Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan, mempengaruhi pemikiran ekonomi yang berkembang di sekitar abad ke-18 di Eropa. Sebelum sistem pasar bebas, perekonomian di Amerika saat itu menganut sistem ekonomi merkantilisme, di mana pasar dikuasai oleh kaum pedagang yang bekerja sama dengan pemerintah. Sistem ini dirasakan tidak adil karena hanya menguntungkan para pedagang, sehingga secara beangsurangsur, masyarakat memilih untuk menggunakan sistem ekonomi pasar bebas yang mengandalkan invisible hand untuk mengarahkan ekonomi ke arah keseimbangan. Di Eropa pada saat itu kegiatan ekonomi terpusat pada aktivitas perdagangan dengan alasan bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara bisa menjadi kaya dan kuat adalah dengan melalui perdagangan. Pada prinsipnya, merkatilisme berusaha untuk meningkatkan jumlah ekspor dan mengurangi impor dan untuk itu menerapkan sistem proteksi ekonomi. Dengan adanya sistem proteksi ekonomi, negara akan mendapatkan pajak dari kegiatan perdagangan untuk menambah kekayaan negara. Untuk kebijakan dalam negeri, pemerintah mendukung adanya monopoli dari para saudagar yang bekerja sama dengan pemerintah dan menerapkan sistem ekonomi terpusat. Berlakunya sistem merkantilisme ini dirasa hanya menguntungkan penguasa atau pihak kerajaan dan para saudagar kaya saja. Sementara itu, banyak rakyat yang hidup miskin dan kekurangan karena rendahnya upah yang diberikan. Atas dasar penderitaan masyarakat inilah Adam Smith mengeluarkan buku The Wealth of Nations pada 1776. Semenjak buku The Wealth of Nations diterbitkan, terjadilah perubahan pandangan mengenai bagaimana suatu negara dapat menjadi kaya. Pada sistem merkantilisme, dipercaya negara dapat menjadi kaya dengan mengumpulkan harta dari perdagangan saja, sementara itu, ekonomi klasik dari Adam Smith menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi didapatkan dari peningkatan hasil produksi dari berbagai faktor produksi agar kesejahteraan dapat dicapai bersama. Rakyat yang memiliki kemampuan didorong untuk turut berproduksi sebebas-bebasnya. Dengan adanya kebebasan dalam berproduksi, individu juga memiliki hak untuk menentukan pilihan bagi dirinya sendiri dan adanya hak untuk bersaing. Ekonomi pasar ternyata membawa perubahan besar-besaran pada hasil perekonomian. Setelah terbitnya The Wealth of Nations, terjadi peningkatan pendapatan di Inggris, ditunjukan dengan grafik berikut dari Larry Wimmer yang terdapat dalam buku The Big Three in Economics: Adam Smith, Karl Marx, and John Maynard Keynes oleh Mark Skousen. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari The Wealth of Nations cukup signifikan dalam perekonomian Inggris pada saat itu dengan adanya kebebasan pasar.
Gambar 1 Kenaikan pendapatan riil per kapita, Inggris, 1100-1995 Sistem ekonomi pasar yang berkembang saat ini merupakan sistem ekonomi yang mengedepankan nilai-nilai kapitalisme dan liberalisme. Kedua nilai ini merujuk pada definisi yang berbeda satu sama lain. Kapitalisme sendiri berarti pemilik kapital berhak atas keuntungan yang sebesar-besarnya dari kapital yang ia miliki. Sementara liberalisme adalah paham bahwa ekonomi harus berjalan dengan sebebas-bebasnya, bahkan pada titik ekstremnya, pemerintah sama sekali tidak diperbolehkan untuk mengambil peran dalam ekonomi. Sebagai mazhab yang mendominasi sistem ekonomi dunia saat ini, ekonomi klasik tentunya banyak digunakan oleh negara di dunia. Penerapan teori ekonomi dari Adam Smith yang terkenal di antaranya adalah deregulasi yang dilakukan oleh Ronald Reagan dan Margaret Thatcher serta penerapan ideologi liberalisme di organisasi internasional di antaranya di World Bank dan International Monetary Fund. Ronald Reagan merupakan Presiden Amerika Serikat yang menggunakan teori Adam Smith bahwa peran pemerintah perlu dikurangi dalam perekonomian sebuah negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, kebijakan yang ia keluarkan dikenal dengan Reaganomics. Kebijakan utama Reaganomics pada saat itu antara lain mengurangi pertumbuhan pengeluaran pemerintah, mengurangi pajak, deregulasi, dan mengurangi inflasi dengan mengontrol pertumbuhan uang. Kebijakan untuk mengurangi
pajak ini terutama ditujukan untuk kalangan dengan pendapatan tinggi di Amerika dengan alasan bahwa akan ada trickle-down effect. 1 Di Indonesia, kebijakan pada zaman Orde Baru juga dipengaruhi dengan kepercayaan akan adanya trickle-down effect. Salah satunya adalah dengan menerapkan kebijakan deregulasi dan ekonomi terbuka dengan menerima investasi modal asing. Investasi asing di Indonesia dimulai sejak awal Orde Baru dengan keluarnya Undang-undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967. Dengan adanya hukum yang mengatur tentang investasi asing ini, para investor dapat berinvestasi dengan mudah dan nyaman di Indonesia. Namun demikian, ada ketentuan bagi investor asing yang akan menanamkan modalnya untuk bekerja sama dengan partner lokal. Freeport Sulfur, Kaiser Cement, dan Weyerhaeuser termasuk perusahaan-perusahaan Amerika pertama yang mengambil kesempatan untuk berinvestasi di Indonesia. Namun, investasi di sektor minyak memiliki kerangka hukum yang berbeda dengan kerangka hukum investasi secara umum dengan menggunakan kontrak bagi hasil (production-sharing contracts). Dalam perkembangannya, investasi asing dapat dikatakan tumbuh subur di Indonesia. Penanaman modal asing ini membawa Indonesia dalam peningkatan pendapatan negara, sehingga semasa Orde Baru, tingkat pertumbuhan ekonomi selalu berada di atas 5%. Sementara pertumbuhan ekonomi berjalan cukup baik, rupanya respon masyarakat atas bebasnya investasi asing di Indonesia tidak selalu positif, karena dianggap hanya menguntungkan etnis China di Indonesia yang memiliki modal besar. Puncaknya, saat terjadi Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari), mahasiswa melakukan demonstrasi saat kedatangan Perdana Menteri Jepang, memprotes dominasi asing. Akhirnya, regulasi diubah, setiap investasi asing harus bekerja sama dengan perusahaan domestik, pengetatan izin bagi ekspatriat, dan beberapa sektor ditutup dari investasi asing (Hollinger, 2002: 27). Dari perkembangan sistem ekonomi pasar, ternyata timbul berbagai permasalahan sosial karena sistem ini yang mengagungkan kekuatan dari orang-orang yang memiliki modal besar. Sistem ini menyebabkan timbulnya kemiskinan yang diciptakan secara struktural atau disebut dengan structural poverty. Bahwa sebenarnya, kemiskinan bukan disebabkan karena individu yang tidak berproduksi, malas atau tidak memiliki kemampuan, tetapi karena sistem ekonomi tidak memberikan kesempatan padanya untuk bisa tumbuh. Mengutip dari Amartya Kumar Sen (1981) bahwa kelaparan dapat terjadi karena ketidaksetaraan dalam membangun mekanisme distribusi makanan. Kemiskinan terjadi karena adanya kesempatan yang tidak merata. Di dalam sistem ekonomi yang kapitalis, orang-orang yang tidak memiliki modal tidak akan pernah dapat berproduksi secara optimal karena mereka tidak diberikan kesempatan untuk itu. Meskipun ada yang 1 Apabila orang dengan pendapatan tinggi mendapatkan kenaikan pendapatan, maka semua orang dalam ekonomi akan merasakan manfaatnya juga dengan meningkatnya pendapatan dan kekayaan untuk seluruh lapisan masyarakat. (Pettinger, 2014)
berpendapat bahwa kredit diciptakan untuk memberikan modal, pada kenyataannya, modal hanya diberikan kepada orang-orang yang memiliki modal karena bank tidak mau menanggung tingginya risiko gagal bayar dari calon kreditur yang tidak memiliki jaminan. Sebagai akibatnya, terjadi konsentrasi kekayaan yang terjadi hanya di level masyarakat golongan atas. Lebih jauh lagi, ini membentuk ekonomi yang mementingkan adanya pertumbuhan ekonomi, tapi tanpa adanya distribusi pendapatan. Sistem ekonomi yang demikian menjadi lebih parah lagi dengan adanya demokrasi kriminal yang berbiaya mahal. Kemiskinan struktural yang seharusnya bisa diatasi oleh pemerintah dengan adanya kebijakan-kebijakan yang pro-poor menjadi tidak dapat diwujudkan. Demokrasi kriminal ini sama dengan paham kapitalis, yaitu sama-sama menjadikan uang atau modal sebagai pemenang. Tidak saja pejabat pemerintah hasil demokrasi ini hanya mementingkan dirinya sendiri, mereka juga tidak segan-segan untuk melakukan tindak korupsi untuk mengembalikan modal yang mereka keluarkan untuk aktivitas kampanye di pesta demokrasi. Korupsi yang timbul karena proses demokrasi kriminal akan merusak setidaknya 2 hal, yaitu penegakan hukum dan alokasi sumber daya manusia. Penegakan hukum dilemahkan oleh orang-orang bermodal demi mencapai keuntungan pribadinya dan posisi-posisi strategis diisi oleh sumber daya yang tidak atau kurang kompeten di bidang tersebut. Sementara ekonomi konvensional berkembang subur di dunia, masalah-masalah di atas merupakan kekurangan sistem yang perlu diperbaiki. Sejak tahun 1970-an, mulai berkembang ekonomi Islam yang digadang-gadang dapat menjadi solusi dari kekurangan sistem yang berkembang saat ini. Ekonomi menurut Adam Smith memiliki perbedaan dengan ekonomi menurut Islam. Perbedaan paling mendasar antara keduanya adalah adanya perbedaan cara pandang di mana ekonomi konvensional menyebut manusia sebagai economic man dan sedangkan Islam menilai manusia sebagai Islamic man. Economic man merupakan istilah yang digunakan oleh teori ekonomi klasik yang menunjukkan penyebaran rasional individu dari tenaga kerja dan sumber daya dalam pasar untuk memenuhi self-interest bagi dirinya. 2 Sedangkan Islamic man menjelaskan bahwa manusia percaya dengan yang gaib atau dunia spiritual, sehingga membuat dirinya tidak terlalu terikat pada dunia yang bersifat material (Haneef, 1995: 113). Hal ini berimplikasi pada perilaku manusia dalam berekonomi, ia tidak hanya berusaha untuk mendapat self-interest, namun juga ia berkewajiban untuk memenuhi huquq. Huquq sendiri merupakan bahasa Arab dari bentuk jamak kata hak, artinya, manusia berkewajiban untuk memenuhi bukan hanya hak dari dirinya saja, tapi juga ada hak masyarakat, hak Tuhan, dan hak lingkungan. Tujuan economic man yang berusaha untuk mengejar self-interest adalah untuk mendapatkan kesejahteraan dunia, sedangkan Islamic man yang berusaha untuk memenuhi huquq akan berorientasi pada kesejahteraan dunia dan akhirat. 2 GORDON MARSHALL. "economic man." A Dictionary of Sociology. 1998. Diakses 28 Mei 2016 dari Encyclopedia.com: http://www.encyclopedia.com/doc/1o88-economicman.html
Sesuai dengan dua prinsip utama tersebut, maka dalam menyelesaikan permasalahan sistem ekonomi ada hal paling mendasar yang perlu dibenahi, yaitu memperbaiki perilaku manusianya bahwa manusia sebagai pelaku ekonomi perlu menyadari bahwa ia harus memenuhi huquq. Karena permasalahan ini disebabkan secara struktural, maka penyelesaiannya juga dilakukan secara struktural pada sistem yang berlaku. Pada dasarnya, sistem yang dibentuk nantinya seharusnya adalah sistem yang dapat menegakkan hukum. Hal lain yang diperlukan untuk menunjang hal itu adalah dengan memperbaiki kualitas pendidikan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Dan terakhir, akan terjadi reformasi perekonomian menuju sistem perekonomian yang lebih adil dengan kesempatan yang lebih merata pada seluruh lapisan masyarakat.