PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 33 TAHUN 2008

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN USAHA SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUP[ATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2013

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 5 TAHUN 2000 IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 21 TAHUN 2001 T E N T A N G PAJAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTAA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN IZIN GANGGUAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

B U P A T I B A L A N G A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET/ SRITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a. bahwa aktivitas pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya di tengah-tengah masyarakat saat ini semakin marak dan berkembang maka perlu adanya pengaturan dalam rangka pembinaan, pengendalian dan penertiban; b. bahwa guna terwujudnya keteraturan tata ruang serta mengeliminasi dampak dari pengelolaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya yang berdampak langsung kepada masyarakat serta dalam rangka menggali sumber pendapatan asli daerah untuk menjaring semua aktivitas usaha masyarakat perlu diatur dalam Peraturan Daerah; - 471 -

- 472 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004-472 -

- 473 - Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548), dan diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran - 473 -

- 474 - Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah; 15. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 100/Kpts-II/2003 tentang Pedoman Pemanfaatan Sarang Burung Walet (Collocalia spp); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 3); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat - 474 -

- 475 - Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT dan BUPATI KOTAWARINGIN BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET/ SRITI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat; - 475 -

- 476-2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 5. Dinas Kehutanan adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Barat; 6. Dinas Pertanian dan Peternakan adalah Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Barat; 7. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat; 8. Badan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut BLH adalah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat; 9. Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti adalah Izin yang diberikan oleh Bupati kepada setiap orang atau badan untuk dapat melakukan kegiatan di bidang pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya; 10. Pengelolaan Sarang Burung Walet/ Sriti adalah rangkaian pembinaan habitat alami dan di luar habitat alami pengendalian burung walet/ sriti dan sejenisnya di habitat alami; 11. Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti adalah kegiatan pengambilan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya di habitat alami dan di luar habitat alami; 12. Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya adalah sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya yang berada dalam habitat alami maupun yang telah dibudayakan oleh manusia; - 476 -

- 477-13. Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya adalah satwa liar yang termasuk marga collocalia yaitu burung walet/ sriti dan sejenisnya yang digunakan/ dimanfaatkan sarangnya; 14. Pengambilan Sarang Burung Walet/ Sriti adalah serangkaian kegiatan pengambilan/ memanen sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya pada habitat alami maupun yang hidup dan berkembang yang diusahakan serta dibudidayakan oleh manusia; 15. Habitat Alami Burung Walet/ Sriti adalah lingkungan tempat burung walet/ sriti dan sejenisnya hidup dan berkembang secara alami; 16. Di Luar Habitat Alami Burung Walet/ Sriti adalah lingkungan tempat burung walet/ sriti dan sejenisnya hidup dan berkembang yang diusahakan dan dibudidayakan; 17. Lokasi adalah suatu kawasan tempat tertentu di mana terdapat sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya baik pada habitat alami maupun di luar habitat alami yang diusahakan oleh manusia berupa rumah, bangunan dan tempat lainnya yang dipergunakan untuk pemeliharaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya; 18. Penemu Goa Sarang Burung Walet/ Sriti adalah seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh masyarakat sekitar sebagai penemu goa sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya; 19. Kawasan Konservasi adalah kawasan yang dilindungi atau dilestarikan; 20. Kawasan Hutan Negara adalah kawasan hutan lindung, hutan produksi dan kawasan pelestarian alam; 21. Badan adalah semua bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV) dan perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Firma, Koperasi, Yayasan serta badan usaha lainnya; - 477 -

- 478-22. SATS-DN dan SATS-LN adalah Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (DN) dan Luar Negeri (LN); 23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; 24. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan Penyidikan; 25. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah tempat pelayanan jasa diselenggarakan. Pasal 3 Dengan nama Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti, dipungut atas jasa pelayanan perizinan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. - 478 -

- 479 - Pasal 4 Objek Retribusi adalah pelayanan perizinan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. Pasal 5 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang memanfaatkan jasa pelayanan perizinan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN IZIN Pasal 6 (1) Peraturan Daerah ini disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dan kepastian hukum dalam rangka pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat. (2) Tujuan pemberian izin adalah : a. Memberikan dasar hukum untuk Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya agar iklim usaha berjalan dengan baik, lancar, tertib dan aman, memberikan kenyamanan berusaha serta mencegah persaingan tidak sehat; b. Memberikan dasar hukum bagi pembinaan dan pengawasan Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya, guna menjaga kelestarian lingkungan hidup, kelestarian - 479 -

- 480 - habitat dan populasi burung walet atau sejenisnya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. Sebagai dasar hukum pembuatan Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya agar menjadi salah satu Sumber pendapatan Asli Daerah (PAD). BAB IV LOKASI SARANG BURUNG WALET/ SRITI DAN SEJENISNYA YANG DAPAT DIBERIKAN IZIN Pasal 7 (1) Pengelolaan dan atau pengusahaan sarang burung walet sriti dan sejenisnya dapat diberikan izin pada lokasi : a. Habitat alami; b. Di luar habitat alami. (2) Lokasi habitat alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Kawasan Hutan Negara; b. Kawasan Konservasi; c. Goa Alam dan atau di luar kawasan yang tidak dibebani hak milik perorangan atau adat. (3) Lokasi di luar habitat alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bangunan milik pribadi, badan atau pemerintah yang dirancang/ didesain khusus untuk pengelolaan dan atau pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. - 480 -

- 481 - BAB V GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 8 Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti digolongkan Retribusi Perizinan Tertentu. BAB VI CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 9 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan kebijakan Pemerintah Daerah dalam mempertimbangkan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat serta aspek keadilan. BAB VII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 10 Atas jasa pelayanan pemberian izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 Peraturan Daerah ini, dikenakan retribusi sebagai berikut : - 481 -

- 482 - Tarif No. Jenis Izin Baru Perpanjangan 1 2 3 4 1. Izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti di luar habitat alami (pada habitat buatan) : 1) Di Kelurahan-Kelurahan yang berada di Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Kumai. 2) Di Kelurahan-Kelurahan yang berada di Kecamatan selain Kecamatan Arut selatan dan Kecamatan Kumai. 3) Di Desa-Desa di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat. 2. Izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya di habitat alami. Rp. 7.500.000,- Rp. 5.000.000,- Rp. 3.500.000,- Rp. 3.300.000,- Rp. 6.000.000,- Rp. 4.000.000,- Rp. 2.000.000,- Rp. 3.300.000,- 3. Balik Nama Izin : a. Izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti di luar habitat alami (pada habitat buatan) : 1) Di Kelurahan-Kelurahan yang berada di Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Kumai. 2) Di Kelurahan-Kelurahan yang berada di Kecamatan selain Kecamatan Arut selatan dan Kecamatan Kumai. 3) Di Desa-Desa di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat. b. Izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya di habitat alami. Rp. 7.500.000,- Rp. 5.000.000,- Rp. 3.500.000,- Rp. 3.300.000,- - - - - - 482 -

- 483 - BAB VIII TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 11 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB IX TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 12 (1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Tata cara pembayaran dan tempat pembayaran diatur dengan Keputusan Bupati. (4) Tata cara penyetoran sesuai dengan aturan aliran kas ke kas daerah yang berlaku. - 483 -

- 484 - BAB X KETENTUAN PEMBERIAN IZIN Bagian Pertama Persyaratan Pasal 13 Setiap orang dan atau badan untuk mendapatkan Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Dinas Kehutanan yang berada di lokasi habitat alami dan Dinas Pertanian dan Peternakan yang di luar habitat alami dengan melampirkan/ memenuhi persyaratan : a. Proposal pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya; b. Surat Pernyataan bahwa yang bersangkutan sanggup menaati persyaratan teknis; c. Surat Pernyataan bahwa yang bersangkutan sanggup melakukan kelola lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d. membuat home industri untuk penyortiran/ pembersihan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya hasil pemanenan sebelum dikirim ke luar daerah; e. Surat Pernyataan bahwa yang bersangkutan sanggup membayar pajak hasil pengambilan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya kepada daerah berdasarkan Peraturan Daerah yang ditetapkan; - 484 -

- 485 - f. gambar/ peta lokasi yang menunjukkan luas areal dan batas-batas/ titiktitik koordinat secara jelas dalam skala 1 : 1000; g. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); h. Akta Pendirian Perusahaan dan atau bukti identitas Pemohon; i. membayar Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya. Pasal 14 Selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 setiap orang dan atau badan yang mengelola dan mengusahakan sarang burung wallet/ sriti dan sejenisnya di luar habitat alami wajib melampirkan/ memenuhi persyaratan : a. Surat Izin Gangguan (HO), Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Tempa Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); b. Surat Rekomendasi dari Bapedalda terhadap dokumen lingkungan, UKL dan UPL yang disusun; c. Surat Rekomendasi dari Dinas Kesehatan; d. mendapatkan persetujuan/ adanya pernyataan tidak keberatan dari warga masyarakat di sekitar bangunan yaitu minimal 80 % (delapan puluh prosen) dari pemilik rumah dan pengurus fasilitas umum seperti tempat ibadah dan sarana pendidikan yang berada dalam radius 100 (seratus) meter dari bangunan yang diketahui oleh Ketua RT, Lurah/ Kepala Desa dan Camat setempat; e. Tanda pelunasan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); - 485 -

- 486 - f. Memiliki tempat pengolahan limbah/ kotoran burung walet/ sriti dan sejenisnya; g. Surat Pernyataan bahwa yang bersangkutan sanggup memberikan bantuan atau santunan kepada warga masyarakat di sekitar bangunan setiap bulan dengan kemampuan keuangan pemegang izin, serta berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kelurahan/ desa/ Rukun Tetangga (RT) setempat; h. Surat Pernyataan bahwa yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap seluruh biaya yang timbul dari dampak pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. Bagian Kedua Mekanisme dan Proses Pemberian Izin Pasal 15 (1) Permohonan Izin beserta lampirannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan 14 wajib diterima dan dilakukan pencatatan secara administratif oleh Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan untuk kemudian dilaksanakan penelitian di lokasi secara koordinasi serta pembahasan oleh Tim Teknis. (2) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan oleh Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan dalam Berita Acara disertai Rekomendasi dapat diterima atau ditolak Permohonan Izin. - 486 -

- 487 - (4) Sesuai Rekomendasi Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bupati selanjutnya memberikan izin atau menolak permohonan izin. (5) Bentuk Surat Izin dan Surat Penolakan Permohonan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (6) Jangka waktu penerbitan Izin atau Penolakan Permohonan Izin paling lama adalah 2 (dua) bulan sejak berkas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima oleh Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan. Bagian Ketiga Penolakan Permohonan Izin Pasal 16 Permohonan Izin dapat ditolak oleh Bupati sesuai Rekomendasi Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan apabila : a. Tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan pasal 14; b. Memberikan keterangan pada persyaratan permohonan izin secara tidak benar; c. Kegiatan akan menimbulkan dampak lingkungan; d. Lokasi tidak sesuai peruntukannya. - 487 -

- 488 - BAB XI MASA BERLAKUNYA IZIN Pasal 17 Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya diberikan oleh Bupati untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang lagi sebelum 3 (tiga) bulan masa berlakunya habis. BAB XII KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN Pasal 18 (1) Pemegang Izin berkewajiban menaati semua ketentuan yang berlaku baik yang dipersyaratkan saat permohonan izin maupun persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan serta bergabung dalam Asosiasi Pengusaha Sarang Burung Walet/ Sriti dan sejenisnya di Daerah. (2) Bangunan yang telah berdiri untuk pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet di perkotaan dan di permukiman padat penduduk yang telah mendapatkan izin sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini maka pemegang izin yang bersangkutan wajib mengurus kembali izinnya sesuai persyaratan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini dan terlebih dahulu mengurus persyaratan pendukung sebelum izin diterbitkan. (3) Pemilik bangunan yang telah mempergunakan bangunannya untuk pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet di perkotaan dan di - 488 -

- 489 - permukiman padat penduduk sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini yang belum mendapatkan izin, dapat diberikan izin dengan melengkapi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini dan terlebih dahulu mengurus persyaratan pendukung sebelum izin diterbitkan. (4) Selain memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemegang Izin yang mempunyai Lokasi Sarang Burung Walet/ Sriti dan Sejenisnya Di Luar Habitat Alami wajib : a. Menjaga ketenteraman masyarakat di sekitar bangunan dengan mematikan pengeras suara pemanggil burung wallet/ sriti dan sejenisnya pada saat masjid/ surau di sekitar bangunan mengumandangkan adzan sampai sholat berjamaah selesai dan antara pukul 17.30 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB dan membuat laporan pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan UPL, UKL; b. Menjaga kebersihan lingkungan serta melakukan pengolahan limbah/ kotoran burung walet/ sriti dan sejenisnya sesuai ketentuan dan membuat laporan pengelolaan lingkungan berpedoman pada UKL dan UPL; c. Menjaga keindahan seperti mengecat bangunan dengan warna yang cerah; d. Mempergunakan lantai bawah bangunan yang terletak di tepi jalan umum atau di tengah perkampungan padat penduduk untuk keperluan tempat tinggal atau tempat usaha; e. Memenuhi perjanjian kerja, keselamatan kerja dan jaminan sosial bagi karyawan/ pekerja; f. Menyediakan alat pemadam api dan obat-obatan (P3K); - 489 -

- 490 - BAB XIII PEMBATALAN/ PENCABUTAN IZIN Pasal 19 Bupati dapat membatalkan/ mencabut Izin apabila Pemegang Izin : a. tidak memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam perizinan; b. Memindahtangankan izin tanpa persetujuan bupati; c. Melakukan perluasan areal lokasi tanpa persetujuan bupati; d. Memberikan keterangan tidak benar atas hasil pemanenan/ pengambilan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya; e. Tidak membuat home industri untuk penyortiran/ pembersihan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya hasil pemanenan sebelum dikirim ke luar daerah; f. Tidak melakukan pengolahan limbah/ kotoran burung walet/ sriti dan sejenisnya sesuai ketentuan; g. Dalam melakukan kegiatannya telah melanggar peraturan perundangundangan yang berlaku, meresahkan masyarakat, merusak keindahan tata kota dan atau mencemarkan lingkungan yang membahayakan kelangsungan makhluk hidup; h. Tidak melakukan kegiatan usaha selama 1 (satu) tahun setelah surat izin diterbitkan; i. Melakukan pelanggaran teknis yang dapat mengancam dan membahayakan lingkungan serta kesehatan masyarakat sekitar bangunan. - 490 -

- 491 - Pasal 20 Pemegang Izin yang menutup atau menghentikan kegiatan usahanya wajib memberitahukan secara tertulis dan mengembalikan Surat Izin kepada Bupati melalui Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah menutup atau menghentikan kegiatan usaha. BAB XIV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 21 (1) Bupati melalui Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan dan instansi teknis melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. (2) Bupati melalui Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan melakukan pengawasan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. BAB XV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 22 (1) Penemu sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya di habitat alami wajib melaporkan penemuannya kepada Bupati dengan disertai surat keterangan dari Lurah/ Kepala Desa setempat yang diketahui Camat untuk dibuatkan surat pengesahan atas penemuannya. - 491 -

- 492 - (2) Penemu sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan prioritas untuk mengelola dan mengusahakan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya. (3) Penemu sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat bekerja sama atau menyerahkan pengelolaan dan pengusahaannya kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan Bupati. BAB XVI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 23 (1) Pemegang Izin diberi peringatan tertulis oleh Tim Teknis apabila : a. Melanggar ketentuan dalam Pasal 18 ayat (4); b. Tidak menaati persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Tim Teknis melalui Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan. (3) Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing peringatan adalah 1 (satu) bulan. (4) Apabila Pemegang Izin tidak mengindahkan peringatan tertulis Tim Teknis sampai 3 (tiga) kali berturut-turut, maka Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan membuat Surat Rekomendasi untuk pembatalan/ pencabutan Izin kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Tim Teknis. - 492 -

- 493 - (5) Sesuai Surat Rekomendasi dari Dinas Kehutanan/ Dinas Pertanian dan Peternakan, selanjutnya Bupati melakukan pembatalan/ pencabutan Izin. BAB XVII KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Setiap orang atau badan yang mengelola dan atau mengusahakan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya tanpa izin tertulis dari Bupati diancam pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan. (2) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Pemerintah Daerah diancam pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan. (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) adalah pelanggaran. (4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) disetor ke kas daerah. Pasal 25 Selain pidana kurungan dan atau denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), Bupati dapat memerintahkan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kotawaringin Barat dan atau Polisi Hutan Dinas Kehutanan untuk melakukan penyegelan atau penutupan lokasi/ bangunan. - 493 -

- 494 - BAB XVIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 26 (1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena kewajibannya mempunyai wewenang : a. Memperhatikan surat tugas setiap melakukan kegiatan penyidikan. b. Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. c. Mempelajari laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. d. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian. e. Menyuruh berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. f. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. g. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat atau benda. h. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka. i. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. - 494 -

- 495 - j. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. k. Mengadakan penghentian penyidikan. l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) membuat Berita Acara setiap tindakan tentang : a. Pemeriksaan tersangka; b. Pemasukan rumah; c. Penggeledahan rumah/ tempat-tempat tertutup; d. Penyitaan benda/ barang bukti; e. Pemeriksaan surat; f. Pemeriksaan saksi; g. Pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkannya kepada penuntut Umum dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Pengadilan Negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - 495 -

- 496 - BAB XIX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2004 Nomor : 2, Seri : C) dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 28 (1) Setiap orang dan atau badan yang telah memiliki izin untuk pengelolaan dan atau pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini wajib mengajukan Permohonan Izin baru dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. (2) Kewajiban mengajukan Permohonan Izin dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini juga berlaku bagi setiap orang dan atau badan yang belum memiliki izin tetapi telah melakukan pengelolaan dan atau pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya di Daerah. (3) Sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat tentang Bangunan Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Bangunan dan Izin Mendirikan Bangunan maka IMB yang telah dipergunakan untuk pengelolaan dan atau pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya tetap berlaku dan dapat dipergunakan untuk - 496 -

- 497 - melengkapi persyaratan pengurusan izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dengan tetap harus melampirkan Surat Izin Gangguan (HO) dan mendapatkan persetujuan/ adanya pernyataan tidak keberatan dari warga masyarakat di sekitar bangunan yang dipergunakan untuk pengelolaan dan atau pengusahaan sarang burung walet/ sriti dan sejenisnya yaitu minimal 80 % (delapan puluh prosen) dari pemilik rumah dan pengurus fasilitas umum seperti tempat ibadah dan sarana pendidikan yang berada dalam radius 100 (seratus) meter dari bangunan tersebut yang diketahui Ketua RT, Lurah/ Kepala Desa dan camat setempat. BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. - 497 -

- 498 - Pasal 30 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal 14 Juli 2008 BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, ttd H. UJANG ISKANDAR, ST, M.Si Diundangkan di Pangkalan Bun pada tanggal 15 Juli 2008 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, ttd Drs. BUDASMAN, M.Si NIP. 010 163 741 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2008 NOMOR 22. - 498 -