BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

METODOLOGI PENELITIAN. aspek-aspek yang relevan dengan fenomena dari dua perspektif, baik dari sisi

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

Nama : Uthary Maladhika NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Budiasih, SE., MMSI

BAB V PENUTUP. Devisa periode dengan menggunakan metode RGEC adalah sebagai

III. METODE PENELITIAN. dan evaluatif, yaitu dengan menganalisis penilaian sendiri (self assessment)

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

Penilaian Tingkat Kesehatan PT. Bank QNB Indonesia Tbk Periode Menggunakan Metode RGEC

AGUS KURNIAWAN( ) & SUSILOWATI DYAH KUSUMANINGTYAS SE. MM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk. DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan


BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

Maria Sibuea EB11 Pembimbing : Agustin Rusianasari, SE., MM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK (PENDEKATAN RGEC) PADA BANK RAKYAT INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Analisis. tingkat kesehatan

1. Penilaian tingkat kesehatan bank dilihat dari faktor Risk Profile pada periode 2013 menunjukkan Bank Syariah Mandiri masuk kategori sangat sehat,

Rahmah Febrina Dwiatmanto M G Wi Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

ANALISI TINGKAT KESEHATAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA. TBK DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

perbankan syariah dan juga pada tata kelola perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada sektor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB III. Metode Penellitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Central Asia, Tbk dan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS DAN RGEC PADA PT. BANK XXX PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik saat ini maupun untuk masa mendatang, maka kesehatan bank harus

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

AKUNTABEL 15 (1),

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. nasional yang terdaftar di OJK (otoritas jasa keuangan) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

Tessa Aulia Rahman Nengah Sudjana Zahroh ZA Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

I. PENDAHULUAN. kemampuan kerja dan kemampuan-kemampuan lainnya. Pesatnya pertumbuhan perbankan di Indonesia menyebabkan diperlukannya

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN RGEC PADA PT. BANK BNI (PERSERO), TBK PERIODE Nama : Darel Akhir Syawal NPM : Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting karena sifatnya sebagai lembaga intermediasi yaitu bertindak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN RISK PROFILE

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian ini yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bank Mandiri Tbk ditinjau dari Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan

BAB I PENDAHULUAN. modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama seperti pernyataan Pandia. mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.

RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, CAPITAL (RGEC) METHOD SEBAGAI INSTRUMEN PENGUKUR TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance, Earnigs, Capital).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

Fungki Prastyananta Muhammad Saifi Maria Goretti Wi Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

Transkripsi:

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN A. GambaranUmum Objek dari penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia periode 2011-2013. Dari seluruh populasi yang ada, diambil beberapa bank sebagai sampel melalui metode purposive sampling dengan kriteria selama periode 2011 2013 bank tersebut mempublikasikan laporan keuangan triwulannya. Sehingga dari 11 Bank Umum Syariah di Indonesia yang memenuhi syarat sebagai sampel sebanyak 5 bank. Pemilihan tahun 2011-2013 sebagai periode pengamatan bertujuan untuk mengkaji kondisi dan model perhitungan kesehatan bank berdasarkan data dan peraturan terbaru. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank. B. Analisis Hasil Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bank Wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan menggunakan pendekatan berdasarkan resiko (Risk Based Bank Rating). Dalam penelitian ini penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dilakukan dengan menilai empat aspek yaitu Risk Profile 48

49 (Resiko Kredit dan Resiko Pasar), Good Corporate Governance, Earnings dan Capital. Risk Profile yang merupakan penilaian terhadap resiko inheren dalam aktivitas operasional bank. Good Corporate Governance (GCG) yang merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Earnings yang meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas dan manajemen rentabilitas. Capital yang meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan modal. Penilaian dilakukan dengan cara menghitung rasio masing masing aspek yang diteliti. Data untuk perhitungan rasio-rasio tersebut diperoleh dari data laporan keuangan tahun 2011 2013. Berikut ini adalah analisa hasil perhitungan masing masing sub indikator untuk RGEC :

50 TABEL 4.1 Peringkat Kesehatan Bank Umum Syariah Nama Bank Risk Profile Earnings Capital Good Corporate Governance NPL (Resiko Kredit) MR (Resiko Pasar) ROA REO (BOPO) Skor NK PK Skor NK PK Skor NK PK Skor NK PK Skor NK PK Skor NK PK BNI 2,19% 2 Low to moderate 18,56% 1 Low 1,408 1 Sangat Baik 1,46% 2 83,61% 2 18,74% 1 Sangat BRI 2,70% 2 Low to moderate 15,25% 1 Low 1,433 1 Sangat Baik 0,80% 3 Cukup 89,70% 5 Tidak 15,25% 1 Sangat MEGA 2,77% 2 Low to moderate 13,21% 1 Low 1,921 2 Baik 2,60% 1 Sangat 83,58% 2 13,21% 1 Sangat PANIN 0,38% 1 Low 46,00% 1 Low 1,55 2 Baik 1,34% 2 76,80% 1 Sangat 46,00% 1 Sangat BCA 0,26% 1 Low 40,07% 1 Low 1,75 2 Baik 0,78% 3 Cukup 90,86% 5 Tidak 40,07% 1 Sangat Keterangan : NK = Nilai Komposit PK = Predikat Komposit Sumber : Data Diolah & Lampiran - Lampiran 50

51 1. Risk Profile yang diproksikan dengan resiko kredit dan resiko pasar. a. Resiko kredit merupakan potensi kerugian pada pemberian pinjaman yang disebabkan kegagalan peminjam (counterparty) dalam menyelesaikan kewajibanya dengan baik sesuai syarat-syarat yang telah disepakati. Pengukuran resiko kredit tetaplah penting sebagai langkah antisipatif bagi bank dalam mengukur potensi kegagalan konsumen dalam memenuhi kewajibannya. Potensi kegagalan / kerugian ini dapat diukur menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan). Besarnya nilai NPL suatu bank dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Kredit Bermasalah NPL = X 100% Total Kredit Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rasio NPL Bank Panin Syariah dengan rata rata NPL pada tahun 2011 2013 sebesar 0,38% dan Bank BCA Syariah dengan rata rata NPL pada tahun 2011 2013 sebesar 0,26% mendapat predikat Low artinya dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari resiko kredit tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu dimasa datang atau dengan kata lain, kemungkinan Bank Panin Syariah dan Bank BCA Syariah dalam mengalami kerugian dari kredit bermasalah sangat rendah.. Sedangkan rata rata NPL tahun 2011 2013 Bank BNI Syariah sebesar 2,19%,

52 Bank BRI Syariah sebesar 2,70% dan Bank Mega Syariah Sebesar 2,77% maka ketiga bank tersebut mendapat predikat Low to moderate artinya dalam mengalami kerugian dari kredit bermasalah relatif rendah sampai sedang. b. Resiko Pasar adalah resiko pada posisi neraca dan rekening termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk resiko perubahan harga option. Resiko pasar antara lain meliputi resiko suku bunga, resiko nilai tukar, resiko ekuitas dan resiko komoditas. Resiko pasar diukur menggunakan rasio MR (Mengcover Resiko / Manajemen Resiko ) dengan rumus sebagai berikut : Ekses Modal MR = X 100% ATMR Pasar Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rasio MR pada tahun 2011 2013 menunjukkan rata rata MR bank BNI Syariah sebesar 18,56%, Bank BRI Syariah sebesar 15,25%, Bank Mega Syariah sebesar 13,21%, Bank Panin Syariah sebesar 46,00% dan Bank BCA Syariah sebesar 40,07% mendapat predikat Low dimana kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari resiko pasar tergolong sangat rendah. 2. Good Corporate Governance (GCG) adalah sekumpulan hukum, peraturan dan kaidah kaidah yang wajib dipenuhi dan dapat mendorong kinerja sumber sumber perusahaan untuk bekerja secara efisien, menghasilkan

53 nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Hasil penelitian GCG merupakan data sekunder yang peneliti dapatkan dalam annual report yang dipublikasikan. Pada tahun 2011 2013 Bank Mega, Panin dan BCA syariah mendapat baik karena rata rata GCG Bank Mega Syariah sebesar 1,921, Bank Panin Syariah sebesar 1,55 dan Bank BCA Syariah sebesar 1,75 artinya apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip GCG, maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen bank. Sedangkan rata rata GCG yang diperoleh Bank BNI Syariah sebesar 1,408 dan Bank BRI Syariah sebesar 1,433 ini mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan GCG yang secara umum sangat baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang sangat memadai atas prinsip-prinsip GCG. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip-prinsip GCG, maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan dan dapat segera dilakukan perbaikan. 3. Earnings yang diproksikan dengan ROA dan BOPO. a. Dalam penilaian ini, untuk mendapatkan rasio profitabilitas bank digunakan analisis Return On Asset (ROA). ROA digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan secara relatif yang dibandingkan dengan nilai total asetnya. Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut :

54 Laba Sebelum Pajak ROA = X 100% Total Aktiva Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat pada tahun 2011 2013 rata rata rasio ROA yang diperoleh oleh Bank BNI Syariah sebesar 1,46%, Bank Panin Syariah sebesar 1,34% mendapat predikat sehat. Rata rata rasio ROA Bank BRI syariah sebesar 0,80% dan Bank Bank BCA Syariah sebesar 0,78%. Mendapat predikat cukup sehat sedangkan rata rata rasio ROA Bank Mega Syariah sebesar 2,60% mendapat predikat sangat sehat yang mencerminkan kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba dimasa datang sangat tinggi. b. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) adalah efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. BOPO dapat diukur menggunakan rasio REO (Rasio Efisiensi Operasional). Besarnya nilai REO suatu bank dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Beban Operasional REO = X 100% Pendapatan Operasional Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tahun 2011 2013 Bank BRI dan Mega Syariah mendapat predikat sehat artinya bank mampu

55 mengefisiensikan biaya atau mengendalikan biaya operasionalnya dengan rata rata nilai REO Bank BNI Syariah sebesar 83,61% dan Bank Mega Syariah sebesar 83,58%. Rata rata rasio REO tahun 2011 2013 Bank BRI Syariah sebesar 89,70% dan Bank BCA Syariah sebesar 90,86%, dengan rata rata yang diperoleh kedua bank tersebut maka predikat yang didapat adalah tidak sehat artinya pendapatan yang diterima lebih kecil dari biaya operasional yang dikeluarkan. Sedangkan rata rata rasio REO pada tahun 2011 2013 Bank Panin Syariah sebesar 76,80% mendapatkan predikat sangat sehat artinya bank sangat mampu mengendalikan biaya operasionalnya agar keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. 4. Capital dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan indiaktor terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Besarnya nilai CAR suatu bank dapat dihitung ebagai berikut : Jumlah Modal CAR = X 100% Jumlah ATMR Dari tabel 4.1 dapat dilihah bahwa rasio CAR menunjukkan kelima bank yang dijadikan sebagai sampel semuanya mendapat predikat sangat sehat dimana bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang sangat memadai relatif terhadap profil resikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik,

56 skala usaha dan kompleksitas usaha bank karena rata rata rasio CAR tahun 2011 2013 Bank BNI Syariah sebesar 18,74%, Bank BRI Syariah sebesar 15,25%, Bank Mega Syariah sebesar 13,21%, Bank Panin Syariah sebesar 46,00% dan Bank BCA Syariah sebesar 40,07%. C. Pembahasan 1. Risk Profile (Profil Resiko) a. Resiko Kredit TEBEL 4.2 Ringkasan Pembahasan Risk Profile (Resiko Kredit) Aspek Nama Bank MIN MAX Rata-rata Predikat Risk Profile a) Resiko Kredit = NPL (Non Performing Loan) BNI 1,53% 3,15% 2,19% Low to moderate BRI 2,24% 3,49% 2,70% Low to moderate MEGA 2,27% 3,49% 2,77% Low to moderate PANIN 0,00% 0,86% 0,38% Low BCA 0,06% 1,74% 0,26% Low Sumber : data diolah (lampiran 2 6) Selama periode 2011 2013 rata rata tingkat NPL Bank Umum Syariah berada dibawah 5%. Rata rata rasio NPL Bank BNI Syariah pada tahun 2011-2013 sebesar 2,19% dengan nilai minimum sebesar 1,53% dan nilai maksimum sebesar 3,15%. Rata rata rasio NPL Bank BRI Syariah sebesar 2,70% dengan nilai minimum 2,24% dan minimum 3.49%. Rata rata rasio NPL Bank Mega Syariah sebesar 2,77% dengan nilai minimum 2,27% dan maksimum 3,49%. Dengan

57 angka rata-rata tersebut Bank BNI, BRI dan Mega Syariah memiliki tingkat NPL yang rendah sampai sedang dan memenuhi peraturan Bank Indonesia. Rata rata rasio NPL bank Panin Syariah tahun 2011-2013 sebesar 0,38%, dengan nilai minimum sebasar 0,00% dan maksimum 0,86%. Rata rata bank BCA Syariah sebesar 0,26% dengan minimum 0,06% dan maksimum 1,74%. Rata rata kedua bank tersebut memiliki nilai NPL yang rendah. Sektor perbankan pada tahun 2011 2013 dapat dikatakan baik karena rata rata tingkat NPL dari kelima bank yang dijadikan sampel dibawah 5% sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang mengharuskan bank bank untuk menjaga tingkat NPL dibawah angka 5%. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 2013 mayoritas sektor perbankan di Indonesia memiliki tingkat NPL yang rendah sampai sedang. Nilai NPL terbesar dimiliki oleh Bank Mega Syariah sebesar 2,77%. Sedangkan nilai NPL terendah dimiliki oleh Bank BCA Syariah sebesar 0,26%. Berdasarkan penjelasan diatas, keadaan Non Performing Loan pada Bank Umum Syariah periode 2011 2013 dapat digambarkan sebagai berikut :

58 Grafik 4.1 NPL Bank Umum Syariah Periode 2011-2013 Sumber : Data diolah Berdasarkan grafik 4.1 diatas, maka terlihat bahwa NPL sektor perbankan cenderung stabil, kecuali Bank BNI Syariah yang mengalami penurunan secara signifikan pada tahun 2011 triwulan pertama sebesar 2,99% ke triwulan kedua pada tahun 2012 sebesar 1,81% dan Bank BCA Syariah yang mengalami kenaikan secara signifikan pada triwulan keempat tahun 2011 sebesar 0.09% ke triwulan pertama tahun 2012 sebesar 1,74% dan kembali turun secara signifikan pada triwulan kedua tahun 2012 sebesar 0,17%. Tinggi rendah atau naik turunnya tingkat NPL sendiri dilihat berdasarkan jumlah kredit bermasalah yang dimiliki dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan oleh masing masing bank. Maka secara garis besar rata rata nilai NPL dari tahun 2011 2013 pada Bank Umum Syariah telah memenuhi kriteria tentang pengelolaan kredit bermasalah yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu tingkat NPL Maksimal 5%.

59 b. Resiko Pasar TEBEL 4.3 Ringkasan Pembahasan Risk Profile (Resiko Pasar) Aspek Nama Bank MIN MAX Rata-rata Predikat b) Resiko Pasar = MR (Mengcover Resiko / Manajemen Resiko) BNI 14,02% 25,19% 18,56% Low BRI 11,35% 21,72% 15,25% Low MEGA 11,16% 15,07% 13,21% Low PANIN 19,75% 100,63% 46,00% Low BCA 22,35% 64,29% 40,07% Low Sumber : data diolah (Lampiran 7-11) Rata rata rasio MR (Mengcover Resiko / Manajemen Resiko) Bank BRI Syariah tahun 2011-2013 sebesar 15,25% dengan nilai minimum MR sebesar 11,35% dan maksimum MR 21,72%. Rata rata MR Bank BNI Syariah sebesar 18,56%, minimum 14,02% dan maksimum 25,19%. Rata-rata MR Bank Mega Syariah sebesar 13,21%, minimum 11,16% dan minimum 15,07%. Rata-rata Bank Panin Syariah sebesar 46%, minimum 19,75% dan maksimum 100,63%. Sedangkan rata-rata MR Bank BCA syariah sebesar 40,07%, minimum 22,35% dan maksimum 64,29%. Dengan nilai rata-rata MR yang diperoleh Bank BRI, BNI, Mega, Panin dan BCA Syariah maka kelima bank tersebut memiliki tingkat MR yang rendah. Berdasarkan dari hasil perhitungan pada penyajian data, dapat diketahui bahwa dari tahun 2011 2013 dapat dikatakan baik karena rata rata tingkat MR diatas 12%. Nilai MR terbesar dimiliki oleh Bank Panin Syariah sebesar 46,00% karena

60 nilai rasio MR Bank Panin Syariah mencapai 100.63% pada triwulan kedua tahun 2011 dan MR terendah dimiliki oleh Bank BRI Syariah. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari resiko pasar tergolong rendah selama periode waktu tertentu dimasa datang. 2. Good Corporate Governance (GCG) TEBEL 4.4 Ringkasan Pembahasan Good Corporate Governance Aspek Nama Bank MIN MAX Rata-rata Predikat Good Corporate Governance BNI - - 1,408 Sangat Baik BRI - - 1,433 Sangat Baik MEGA - - 1,922 Baik PANIN - - 1,550 Baik BCA - - 1,750 Baik Sumber : data diolah (Lampiran 12) GCG Bank BNI Syariah tahun 2011 sebesar 1,672 tahun 2012 sebesar 1,25 dan tahun 2013 sebesar 1,30 dengan nilai rata rata GCG-nya 1,408. GCG Bank BRI syariah tahun 2011 sebesar 1,55, tahun 2012 sebesar 1,40 dan tahun 2013 sebesar 1,35 dengan nilai rata rata GCGnya 1,433. Bank BNI dan BRI Syariah memperoleh predikat sangat baik karena rata-rata GCG-nya < 1,5. GCG Bank Mega Syariah tahun 2011 sebesar 1,825, tahun 2012 sebesar 1,60 dan tahun 2013 sebesar 2,43 dengan nilai rata-ratanya 1,922. GCG Bank Panin Syariah tahun 2011

61 sebesar 1,95, tahun 2012 dan 2013 sebesar 1,35 dengan nilai rata-ratanya 1,550 sedangkan GCG Bank BCA Syariah tahun 2011 sebesar 1,90, tahun 2012 sebesar 1,80 dan tahun 2013 sebesar 1,55 dengan nilai rataratanya 1,750. Nili rata-rata GCG Bank Mega, Panin dan BCA Syariah memperoleh predikat baik karena nilai rata rata GCG-nya 1,5 NK 2,5. Berdasarkan dari penilaian terhadap 11 (sebelas) aspek penilaian GCG mulai dari tahun 2011 2013, Bank BNI, BRI, Mega, Panin dan BCA Syariah telah menetapkan dan mengaplikasikan aspek aspek tesebut dengan sangat baik dalam kegiatan perbankan. Secara umum pelaksanaan GCG dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta berjalan dengan sangat efektif dan efisien, sebagaimana tercermin dalam nilai komposit berdasarkan hasil self assessment. Bank BNI, BRI, Mega, Panin dan BCA Syariah selalu menjaga konsistensi pelaksanaan GCG sehingga menjadikan pelaksanaan tersebut menjadi suatu budaya perbankan. Pelaksanaan GCG dari tahun ke tahun, setiap aspek penilaian GCG selalu melakukan penyempurnaan baik yang ditahun sebelumnya belum dilaksanakan atau belum ada.

62 3. Earnings (Rentabilitas) a. ROA TEBEL 4.5 Ringkasan Pembahasan Earnings (ROA) Aspek Nama Bank MIN MAX Rata-rata Predikat Earnings a) ROA = Return On Asset) BNI 0,61% 3,41% 1,46% BRI 0,15% 1,61% 0,80% Cukup MEGA 1,29% 3,99% 2,60% Sangat PANIN -1,37% 2,63% 1,34% BCA 0,38% 0,92% 0,78% Cukup Sumber : data diolah (lampiran 13-17) Nilai rata rata ROA pada Bank BNI Syariah tahun 2011 2013 yaitu sebesar 1,46% dengan nilai minimum ROA sebesar 0,61% dan maksimum ROA 3,41%. Rata-rata ROA Bank BRI syariah tahun 2011-2013 sebesar 0,80% dengan nilai minimum 0,15% dan maksimum 1,61%. Rata rata ROA Bank Mega Syariah tahun 2011-2013 sebesar 2,60% artinya bank telah memenuhi standar ideal nilai ROA yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia sebesar 1,5%. Ratarata ROA Bank Panin Syariah tahun 2011 2013 sebesar 1,34% dengan nilai nimimun -1,37% dan maksimum 2,63%. Rata rata ROA Bank BCA Syariah tahun 2011 2013 sebasar 0,78% dengan nilai minimum sebesar 0,38% dan maksimum sebesar 0,92%. Berdasarkan tabel 4.1, nilai ROA tertinggi pada tahun 2011 2013 dimiliki oleh

63 Bank Mega Syariah sebesar 2,60%. ROA yang tinggi dapat diartikan bahwa bank mampu menghasilkan laba bersih lebih tinggi. Sedangkan nilai terendah dimiliki oleh Bank BCA Syariah sebesar 0,78%. Ini berarti bank BCA jauh dari standar ideal nilai ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank yang sehat adalah bank yang kemampuan rentabilitasnya tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. b. BOPO TEBEL 4.6 Ringkasan Pembahasan Earnings (BOPO) Aspek Nama Bank MIN MAX Rata-rata Predikat BOPO = (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional) BNI 67,98% 92,81% 83,61% BRI 76,39% 102,33% 89,70% Tidak MEGA 76,89% 91,03% 83,58% PANIN 50,76% 134,10% 76,80% Sangat BCA 86,91% 95,63% 90,86% Tidak Sumber : data diolah (lampiran 18-22), Rata rata rasio BOPO Bank BNI Syariah tahun 2011 2013 sebesar 83,61% dengan nilai minimum 67,98% dan maksimum 92,81%. Rata rata rasio BOPO Bank BRI Syariah tahun 2011-2013 sebesar 89,70% dengan nilai minimum 76,39% dan maksimum 102,33%. Rata rata rasio BOPO Bank Mega Syariah tahun 2011-2013 sebesar 83,58% dengan nilai minimum 76,89% dan maksimum 91,03%. Rata-rata

64 rassio BOPO bank Panin Syariah tahun 2011 2013 sebesar 76,89% dengan nilai minimum sebesar 50,76% dan maksimum sebesar 134,10%. Rata rata rasio BOPO Bank BCA Syariah tahun 2011-2013 sebesar 90,86% dengan nilai minimum sebesar 86,91% dan maksimum 95,63%. Berdasarkan tabel 4.1 nilai BOPO tertinggi pada tahun 2011 2013 dimiliki oleh Bank BCA Syariah sebesar 90,86% dan mendapat predikat tidak sehat karena nilai BOPO tiap triwulan dari tahun 2011-2012 selalu 89% dan BOPO terendah dimiliki oleh Bank Panin Syariah sebesar 76,80%. BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya. Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa bank kurang mampu menekan biaya operasionalnya (kurang efisien) yang juga akan mengakibatkan semakin rendahnya tingkat keuntungan bank. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. 4. Capital (Permodalan) rasio yang digunakan adalah CAR TEBEL 4.7 Ringkasan Pembahasan Capital (CAR) Aspek Nama Bank MIN MAX Rata-rata Predikat Capital CAR = (Capital Adequacy Ratio) BNI 14,14% 26,33% 18,74% Sangat BRI 11,35% 21,72% 15,25% Sangat MEGA 11,16% 15,07% 13,21% Sangat

65 PANIN 19,75% 100,63% 46,00% Sangat BCA 22,35% 64,29% 40,07% Sangat Sumber : data diolah (lampiran 23-27), Rata-rata rasio CAR Bank BNI Syariah tahun 2011-2013 sebesar 18,74% dengan nilai minimum sebesar 14,14% dan maksimum sebesar 26,33%. Rata rata CAR Bank BRI Syariah tahun 2011-2013 sebesar 15,25% dengan nilai minimum 11,35% dan nilai maksimum 21,72%. Rata rata CAR Bank Mega Syariah tahun 2011-2013 sebesar 13,21% dengan nilai minimum 11,16% dan nilai maksimum sebesar 15,07%. Rata rata CAR Bank Panin Syariah tahun 2011 2013 sebesar 46% dengan nilai minimum 19,75% dan maksimum 100,63%. Rata rata CAR Bank BCA Syariah tahun 2011-2013 sebesar 40,07% dengan nilai minimum 22.35% dan nilai maksimum 64,29%. Berdasarkan tabel 4.1, bank yang memiliki CAR tertinggi bila dibandingkan dengan bank lainnya adalah Bank Panin Syariah dengan nilai CAR 46,00%. CAR yang positif menunjukkan bahwa bank tersebut mampu menghasilkan modal bank yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resikonya (ATMR). Sedangkan bank yang memiliki CAR terendah adalah Bank Mega Syariah dengan nilai CAR sebesar 13,21%. Meskipun Bank Mega Syariah mempunya nilai CAR terendah, akan tetapi nilai CAR tersebut telah berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Berdasarkan penjelasan diatas, keadaan CAR pada Bank Umum Syariah periode 2011 2013 dapat digambarkan sebagai berikut :

66 Grafik 4.2 CAR Bank Umum Syariah Periode 2011-2013 Sumber : Data diolah Berdasarkan grafik 4.2 diatas, maka dapat terlihat bahwa CAR pada Bank Umum Syariah relaif stabil, kecuali Bank Panin Syariah yang mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada triwulan pertama tahun 2011 sebesar 44,66% kemudian naik menjadi 100,63% pada triwulan kedua tahun 2011. Naik turunnya nilai CAR dapat terlihat dari pebandingan antara jumlah modal dengan jumlah ATMR masing masing bank. Secara garis besar Bank Umum Syariah telah memenuhi kriteria kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% dan tegolong sangat sehat karena rata rata CAR tahun 2011 2013 lebih dari 12%. Ini menunjukkan bahwa Bank Umum Syariah memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang sangat memadai relatif

67 terhadap profil resikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank. TEBEL 4.8 Ringkasan Pembahasan RGEC Aspek Nama Bank MIN MAX Ratarata Predikat Pembahasan Risk Profile a) Resiko Kredit = NPL (Non Performing Loan) BNI 1,53% 3,15% 2,19% Low to moderate BRI 2,24% 3,49% 2,70% Low to moderate MEGA 2,27% 3,49% 2,77% Low to moderate PANIN 0,00% 0,86% 0,38% Low BCA 0,06% 1,74% 0,26% Low Sektor perbankan pada tahun 2011-2013 dapat dikatakan baik karena rata rata tingkat NPLdari kelima bank yang dijadikan sampel dibawah 5% sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang mengharuskan bank menjaga tingkat NPL dibawah angka 5%. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011-2013 mayoritas sektor perbankan di Indonesia memiliki tingkat NPL yang rendah dan rendah sampai sedang. tinggi rendah atau naik turunnya tingkat NPL sendiri dilihat berdasarkan jumlah kredit bermasalah yang dimiliki dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan oleh masingmasing bank. b) Resiko Pasar = MR (Mengcover Resiko / Manajemen BNI 14,02% 25,19% 18,56% Low Berdasarkan dari hasil BRI 11,35% 21,72% 15,25% Low perhitungan pada penyajian data dapat MEGA 11,16% 15,07% 13,21% Low diketahui bahwa dari tahun 2011 2013 dapat PANIN 19,75% 100,63% 46,00% Low dikatakan baik karena rata rata MR sebesar 12%.

68 Resiko) BCA 22,35% 64,29% 40,07% Low Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi baik dari resiko pasar tergolong rendah selama periode tertentu dimasa datang. Good Corporate Governance BNI - - 1,408 Sangat Baik BRI - - 1,433 Sangat Baik MEGA - - 1,922 Baik PANIN - - 1,550 Baik BCA - - 1,750 Baik Berdasarkan dari penilaian 11 (sebelas) aspek penilaian GCG mulai dari tahun 2011 2013 Bank BNI, BRI, Mega, Panin, dan BCA Syariah telah menetapkan dan mengaplikasikan aspek-aspek tersebut dengan sangat baik dalam kegiatan perbankan. Secara umum pelaksanaan GCG dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta berjalan dengan sangat efektif dan efisien sebagaimana tercermin dalam nilai komposit berdasarkan self assessment. Bank BNI, BRI, Mega, Panin dan BCA Syariah selalu menjaga konsistensi pelaksanaan GCG sehingga pelaksanaan GCG tersebut menjadi suatu budaya perbankan. Pelaksanaan GCG dari tahun ke tahun, setiap aspek penilaian GCG selalu melakukan penyempurnaan baik yang ditahun sebelumnya belum dilaksanakan atau belum ada.

69 Earnings b) ROA = Return On Asset) BNI 0,61% 3,41% 1,46% ROA tertinggi dimiliki oleh Bank Mega Syarih BRI 0,15% 1,61% 0,80% Cukup sebesar 2,60%. ROA yang tinggi dapat diartikan MEGA 1,29% 3,99% 2,60% bahwa bank mampu Sangat menghasilkan laba bersih lebih tinggi. Sedangkan PANIN -1,37% 2,63% 1,34% nilai terendah dimiliki oleh Bank BCA Syariah BCA 0,38% 0,92% 0,78% Cukup sebesar 0,78%, ini berarti Bank BCA Syariah jauh dari standar ideal nilai ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank yang sehat adalah bank yang kemampuan rentabilitasnya tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. BOPO = (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional) BNI 67,98% 92,81% 83,61% BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam BRI 76,39% 102,33% 89,70% Tidak menjalankan usaha pokoknya. Semakin tinggi rasio ini akan MEGA 76,89% 91,03% 83,58% menunjukkan bahwa bank kurang mampu menekan PANIN 50,76% 134,10% 76,80% Sangat biaya operasionalnya (kurang efisien) yang juga BCA 86,91% 95,63% 90,86% Tidak akan mengakibatkan semakin rendahnya tingkat keuntungan bank. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Capital CAR = BNI 14,14% 26,33% 18,74% Sangat Naik turunnya nilai CAR dapat terlihat dari perbandingan antara

70 (Capital Adequacy Ratio) BRI 11,35% 21,72% 15,25% Sangat MEGA 11,16% 15,07% 13,21% Sangat PANIN 19,75% 100,63% 46,00% Sangat BCA 22,35% 64,29% 40,07% Sangat jumlah modal dengan jumlah ATMR masing masing bank. Secara garis besar bank umum syariah telah memenuhi kriteria kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% dan tergolong sangat sehat karena rata rata CAR tahun 2011 2013 lebih dari 12%. Ini menunjukkan bahwa bank umum syariah memiliki kualitas dan kucukupan permodalan yang sangat memadai ralatif terhadap profil resikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank.