BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

REKAYASA PENCAHAYAAN BANGUNAN

TEKNIKA VOL. 2 NO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh,

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PEMBAHASAN

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

BAB II LANDASAN TEORI

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Prioritas Daerah Kerja Sumber: Fordergemeinscaft Gutes Licht (2008, p.5), telah diolah kembali

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur Energi Listrik

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Jenis Lampu

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Analisis Konservasi Energi Listrik pada Rumah Tinggal Daya 2200VA dengan Beban Penerangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

III. METODE PENELITIAN

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 11 Standar Pencahayaan

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN.

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB II LANDASAN TEORI

Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung.

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

BAB 2 LANDASAN TEORI

Metamerisme dan Iluminan Isi

Deskripsi Produk HPL-N. Benefits. Features. Application. Versions. Lampu Merkuri Tekanan Tinggi Standar. Pilihan anggaran yang bagus

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III ELABORASI TEMA

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas

PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pak Choi adalah salah satu tanaman hortikultura yang termasuk dalam famili

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI

Bab III ENERGI LISTRIK

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

BAB III LANDASAN TEORI

Politeknik Negeri Sriwijaya

Rancang Bangun Armatur Cahaya Tanpa Eenergi Listrik

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia sehari-hari,.

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa

BAB III METODE PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salpanio, R. (2007), melakukan penelitian mengenai Audit Energi pada kampus

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah terbatas dan suatu saat akan habis. Hal ini menyebabkan harga listrik akan semakin mahal. Oleh karena itu sistem tata cahaya suatu bangunan harus direncanakan dengan baik. Melihat begitu pentingnya cahaya bagi manusia untuk beraktivitas, maka tidaklah mengherankan jika perencanaan cahaya pada bangunan juga memegang peranan penting bagi keberhasilan fungsi dari bangunan tersebut. Seorang Perencana dalam merencanakan bangunan, selalu mempertimbangkan pencahayaan bagi bangunan yang dirancangnya baik itu pencahayaan alamiah siang hari (sun lighting) maupun perencanaan pencahayaan buatan (artificial lighting). Pada pencahayaan alamiah siang hari (PASH), sumber cahaya didapat dari sinar matahari sehingga keberadaannya sangat tergantung dari keadaan alam serta posisi suatu daerah di bumi. Sehingga pengendalian pencahayaan alamiah tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sementara itu pencahayaan buatan tidak terpengaruh oleh perbedaan waktu, tempat, maupun musim. Hal mana tidak didapat pada pencahayaan alamiah. Pada umumnya pencahayaan buatan ini dipergunakan pada saat penerangan alamiah siang hari berada pada kekuatan minimum atau kurang memenuhi syarat. 1.2 Perumusan masalah 1. Bagaimana rancangan pencahayaan buatan pada ruangan yang sesuai memenuhi persyaratan. 2. Bagaimana merencanakan fasad tampilan luar pada bangunan. 1.3 Tujuan Merencanakan bentuk bangunan gedung dan pencahayaan buatan dalam ruangan pada bangunan gedung. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah : 1

a. Dapat dijadikan sebagai referensi tugas akhir untuk mahasiswa/i yang akan mengambil tugas akhir 3D desain interior untuk pencahayaan. b. Memperkenalkan bentuk bangunan gedung dan desain interior tersebut. c. Bisa menjadi salah satu bahan untuk memperlengkap dari tampilan sistem informasi grafis bagian pendidikan seperti yang telah dilakukan oleh Negara-Negara maju pada masa sekarang ini. 1.5 Batasan masalah Dalam penulisan tugas akhir ini agar tidak terjadi penyimpangan, maka penulis membatasi masalah yang akan direncanakan sebagai berikut : a. Penulis hanya mendesain bentuk gedung dan pencahayaan buatan ruangan dalam gedung. b. Perencanaan pencahayaan buatan hanya ditentukan didalam ruangan tertentu. c. Penulis tidak melakukan perencanaan anggaran biaya (RAB) pada banguan tersebut. 1.6 Keaslian Penelitian Terdapat penelitian yang membahas disain interior ruang batik secara umum, seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Desi (2007) dari Universitas Petra Surabaya dengan judul Konsep Perancangan Interior Batik Gajah Oleng. Dalam penelitian ini, terdapat penjelasan tentang pencahayaan pada galeri batik Gajah Oleng. Pencahayaan yang digunakan pada batik Gajah Oleng menggunakan kombinasi pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami masuk melalui jendela dan bukaan pintu dengan prosentase cahaya 20%. Jendela menggunakan lembaran UV Filtering Polyester Film agar cahaya dengan lembut ke dalam galeri. Pada ruang demo membatik menggunakan pencahayaan buatan lokal (intensitas besar untuk area kecil). Namun penelitian ini belum menggali lebih dalam mengenai pencahayaan buatan ruang membatik. Penulis di sini akan mencoba melakukan perencanaan pencahayaan buatan pada bangunan gedung dengan Berbagai kondisi. Dimana nantinya akan didapatkan hasil perencanaan tersebut 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Pada cuaca yang kurang baik dan malam hari, pencahayaan buatan sangat dibutuhkan. Perkembangan teknologi sumber cahaya buatan memberikan kualitas pencahayaan buatan yang memenuhi kebutuhan manusia. (Sumber : SNI 03-6575-2001 tata cara pencahayaan buatan pada bangunan gedung ) 2.2 Istilah dan definisi 1. Armature Rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang didalamnya, dilengkapi dengan peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan pengendali listrik. 2. Ballast Alat yang dipasang pada lampu TL dan lampu pelepasan gas untuk membatasi arus listrik dalam pengoperasian lampu-lampu tersebut. 3. Koefisien depresiasi Perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi baru. 4. Koefisien penggunaan Perbandingan antara fluks luminous yang sampai dibidang kerja terhadap fluks luminusyang dipancarkan oleh semua lampu 5. Renderasi warna Efek psikofisik suatu sumber cahaya atau lampu terhadap warna obyek-obyek yang diterangi, dinyatakan dalam suatu angka indeks yang diperoleh berdasarkan perbandingan dengan efek warna sumber cahaya referensi pada kondisi yang sama. 3

6. Rentang efikasi Rentang angka perbandingan antarafluks luminus dengan daya listrik masukan (lumen/watt) 7. Rugi-rugi ballast Rendemen atau kehilangan daya listrik (dalam watt) akibat pemasangan ballast. 8. Tingkat pencahayaan Tingkat pencahayaan pada bidang kerja 9. Umur individual teknik Sejumlah jam menyala setelah satu lampu mengalami kegagalan. 10. Umur minimum Umur lampu yang digariskan oleh pabrik, sebagai contoh lampu projector bioskop. 11. Umur pelayanan Umur lampu setelah fluks luminus turun pada suatu tingkat dimana lampu masih mengkomsumsi daya listrik secara penuh. 12. Umur rata-rata Umur teknis rata-rata dari suatu kelompok lampu. 13. Umur rata-rata pengenal Umur lampu setelah 50% dari suatu kelompok lampu mengalami kegagalan yang diuji pada laboratorium yang dikontrol kondisi kerja nya. 2.3 Kriteria perencangan 2.3.1 Tingkat Pencahayaan 1. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. 2. Koefisien Penggunaan (kp). Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armature, sebagian dipancarkan ke kearah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktor penggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. 4

Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor : 1). Distribusi intensitas cahaya dari armatur. 2). Perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur dengan keluaran cahaya dari lampu di dalam armatur. 3). Reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai. 4). Pemasangan armatur apakah menempel atau digantung pada langit-langit, 5). Dimensi ruangan. Besarnya koefisien penggunaan untuk sebuah armature diberikan 0,95. 3. Koefisien Depresiasi (penyusutan) (k d ). Koefisien depresiasi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau koefisien pemeliharaan, didefinisikan sebagai perbandingan antara tingakat pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi baru. Besarnya koefisien depresiasi dipengaruhi oleh : 1). Kebersihan dari lampu dan armatur. 2). Kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan. 3). Penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu penggunaan. 4). Penurunan keluaran cahaya lampu penurunan tegangan listrik. Besarnya koefisien depresiasi biasanya ditentukan berdasarkan estimasi. Untuk ruangan dan armatur dengan pemeliharaan yang baik pada umumnya koefisien depresiasi diambil sebesar 0,8. 4. Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan tertentu. Untuk menghitung jumlah armatur, terlebih dahulu dihitung fluks luminus total yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang direncanakan, dengan menggunakan persamaan : 5

F total E A kp kd (lumen)... 2.1 Kemudian jumlah armatur dihitung dengan persamaan : N dimana : Eratarata = tingkat pencahayaan rata-rata (lux) Ftotal A Kp Kd Ntotal F1 N total... 2.2 = Fluks luminous total dari semua lampu yang menerangi (lumen) = luas m2 = koefisien penggunaan = koefisien depresiasi (penyusutan) = jumlah armature (titik lampu) = fluks luminous satubuah lampu (pada kotak lampu) = jumlah lampu dalam satu armatur 5. Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai fungsi ruangan ditunjukan pada tabel 2.1 Ftotal F n 1 Tabel 2.1 : Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan (E) Tingkat Kelompok Fungsi ruangan Pencahayaan renderasi (lux) warna Rumah Tinggal : Teras 60 1 atau 2 Ruang tamu 120 ~ 250 1 atau 2 Ruang makan 120 ~ 250 1 atau 2 Ruang kerja 120 ~ 250 1 Kamar tidur 120 ~ 250 1 atau 2 Kamar mandi 250 1 atau 2 Dapur 250 1 atau 2 6

Tabel lanjutan 2.1 Garasi 60 3 atau 4 Perkantoran Ruang Direktur 350 1 atau 2 Ruang kerja 350 1 atau 2 Ruang komputer 350 1 atau 2 Ruang rapat 300 1 atau 2 Ruang gambar 750 1 atau 2 Gudang arsip 150 3 atau 4 Ruang arsip aktif 300 1 atau 2 Lembaga Pendidikan Ruang kelas 250 1 atau 2 Perpustakaan 300 1 atau 2 Laboratorium 500 1 Ruang gambar 750 1 Kantin 200 1 Hotel dan Restauran Lobby, koridor 100 1 Ballroom/ruang sidang. 200 1 Ruang makan 250 1 Cafetaria 250 1 Kamar tidur 150 1 atau 2 Dapur 300 Rumah Sakit/Balai pengobatan Ruang rawat inap 250 1 Sumber : SNI 03-6575-2001 2.4 Penurunan kinerja armature Kinerja armature berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan oleh : 1. Akumulasi debu atau kotoran lain pada permukaan refraktor maupun reflector 2. Perubahan warna kedua permukaan tersebut akibat bertambahnya umur, karena radiasi cahaya lampu atau korosi. Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jadwal pemeliharaa/pembersihan armature. Pada umumnya untuk menentukan jadwal ini, faktor biaya, kesesuaian waktu pelaksanaan dan efesiensi system pencahayaan menjadi faktor-faktor yang 7

harus di perhitungkan. Sebagai petunjuk, pada umumnya pembersihan dilakukan minimal setahun sekali (meskipun untuk tempat-tempat tertentu hal ini tidak cukup). Akan lebih baik apabila pembersihan ini dilakukan bersamaan waktunya dengan waktu penggantian lampu. 2.5 Pemeliharaan permukaan-permukaan ruangan. Lapisan debu dan kotoran yang menempel pada seluruh permukaan ruangan (dan kaca) akan mengurangi faktor refleksi (dan transmisi) cahaya yang berarti akan menurunkan tingkat pencahyaan di dalam ruangan tersebut. Kecepatan penurunan faktor refleksi ( dan faktor transmisi) bervariasi bergantung pada : 1. Tekstur permukaan 2. Kemiringan permukaan 3. Lokasi bangunan dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan 4. Pengaruh kondisi lingkungan (misalnya hujan) 5. Jadwal pembersihan dan renovasi. Pencahayaan pada bidang kerja di peroleh dari pencahayaan langsung armature dan pencahayaan difus pantulan pada langit-langit dan dinding. Oleh karena itu, pengaruh akumulasi debu pada permukaan terhadap tingkat pencahayaan pada bidang kerja akan lebih besar pada ruangan yang tidak menggunakan armature dengan distribusi cahaya langsung. 2.6 Penurunan fluks luminus. Ada dua faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan waktu penggantian lampu yaitu : penurunan fluks luminus lampu dan probabilitas putus nya lampu. Penilaian terhadap dua faktor ini sangat tergantung pada jenis lampu yang dipakai. Untuk lampu yang menggunakan filamen tungsten (lampu pijar, lampu halogen dan lampu pelepasan tekanan tinggi jenis merkuri tungsten) umumnya akan putus sebelum fluks luminusnya turun secara drastis. Oleh karena itu waktu penggantian lampu-lampu jenis ini lebih ditentukan oleh probabilitas putus nya lampu itu sendiri. Sedangkan untuk jenis lampu pelepasan lainnya pada umumnya sebelum putus akan mengalami penurunan fluks luminus secara drastis. Dengan demikian waktu penggantian ditentukan oleh penurunan fluks 8

luminus dan probabilitas putus nya lampu. Namun, meskipun lampu masih dapat menyala, sebaiknya diganti apabila penurunan fluks luminus secara ekonomis sudah tidak menguntungkan (± 60%). 2.7 Lampu 1. Spektrum cahaya Dalam pemilihan lampu, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna dan efek warna yang dinyatakan dalam indeks renderasi warna. Temperatur warna yang lebih besar dari 5300 Kelvin tampak warnanya dingin, 3300 ~ 5300 Kelvin tampak warnanya sedang dan lebih kecil dari 3300 Kelvin tampak warnanya hangat. Untuk perkantoran di Indonesia disarankan memakai temperatur warna lebih besar dari 5300 Kelvin atau antara 3300 ~ 5300 Kelvin. 2. Umur lampu dan depresiasi Ada beberapa cara untuk menentukan umur lampu, antara lain : a. Umur individual teknik b. Umur rata-rata c. Umur minimum d. Umur rata-rata pengenal Juga perlu dipertimbangkan keekonomisan lampu berdasarkan fluks luminus dan umur teknik, yaitu banyaknya jam menyala pada kombinasi antara depresiasi/pengurangan fluks luminus lampu dan kegagalan lampu. 2.8 Jenis lampu 1. Lampu pijar Lampu pijar menghasilkan cahaya dengan pemanasan listrik dari kawat filamennya pada tempratur yang tinggi. Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah tampak dari spektrum radiasi yang dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari fileman, bola lampu, gas pengisi dan kaki lampu (fitting). 9

Gambar 2.1 : Lampu pijar dan Diagram Alir Energi Lampu Pijar (Sumber : SNI 03-6575-2001) 2. Lampu Tungsten Halogen Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gas halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen bergabung pada dinding bola lampu membentuk molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bola lampu menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar bukan ditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat sambungan antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara tajam. 3. Lampu Neon Gambar 2.2 : lampu hologen tungsten (Sumber : SNI 03-6575-2001) 10

Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan 185nm. Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%. Tabung neon merupakan lampu katode panas, sebab katode dipanaskan sebagai bagian dari proses awal. Katodenya berupa kawat pijar tungsten dengan sebuah lapisan barium karbonat. Jika dipanaskan, lapisan ini akan mengeluarkan elektron tambahan untuk membantu pelepasan. Lapisan ini tidak boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang. Lampu menggunakan kaca soda kapur yang merupakan pemancar UV yang buruk. Jumlah merkurinya sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru menggunakan amalgam merkuri, yang kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini memungkinkan tekanan merkuri optimum berada pada kisaran suhu yang lebih luas. Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan luar ruangan karena memiliki fitting yang kompak. Gambar 2.3 : Lampu Neon (Sumber : SNI 03-6575-2001) 11

4. Lampu Neon Kompak Lampu neon kompak yang tersedia saat ini membuka seluruh pasar bagi lampu neon. Lampu - lampu ini dirancang dengan bentuk yang lebih kecil yang dapat bersaing dengan lampu pijar dan uap merkuri di pasaran lampu dan memiliki bentuk bulat atau segi empat. Produk di pasaran tersedia dengan gir pengontrol yang sudah terpasang (GFG) atau terpisah (CFN). Gambar 2.4 : lampu neon kompak (Sumber : SNI 03-6575-2001) 5. Lampu LED Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Ketika lampu LED memancarkan cahaya nampak pada gelombang spektrum yang sangat sempit, mereka dapat memproduksi cahaya putih. Hal ini sesuai dengan kesatuan susunan merah-biru - hijau atau lampu LED biru berlapis fospor. Lampu LED bertahan dari 40.000 hingga 100.000 jam tergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalu lintas, cahaya dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif. Walaupun masih dalam masa perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami kemajuan dan menjanjikan untuk masa depan. Pada cahaya sinyal lalu lintas, pasar yang kuat untuk LED, sinyal lalu lintas warna merah menggunakan lampu 10W yang setara dengan 196 LEDs, menggantikan lampu pijar yang menggunakan 150W. Berbagai perkiraan potensi penghematan energi berkisar dari 82% hingga 93%. Produk pengganti LED, diproduksi dalam berbagai bentuk termasuk 12

batang ringan, panel dan sekrup dalam lampu LED, biasanya memiliki kekuatan 2-5W masing-masing, memberikan penghematan yang cukup berarti dibanding lampu pijar dengan bonus keuntungan masa pakai yang lebih lama, yang pada gilirannya mengurangi perawatan. 13

3.1 Flowchart perencanaan BAB 3 METODELOGI ERENCANAAN Mulai Pengumpulan data Metode desain 1. Pembuatan desain pada bangunan 2. Pembuatan desain interior pada bangunan Perencanaan 1. Perhitungan titik lampu setiap ruangan 2. Rendring berupa format JPG Hasil Dan Pembahasan Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 3.1 : flowchart perencanaan 14

3.2 Studi pengumpulan data Adapun studi pengumpulan data yang akan direncanakan yaitu : 1. Menggambarkan bentuk bangunan dan ruangan pada bangunan gedung tersebut 2. Merencanakan letak beberapa komponen pada setiap ruangan 3.3 Metode desain Adapun metode desain yang akan direncanakan adalah : Pembuatan desain interior menggunakan aplikasi google sketchup 3.4 Perencanaan Adapun rencana yang akan dikerjakan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah memperhitungkan jumlah titik lampu yang akan digunakan pada setiap ruangan pada ruangan. 15

BAB 4 DATA DAN HASIL 4.1 Data Data yang di peroleh didapatkan dari hasil perhitungan tiap-tiap ruangan pada bangunan berdasar kan SNI 03-6575-2001 tata cara pencahayaan buatan pada bangunan gedung. Badan standart nasional BSN.jakarta. 1. Luas gedung : 243 M2 2. Jumlah lantai : 4 lantai 3. Jumlah ruangan tidur : 122 4. Jumlah ruangan makan bersama : 4 4.2 Hasil. Gambar 4.1 : Permodelan Rusunawa Politeknik Negeri Bengkalis Gambar 4.2 : Denah 2D Permodelan Rusunawa Politeknik Negeri Bengkalis 16

Gambar 4.3 : Denah 3D Permodelan Rusunawa Politeknik Negeri Bengkalis Gambar 4.4 : denah 2D kamar tidur 17

Gambar 4.5 : denah 3D kamar tidur 4.3 perhitungan pencahayaan kamar tidur Jenis lampu yang di gunakan Lampu Neon Kontak 20W 220-240V 1180 lumen Dimana : Erata rata = 250 A = 9 M 2 Kp = 0,95 Kd = 0,8 F1 = 1180 N = 3 Fluks luminous total : Ftotal = 250 x 9 0,95 x 0,8 = 2250 0,76 = 2960,5263 Lumen. 18

Jumlah armature dengan persamaan : Ntotal = 2960,53 1180 x 3 = 2961 3540 = 0,83 Jadi untuk kamar tidur dengan luas 9M 2 menggunakan lampu 20W dan 1 armatur. Gambar 4.6 : pencahayaan Buatan kamar tidur Keterangan : untuk pencahayaan pada meja belajar digunakan lampu LED meja belajar sebesar 5 Watt. 4.4 perhitungan pencahayaan kamar mandi Jenis lampu yang di gunakan Lampu Neon Kontak 5W 150-250V 250 lumen. 19

Gambar 4.7 : pencahayaan buatan kamar mandi Dimana : Erata rata = 250 A = 3 m2 Kp = 0,95 Kd = 0,8 F1 = 250 N = 2 Fluks luminous total : Ftotal = 250 x 3 0,95 x 0,8 = 750 0,76 = 986.84211 Lumen. Jumlah armature dengan persamaan : Ntotal = 986.84211 250 x 2 = 986.84211 500 = 1,974 Jadi untuk kamar mandi dengan luas 3 M 2 menggunakan lampu 5W dengan jumlah 1 armatur. 20

4.5 perhitungan pencahayaan ruang makan bersama luas 50 M 2 Jenis lampu yang di gunakan Lampu Neon Kontak 20W 220-240V 1180 lumen Dimana : Eratarata = 250 A = 50 Kp = 0,95 Kd = 0,8 F1 = 1180 N = 3 Fluks luminous total : Ftotal = 250 x 50 0,95 x 0,8 = 12500 0,76 = 16447,368 Lumen. Jumlah armature dengan persamaan : Ntotal = 16447,368 1180 x 3 = 16447 3540 = 4,646 Jadi untuk ruang makan bersama dengan luas 50 M 2 menggunakan lampu 20W dan 4 armatur. Gambar 4.8 : pencahayaan Buatan ruang makan bersama 21

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melaksanakan tugas akhir ini dengan judul Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung (Studi Kasus Rusunawa Politeknik Negeri Bengkalis). Didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. kamar tidur : lampu neon kontak 20W dengan jumlah 1armature 2. kamar mandi : lampu neon kontak 5W dengan jumlah 1 armature 3. ruang makan : lampu neon kontak 20W dengan jumlah 4 armature 5.2 Saran 1. Dimensi ruangan yang sering diperhaikan sudut pandang tata letak ruangan satu dengan ruangan lainnya sesuai jarak penglihatan mata manusia. 2. Dalam perencanaan pencahayaan tugas akhir ini selanjutnya bisa memperhitungkan pencahyaan alami, perhitungan pencahayaan exterior. 22