BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran sampai mana tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hadirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bisnis perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indonesia menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik ke arah dominasi pengetahuan dengan penerapan manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah terjadinya berbagai perubahan dalam bidang ekonomi, ekonomi juga memberikan dampak bagi negara Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. industri industri baru yang muncul. Industri industri ini tidak hanya bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara baik secara mikro maupun secara makro, karena memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia yang di tandai dengan kemajuan dalam bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan. Menurut (Suntoso 1999 dalam Wadhikorin, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dengan cara

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di negara-negara Asia Tenggara, yakni kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dibidang ekonomi saat ini cukup membawa banyak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terusmenerus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan inovasi secara terus-menerus. Dalam rangka untuk dapat bertahan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pula pada negara Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas

BAB 1 PENDAHULUAN. strategi bisnis dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (laborbased business)

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan tenaga kerja terampil di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi global yang semakin kempetitif menjadi tantangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (knowledge-based business). Labor-based business memegang prinsip perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan bagi masyarakat (Kartika dan Hatane, 2013). besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan usaha. Agar dapat terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika bisnis pada abad 21 yang semakin meningkat dipengaruhi dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan pada hakekatnya didirikan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian harga pasar saham dilakukan oleh shareholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. usaha memberi konsekuensi kepada persaingan yang semakin kompetitif, berubah. Penerapan knowledge management dalam knowledge based

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

PENDAHULUAN. Modal intelektual mulai muncul menjadi topik yang baru dalam pers

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital di Indonesia mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.

BAB I PENDAHULUAN. (2010), dengan perubahan yang terjadi ini, perusahaan-perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga perusahan harus merubah strategi dari labor based business

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,

BAB I PENDAHULUAN. business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledgebased

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di bumi. Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mengubah cara mereka dalam menjalankan bisnisnya, kini intellectual capital

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menjadi perhatian utama pada abad XX-an. Hal ini berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dari segi aktiva berwujudnya tetapi perusahaan mulai melihat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa wacana mengenai kinerja perusahaan secara umum,

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kecenderungan kesuksesan perusahaan perbankan secara umum senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ekonomi baru dengan berkembangnya ilmu teknologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini persaingan usaha mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnisnya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja/labor based business

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dalam era globalisasi saat ini diindikasikan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berakibat pada krisis keuangan namun juga berakibat pada krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital dianggap penting untuk. diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pun harus mengubah pola manajemen dari pola manajemen. Pengetahuan telah diakui sebagai komponen bisnis yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. dari resources-based business menjadi knowledge based business. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, tujuan didirikannya sebuah perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan, berfokus mengembangkan jaringan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. strategis yang lebih sustainable untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. based business) menjadi berdasarkan pengetahuan (knowledge based business).

BAB I PENDAHULUAN. berbisnisnya yang berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan tujuan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru dalam struktur perekonomian dunia antara lain ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. saing yang lebih tinggi, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal dapat digunakan oleh para

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri dengan kinerja yang baik diharapkan berdampak pada kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi maka perusahaan dituntut untuk merubah cara kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Meningkatnya kinerja

BAB I PENDAHULUAN. kepada persaingan yang semakin kompetitif, dan perubahan cara pandang pelaku

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran sampai mana tingkat keberhasilan yang dicapai oleh bank dalam kegiatan operasionalnya. Kinerja keuangan perbankan menjadi faktor utama dan sangat penting untuk menilai keseluruhan kinerja perbankan itu sendiri. Mulai dari penilaian aset, utang, likuiditas dan lain sebagainya. Kinerja suatu bank dapat dinilai dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Berdasarkan laporan itu dapat dihitung rasio keuangan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan tersebut memungkinkan manajemen mengidentifikasi keberhasilan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Analisis rasio keuangan juga dapat membantu para pelaku bisnis untuk menilai kinerja bank. Kegiatan usaha bank menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah sebagai lembaga intermediasi keuangan atau lembaga perantara keuangan dengan kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bisnis perbankan memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan 1

2 optimal dengan memberikan pelayanan berupa jasa keuangan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, manajemen perbankan harus selalu mempertahankan laba yang diperolehnya karena perolehan laba merupakan tolak ukur keberhasilan pengelolaan bank. Terlebih lagi dewasa ini, persaingan di dunia perbankan semakin ketat dikarenakan semakin banyaknya perusahaan perbankan baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah yang berlomba untuk meningkatkan daya saing di berbagai sektor yang nantinya dapat meningkatkan laba perusahaan perbankan tersebut. Perekonomian di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami pasang surut. Keadaan tersebut disebabkan karena adanya persaingan ketat di era globalisasi dan pasar bebas kancah internasional. Terbukti dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 yang mengakibatkan perbankan di Indonesia mengalami keterpurukan yang sangat, banyak bank-bank dilikuidasi karena tidak mampu mempertahankan kinerjanya. Adanya krisis tersebut mempengaruhi kinerja perbankan yang mengakibatkan bank mengalami ketidakseimbangan dalam fungsi intermediasi. Dalam satu sisi, perbankan sukses dalam mengumpulkan dana masyarakat namun di sisi lain penyaluran kredit kepada masyarakat mengalami penurunan. Akibanya bank tidak cukup kredibel dari segi profitabilitas, hal ini berdampak pada kelangsungan modal perbankan. Kerugian yang dialami bank ini semakin terasa dan mengakibatkan kebangkrutan. Pada saat itu, hampir tidak ada penegakan terhadap bank-bank yang melanggar ketentuan seperti adanya konsentrasi

3 pinjaman pada pihak tertentu, dan pelanggaran kriteria layak kredit. Pada saat yang bersamaan, banyak bank yang sesungguhnya tidak memiliki modal cukup atau kekurangan modal tetapi dibiarkan tetap beroperasi. Terjadi pula krisis kepercayaan masyarakat kepada perbankan. Banyak masyarakat yang menarik dananya besar-besaran dari bank. Nasabah pun menilai bahwa menyimpan dana di bank sudah tidak aman lagi. Sebagai solusi untuk menghadapi krisis tersebut, maka pemerintah melakukan kebijakan reformasi perbankan pada Maret 1999 yaitu dengan menutup bank yang bermasalah, pemberian bantuan likuiditas bank, melakukan program penjaminan pemerintah, pendirian badan penyehatan perbankan nasional, dan restrukturisasi perbankan. Selain itu, pada 9 Januari tahun 2004, Bank Indonesia mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dalam rangka melakukan pembenahan fundamental terhadap perbankan nasional dan membangun kembali perekonomian Indonesia. Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien agar dapat menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pasca krisis 1997-1998 perekonomian di Indonesia masih naik turun, hingga pada tahun 2008 terjadilah krisis di negara adidaya Amerika Serikat yang berimbas pada perekonomian Indonesia. Akan tetapi, krisis di tahun 2008 tidak separah tahun 1997 dan tidak terlalu berdampak pada sektor perbankan di Indonesia karena kondisi fundamental perbankan cukup kuat. Akan tetapi pada tahun 2013-

4 2015 terjadi fluktuasi kinerja keuangan yang dilihat dari ROA (Return On Asset) sebagai rasio untuk mengukur profitabilitas perbankan. Pada tahun 2013 ROA ratarata sebesar 0,0173. Kemudian ROA rata-rata pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,01264 sedangkan ROA rata-rata pada tahun 2015 adalah sebesar 0,01538. ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba. ROA mencerminkan seberapa besar laba yang bisa dicetak perusahaan dengan menggunakan seluruh asetnya. Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi kemampuan bank dalam menghasilkan laba dan semakin baik dalam penggunaan aset bank. Semakin besar ROA menunjukkan semakin baik kinerja suatu bank, sehingga fluktuasi ROA yang terjadi pada tahun 2013-2015 perlu diketahui penyebabnya. Grafik 1.1 Return On Asset (ROA) Perusahaan Perbankan 2013-2015

5 Dari grafik diatas kita ketahui bahwa selama tahun 2013 sampai 2015 kinerja perusahaan perbankan yang digambarkan dengan ROA flukuatif. Bank Mandiri (BMRI) mengalami pernurunan dari 3,2% pada tahun 2013 menjadi 3,04% pada 2014 dan 2,9% pada 2015. Penurunan Return On Asset juga terjadi pada Bank Bumi Artha (BNBA) dan Bank CIMB Niaga meskipun dengan nilai ROA yang berbeda. Berbeda dengan Bank Victoria Internasional (BVIC) meskipun mengalami penurunan kinerja dari tahun 2013 sebesar 1,7% menjadi 0,5% pada 2014, Bank Victoria berhasil meningkatkan kinerjanya menjadi 6,5% pada 2015. Hal serupa juga dialami Bank Artha Graha Internasional yang mengalami penurunan pada tahun 2014 (0,7%) dibanding 2013(1,3%), namun kembali meningkat kinerjanya pada tahun 2015(2,3%). Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa kinerja perusahaan perbankan yang diproksikan dengan Return On Asset pada tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi. Beberapa kajian dan penelitian terus dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab fluktuasi kinerja perbankan. Upaya yang dapat ditempuh oleh pelaku bisnis untuk mempertahankan diri adalah dengan meningkatkan kinerja manajerial, dan melakukan inovasi dalam bisnisnya. Kinerja perusahaan menurut Brandon & Dyrtina dalam Zulmiati (2012) merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang

6 ditetapkan. Pencapaian kinerja perusahaan yang optimal dapat ditempuh apabila setiap organisasi, baik sektor privat maupun sektor publik memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage). Zulmiati (2012) menjelaskan bahwa keunggulan kompetitif dapat dibentuk melalui berbagai cara, seperti menciptakan produk dengan desain yang unik, penggunaan teknologi modern, desain organisasi, serta menggunakan sumberdaya yang ada dengan efektif, efisien serta ekonomis. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Mc.Leod dan Schell (2008), keunggulan kompetitif dapat direalisasikan dalam hal mendapatkan keunggulan strategis, taktis, maupun operasional. Suatu perusahaan, agar dapat terus bertahan, dengan cepat perusahaanperusahaan mengubah sistem manajemen mereka dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan atau knowledge based business (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Sawarjuwono dan Kadir (2003) juga menjelaskan bahwa dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan, modal konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya dapat menciptakan keunggulan dalam persaingan. Brandon & Dyrtina dalam Zumiati (2012) mengungkapkan untuk mencapai keunggulan dalam

7 persaingan, setiap organisasi, baik sektor privat maupun sektor publik, harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dibandingkan dengan organisasi lainnya. Keunggulan ini dapat diwujudkan dengan berbagai cara, seperti inovasi produk, desain organisasi, serta menggunakan sumberdaya yang efektif dan, efisien dan ekonomis. Peran knowledge sebagai aset yang cukup penting bagi perusahaan diikuti dengan semakin pentingnya identifikasi dan pengelolaan intellectual capital. Intellectual capital merupakan aset tidak berwujud (intangible assets), sehingga sulit untuk diukur (Cheng et al, 2010). Rehman et al. (2011) juga telah meneliti mengenai intellectual capital, dan mengutarakan bahwa intellectual capital merupakan aset tidak berwujud dan merupakan knowledge-based business. Lingkungan bisnis tradisional cenderung berfokus pada aset berwujud untuk meningkatkan kinerja organisasi. Tapi dalam budaya binis turbulen sekarang, organisasi lebih berfokus pada aset pengetahuan atau intelektual untuk meningkatkan efisiensi value base dan bagaimana efisiensi value base meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang dibayar investor atas sahamnya dipasar, semakin meningkatnya perbedaan antara saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Berkurangnya, bahkan hilangnya aktiva

8 tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap perusahaan, tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva yang berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al, 1997 dalam Sawarjuwono, 2003). Oleh karena itu, intellectual capital dalam bisnis modern ini telah menjadi aset yang sangat bernilai. Semakin berkembangnya pengetahuan tentang intellectual capital, hal tersebut menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Di Indonesia sendiri, fenomena intellectual capital mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aset tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai intellectual capital, namun lebih kurang intellectual capital telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No.19, aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, Juli 2009). PSAK No.19 paragraf 09 menyebutkan beberapa contoh dari aset tidak berwujud seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk / brand names). Selain itu juga ditambahkan piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta,

9 film gambar hidup, daftar pelanggan, hak pengusahaan hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar. Namun kenyataannya, implementasi intellectual capital di Indonesia masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut : TAHUN KODE SKOR VAIC TAHUN KODE SKOR VAIC TAHUN KODE SKOR VAIC 2013 BBNI 0.70 2014 BABP 0.73 2015 BABP 1.28 BKSW 1.19 BCIC 1.37 BBNI 0.90 BJBR 0.17 BNLI 1.13 BSWD 1.20 BNLI 0.12 BTPN 1.24 BTPN 0.86 SDRA 0.60 SDRA 0.59 Tabel 1.1 Bank dengan peringkat bad performance tahun 2013-2015 Dari tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa masih ada beberapa perusahaan perbankan yang memiliki peringkat bad performance dengan skor VAIC dibawah 1,5. Pada tahun 2013, tercatat 4 bank yang memiliki milai VAIC dibawah 1,5 yaitu Bank Negara Indonesia Tbk dengan skor VAIC sebesar 0,70, Bank QNB Indonesia Tbk sebesar 1,19, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk sebesar 0,17 dan yang terendah adalah Bank Permata Tbk sebesar 0,12. Hal ini menunjukkan bahwa keengganan perusahaan memberi perhatian lebih terhadap intellectual capital yang meliputi human capital, structural capital, dan customer capital. Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan convensional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkan masih miskin kandungan

10 teknologinya. Padahal perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih mampu bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital perusahaan (Kuryanto dkk, 2008). Ketidakmampuan perusahaan untuk mencatat aset tidak berwujud tersebut ke dalam neraca dikarenakan standar akuntansi yang ada saat ini belum mampu menangkap dan melaporkan investasi yang dikeluarkan untuk memperoleh sumber daya non fisik, karena akuntansi cenderung berfokus pada aset / aktiva yang sifatnya nyata. Selain implementasi intellectual capital di Indonesia masih kurang, lemahnya implementasi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) juga ditengarai menjadi penyebab terjadinya ketidakstabilan ekonomi yang berdampak pada penurunan kinerja keuangan perbankan. Menurut laporan World Bank, krisis ekonomi yang menimpa negara-negara ASEAN dan menyebabkan penurunan kinerja perbankan terjadi karena kegagalan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Kegagalan penerapan GCG ini berasal dari sistem kerangka hukum yang masih lemah, kurangnya pengawasan dari dewan komisaris dan auditor, dan juga praktik perbankan yang buruk sehingga bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Good Corporate Governance merupakan salah satu komponen non keuangan yang sekarang ini menjadi isu penting dan perlu dipertimbangkan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan laba dan kinerja perusahaan.

11 Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). GCG dapat diartikan juga sebagai suatu pengendalian internal perusahaan guna mengelola risiko yang signifikan dengan mendorong terbentuknya manajemen perusahaan yang bersih dan transparan. Tujuan utama diterapkannya GCG adalah untuk melindungi stakeholder dari perilaku manajemen yang tidak bersih dan tidak transparan. Penerapan GCG juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Perbankan. Penerapan GCG dinilai dapat memperbaiki citra perbankan. Dengan diterapkannya GCG yang baik akan menciptakan iklim usaha yang sehat dan mendorong peningkatan kinerja perbankan itu sendiri. Penerapan GCG sangat penting bagi dunia perbankan karena lembaga perbankan memiliki fungsi yang sangat penting bagi perekonomian di Indonesia. Pertama, bank berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Perbankan dalam perekonomian modern merupakan industri jasa yang dominan dan menunjang hampir seluruh program pembangunan ekonomi, karena kegiatan perekonomian itu dijalankan dengan uang (Herman Darmawi, 2012 : 28). Kedua, bank sebagai agent of trust yaitu lembaga yang menjaga kepercayaan masyarakat melalui pelayanan jasa yang baik kepada masyarakat. Ketiga, bank juga berfungsi untuk menjaga kelancaran kegiatan.

12 Penelitian mengenai pengaruh GCG dan IC terhadap kinerja keuangan mulai banyak, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2009) menunjukkan GCG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial dan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian Ridwan Frediawan (2008) menunjukkan penerapan GCG yang dilakukan perusahaan tersebut mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari meningkatnya rasio ROA. Sedangkan Azhar (2010) menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh pada kinerja keuangan. Beberapa penelitian dalam negeri mengenai Intellectual Capital sebelumnya dilakukan oleh Ulum dkk (2008) adalah meneliti hubungan antara IC dengan kinerja perusahaan pada industri perbankan tahun 2004-2006. Hasil penelitian yang didapat bahwa terdapat pengaruh IC (VAIC ) pada kinerja keuangan perusahaan. Menurut penelitian Kuryanto (2008) yang dilakukan pada 73 perusahaan yang terdapat di BEI tahun 2003-2005 diperoleh hasil yang berbeda, yaitu IC dan kinerja perusahaan tidak mempunyai pengaruh positif. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, menunjukan adanya ketidakkonsistenan tetapi bukti empiris tersebut dapat menunjukkan pentingnya penerapan Good Corporate Governance dan Intellectual Capital dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan dan dasar pengambilan kebijakan sehingga memberikan keuntungan kepada berbagai pihak- pihak yang berkepentingan (stakeholder dan shareholder) secara menyeluruh.

13 Berdasarkan hal-hal tersebut diatas membuat peneliti ingin mengangkat judul yang berhubungan dengan perusahaan perbankan. Adapun alasan yang memotivasi penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada bidang perbankan, karena perbankan merupakan suatu lembaga intermediasi keuangan yang berbasis kepercayaan masyarakat. Masyarakat menyimpan dananya di bank atas dasar kepercayaan, dikarenakan masyarakat merasa yakin bahwa uang yang dimilikinya akan aman untuk ditabungkan di bank. Faktor keamanan yang dimaksud, bukan hanya terkait risiko kejahatan, namun juga faktor alam yang sulit diperkirakan kapan akan terjadinya. Berbagai biaya administrasi yang dibebankan bank kepada nasabah (masyarakat), tidak dapat menghalangi masyarakat untuk tetap mempercayakan uangnya ditabungkan di bank. Selain itu juga, nasabah akan mendapatkan keuntungan dari bank yang biasa disebut dengan bunga bank. Dana uang yang disimpan masyarakat ke bank yang ditunjuk, akan diputar oleh bank menjadi berbagai bentuk investasi, seperti pemberian kredit dan pembelian surat berharga. Dalam melakukan pengelolaan dana masyarakat, bank harus dapat bersikap profesional, transparan dan hati-hati, supaya tidak menimbulkan risiko dan bencana bagi perbankan. Untuk dapat mengatasi itu semua bank harus dapat mengelola aset yang dimiliki terutama aset intelektual secara efektif dan menerapkan asas-asas good corporate governance serta melakukan Tingkat Penilaian Kesehatan Perbankan yang sudah diatur sedemikian rupa dengan berbagai peraturan Bank Indonesia. Pengelolaan aset intelektual dan penerapan good corporate governance serta tingkat

14 penilaian kesehatan perbankan dapat menunjang kemajuan dan keberlangsungan hidup kinerja perbankan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis termotivasi melakukan penelitian mengenai Pengaruh Intellectual Capital (IC) Dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013 2015. 1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah : 1. Fluktuasi kinerja perbankan yang dicerminakan dengan nilai Return On Asset. 2. Intellectual capital telah mendapat perhatian dengan munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aset tidak berwujud. Namun implementasi intellectual capital di Indonesia masih kurang. 3. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) bukan lagi menjadi keharusan, melainkan kebutuhan perusahaan-perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. 4. Good Corporate Governance sangat diperlukan oleh perbankan untuk menyiapkan sistem dan struktur yang kokoh bagi perusahaan agar dapat memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

15 1.2.2 Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015 2. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan tahunan (annual report) tahun 2013-2015. 3. Variabel intellectual capital diukur dengan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient). 4. Variabel good corporate governance diprosiksikan dengan kepemilikan manajerial, dewan direksi, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit. 5. Variabel dependen kinerja keuangan perbankan diukur dengan ROA (Return On Asset). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah Value Added Intellectual Coefficient (VAIC), kepemilikan manajerial, dewan direksi, kepemilikan institusional dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan perbankan?

16 2. Apakah Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan? 3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan? 4. Apakah dewan direksi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan? 5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan? 6. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan? 7. Apakah komite audit berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh Value Added Intellectual Coefficient (VAIC), dewan komisaris independen, dewan direksi, komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional secara simultan terhadap kinerja keuangan perbankan. 2. Untuk menganalisis pengaruh Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) secara

17 parsial terhadap kinerja keuangan perbankan. 3. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan. 4. Untuk menganalisis pengaruh dewan direksi secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan. 5. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan. 6. Untuk menganalisis pengaruh dewan komisaris independen secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan 7. Untuk menganalisis pengaruh komite audit secara parsial terhadap kinerja keuangan perbankan. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu : 1. Bagi Perbankan Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan perbankan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dengan mengembangkan dan memaksimalkan sumber daya terutama modal intelektual yang dimilikinya. Selain itu perusahaan dapat memanfaatkan prinsip Corporate Governance yang baik dengan melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara komprehensif dan berkesinambungan.

18 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengambil kebijaksanaan untuk membuat keputusan investasi. 3. Bagi Nasabah atau Masyarakat Dengan adanya penelitian ini yang merujuk pada efektifitas kinerja bank, nasabah atau masyarakat tidak perlu khawatir dalam menyimpan dananya kepada bank. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan di penelitian selanjutnya serta memperkaya konsep atau teori yang mendalam mengenai ilmu pengetahuan tentang modal intelektual dan tata kelola perusahaan serta pengaruhnya bagi kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), khususnya dalam sektor perbankan.