah total pendapatan usaha dan non usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan aset tetap. - Posisi pada akhir tahun buku total aset dikurangi aset tetap dalam penyelesaian biasa disebut Capital Employed. e. Rasio Solvabilitas Definisi: - Total Aset adalah total aset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan. - Total Hutang adalah total hutang yang dimiliki pada posisi akhir tahun buku bersangkutan. f. Margin Laba Usaha Definisi: - Total Laba Usaha adalah jumlah laba usaha pada posisi akhir tahun buku bersangkutan. 21
- Total Pendapatan Usaha adalah jumlah pendapatan usaha pada posisi akhir tahun buku bersangkutan. g. Margin Laba Sebelum Pajak Definisi: - Laba Sebelum Pajak adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari: o Aset tetap o Aset lain-lain o Aset non produktif o Saham penyertaan langsung - Total Pendapatan adalah seluruh pendapatan usaha dan non usaha pada periode tahun bersangkutan. 2. Aspek Operasional Dalam penilaian aspek operasional ini, indikator yang dinilai meliputi unsurunsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai dengan visi dan misi perusahaan. 22
Jumlah indikator aspek operasional yang digunakan untuk penilaian tingkat kesehatan setiap tahunnya minimal 2 (dua) indikator, dimana apabila dipandang perlu indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun berikutnya dapat berubah. Misalnya, suatu indikator yang pada tahun sebelumnya selalu digunakan, dalam tahun ini tidak lagi digunakan karena dianggap bahwa untuk kegiatan yang berkaitan dengan indikator tersebut perusahaan telah mencapai tingkatan/standar yang sangat baik, atau karena ada indikator lain yang dipandang lebih dominan pada tahun yang bersangkutan. Lampiran II Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, juga menguraikan mekanisme penetapan indikator dan penilaian masing-masing bobot, yaitu indikator aspek operasional ditetapkan oleh RUPS pada pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan perusahaan setelah mempertimbangkan usulan tentang indikator dan bobot indikator aspek operasional yang diusulkan oleh Komisaris/Dewan Pengawas. Sedangkan aspek operasional setelah memperhatikan penilaian kinerja perusahaan yang disampaikan Komisaris/Dewan Pengawas. Aspek operasional yang dinilai pada tahun 2005-2011 pada PT. Pegadaian (Persero) meliputi: a. Pertumbuhan dan Pencapaian Target Omzet Uang Pinjaman 23
b. Pertumbuhan dan Pencapaian Target Omzet Barang Jaminan c. Pertumbuhan dan Pencapaian Target Nasabah d. Produktivitas Pegawai/Tenaga Kerja e. Overhead Cost Ratio f. Pertumbuhan Omzet Bisnis Inti 24
g. Pertumbuhan Omzet Non Bisnis Inti h. Pertumbuhan Barang Jaminan i. Penyerapan Belanja Modal j. Toleransi Pencurian/Hilangnya Barang Jaminan Pencurian atau hilangnya barang jaminan yang ditetapkan kanwil setempat setelah ada tindakan dari kepolisian. k. Toleransi Kesalahan Penaksiran Barang Jaminan Kesalahan penaksiran barang jaminan yang ditemukan oleh auditor internal perusahaaan pada 13 kanwil. l. Pertumbuhan Nasabah m. Produktivitas Cabang 25
n. Tenaga Penaksir Baru Tambahan tenaga penaksir baru baik rekrut internal maupun eksternal. 3. Aspek Dinamis Dalam penilaian aspek dinamis ini, indikator yang dinilai adalah hal-hal diluar keuangan dan operasional perusahaan yang indikatornya dapat sama atau juga dapat berubah-ubah sesuai dengan dinamika perusahaan. Aspek dinamis yang dinilai selama tahun 2005-2011 pada PT. Pegadaian (Persero) adalah: a. Aplikasi Good Corporate Governance (GCG) b. Kontribusi penjualan non bisnis inti c. Optimalisasi pelaksanaan diklat d. Tindak lanjut penyelesaian komplain e. Optimalisasi pembukaan cabang (UPC) f. Penyaluran dana Corporate Social Responsibility (CSR) g. Produktivitas tenaga kerja h. Sistem IT terintegrasi 26