Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

dokumen-dokumen yang mirip
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

Oleh. Anin Nur Sholihah 1) dan Etik Sulistyorini 2) ABSTRAK. Kata kunci: Sikap, Minat, Kanker Serviks, Inpeksi Visual Asam Asetat, Wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

Sri Suparti Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta. posyandu tentang kanker serviks dengan motivasi pada pemeriksaan deteksi dini

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

SKRIPSI. Disusun Oleh: Lia Nurjana

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

PENGARUH PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PERILAKU PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS KEDUNGREJO

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

No. Responden: B. Data Khusus Responden

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Acetat )

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR TERHADAP SADARI DI KARANG MALANG RW 004 JETIS JUWIRING KLATEN TAHUN 2016

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WUS DENGAN PERILAKU MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI KELURAHAN KOTABARU WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK WANITA TERHADAP KESADARAN INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEKULO KUDUS ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

Wiwit Desi Intarti Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MOTIVASI KADER KESEHATAN PADA PEMERIKSAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

ANALISIS FAKTOR PEMERIKSAAN IVA DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI KELURAHAN CANDIREJO KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI IBU MELAKUKAN PEMERIKSAAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI KELURAHAN LEPO-LEPO KOTA KENDARI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN MINAT METODE IVA DAN PAPSMEAR

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

Vol 1 No 2 Tahun 2017 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Andini Ania Sari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan perempuan masih menjadi tugas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

Kata Kunci : umur, paritas,usia menikah,stadium kanker serviks Daftar Pustaka : 15 buku

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN NIAT MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN KAGOK SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2016 Umriaty 1, Rapita Setia Ningrum 2 Email : umri.midwife@gmail.com Program Studi D III Keebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No. 09 Kota Tegal 52142, Indonesia Telp. (0283) 352000 Abstrak Di Indonesia hanya 5% yang melakukan penapisan atau deteksi dini kanker leher rahim, sehingga 76,6% pasien ketika terdeksi sudah memasuki stadium lanjut (IIIB keatas), (Irianto, 2015). Rendahnya deteksi dini atau screening kanker serviks merupakan salah satu alasan semakin berkembangannya kanker serviks. Terdapat banyak wanita yang terjangkit kanker serviks karena tidak secara rutin melakukan pemeriksaan deteksi dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan niat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang ada di kelurahan Kagok Slawi Kabupaten Tegal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, sampel yang diambil sebanyak 10% dari populasi yaitu 87 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan sistem komputerisasi (SPSS) dan data disajikan dalam bentuk tabel. Untuk analisa data menggunakan perhitungan chi square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan niat untuk melakukan deteksi dini kankers serviks dengan nilai ρ value 0,012 dan tidak ada hubungan antara sikap dengan niat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dengan nilai ρ value 0,918. Kata kunci : Pengetahuan, sikap, niat, kanker serviks dan deteksi dini 1. Pendahuluan Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. 1 Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya menyebabkan kanker. Salah satu kanker yang menyebabkan kematian nomor dua pada wanita adalah kanker serviks. 2 Kanker leher rahim atau kanker servik merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma Virus onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7%. 3 Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker. Di Indonesia hanya 5% yang melakukan penapisan atau deteksi dini kanker leher rahim, sehingga 76,6% pasien ketika terdeksi sudah memasuki stadium lanjut (IIIB ke atas). 1 Rendahnya deteksi dini atau screening kanker serviks merupakan salah satu alasan semakin berkembangannya kanker serviks. merupakan suatu prediktor yang kuat tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu. Dalam teori reason action yang dikembangkan oleh Fesbein dan Ajzen (1980) menekankan pentingnya peranan dari intention atau niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh sikap, norma subjektif, dan pengendalian perilaku. 4 Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam 245

masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini terutama deteksi dini. 2 Deteksi dini ialah usaha untuk mengidentifikasi atau mengenali penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur tertentu. Pentingnya deteksi dini dilakukan untuk mengurangi prevelensi jumlah penderita dan untuk mencegah terjadinya kondisi kanker stadium lanjut. 1 Pap smear dan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) merupakan alat skrining atau deteksi dini untuk mengetahui penyakit kanker serviks. 3 Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker diseluruh dunia. Dimana presentasi tertinggi pada kasus kanker payudara sedangkan Angka kejadian kanker serviks di dunia pada tahun 2012 terdapat 14,0% kasus baru, dan sebanyak 6,8% merupakan kasus kematian akibat dari kanker serviks. 5 Berdasarkan data rutin subdit kanker Direktorat penyakit tidak menular, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 2013 program deteksi dini kanker serviks baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32 Provinsi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau kurang lebih hanya 7,6%. 5 Sampai dengan tahun 2014, program deteksi dini telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 Kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Cakupan hasil kegiatan dari 2007 sampai 2014, yaitu telah dilakukan skreening terhadap 904.099 wanita (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 wanita (4,94%), suspek kanker servik sebanyak 1.056 wanita (1,2/1000 wanita). 5 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2015 tentang cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA, didapatkan hasil dari 51.713 perempuan usia 30-50 tahun, dan hanya sekitar 324 WUS atau 0,62% yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan hasil 24 perempuan dinyatakan IVA positif atau jika dipersenkan ada 7,41%. dengan persentase tertinggi pada daerah Slawi yaitu 31,25%. 6 Dari data yang telah didapatkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Servik Dengan Untuk Melakukan Deteksi Dini Kanker Servik Pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Kagok Slawi Kabupaten Tegal. 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dimana peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja. 7 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur dikelurahan kagok slawi kabupaten tegal. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 8 Dalam penelitian ini terdapat 87 sampel. Penelitian dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner tertutup kemudian analisis data statistik dilakukan secara komputerisasi yaitu dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk melakukan bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. 8 Teknik statistik yang digunakan untuk 246

pengujian dua variabel ini yaitu dengan Chi Square. 3. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada 87 responden (Wanita usia subur) di Kelurahan Kagok Slawi Kabupaten Tegal. Tabel 1. Distribusi frekuensi pengetahuan Slawi berdasarkan umur. Pengetahuan Umur Baik Kurang < 20 th 0 0 1 100 1 100 20-35 th 33 66,0 17 34,0 50 100 > 35 th 21 58,3 15 41,7 36 100 54 62,1 33 37,9 87 100 Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden yang berumur 20-35 tahun berpengetahuan baik yaitu 33 responden (66,0%) ini masuk dalam kategori reproduksi sehat. Menurut Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang ditangkap semakin membaik. Pada usia (20-35 tahun), individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dalam kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan Slawi berdasarkan pendidikan Pengetahuan Pendidik Baik Kurang an SD 8 61,5 5 38,5 13 100 SMP 14 51,9 13 48,1 27 100 SMA 31 67,4 15 32,6 46 100 PT 1 100 0 0 1 100 54 62,1 33 37,9 87 100 Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden yang berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi berpengetahuan baik yaitu masing-masing 31 responden(67,4%) dan 1 responden(100%). Hal ini juga sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Wawan (2010), bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi serta makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan Slawi berdasarkan pekerjaan Pengetahuan Pekerjaan Baik Kurang Bekerja 9 56,3 7 43,8 16 100 Tidak 45 63,4 26 36,6 71 100 Bekerja 54 62,1 33 37,9 87 100 Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa responden pada kelompok bekerja sebagian besar berpengetahuan baik yaitu 9 responden (56,3%), dan pada kelompok responden yang tidak bekerja sebagian besar berpengetahuan baik yaitu 45 responden (63,4%). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Wawan (2010) bahwa, Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Seseorang yang bekerja dapat memperoleh banyak pengetahuan dari berbagai sumber dilingkungan kerjanya. Namun jika diperhatikan dari faktor lain seseorang yang tidak bekerja namun aktif dalam kegiatan misalnya perkumpulan Ibu-ibu PKK itu juga dapat dijadikan alasan untuk mendapatkan banyak informasi. 9 247

Tabel 4. Distribusi frekuensi pengetahuan Slawi berdasarkan paritas Pengetahuan Paritas Baik Kurang Primipara 21 61,8 13 38,2 34 100 Multipara 18 62,1 11 37,9 29 100 Grandem 15 62,5 9 37,5 24 100 ultipara 54 62,1 33 37,9 87 100 Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan baik terbesar adalah ibu dengan Primipara yaitu 21 responden (61,8%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu dengan jumlah kelahiran sedikit atau baru mempunyai satu anakpun bisa memiliki pengetahuan yang baik, hal ini dikarenakan pada wanita usia subur yang baru pertama atau pada kategori primipara ini biasanya berada dalam kategori umur yang masih muda. Dan mereka lebih cenderung untuk mencari informasi melalui media seperti internet. Tabel 5. Distribusi frekuensi sikap wanita usia berdasarkan umur. Umur Positif Negatif < 20 th 1 100 0 0 1 100 20-35 th 22 44,0 28 56,0 50 100 >35 th 22 61,1 14 38,9 36 100 45 51,7 42 48,3 87 100 Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa responden pada kelompok umur <20 tahun bersikap positif (100%) dikarenakan hanya terdapat 1 responden saja, pada kelompok umur 20-35 tahun sebagian besar bersikap negatif yaitu 28 responden (56,0%), dan pada kelompok umur >35 tahun sebagian besar bersikap positif yaitu 22 responden (61,1%). Menurut Oskamp dalam wawan (2010) sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang dilakukan oleh individu. Oleh karena itu, mempelajari sikap perlu juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif, yaitu faktor-faktor genetik dan fisiologik, pengalaman personal, pengaruh orang tua, kelompok sebaya atau kelompok masyarakat memberi pengaruh pada individu dan media massa. 9 Tabel 6. Distribusi frekuensi sikap wanita usia berdasarkan pendidikan. Pendidik Positif Negatif an SD 7 53,8 6 46,2 13 100 SMP 15 55,6 12 44,4 27 100 SMA 23 50,0 23 50,0 46 100 PT 0 0 1 100 1 100 45 51,7 42 48,3 87 100 Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa responden pada kelompok pendidikan SD sebagian besar bersikap positif yaitu 7 responden (53,8%) dan, responden pada kelompok berpendidikan SMP sebagian besar bersikap positif yaitu 15 responden (55,6%), responden pada kelompok pendidikan SMA memiliki sikap positif dan negatif yang imbang yaitu masing-masing 23 responden (50,0%),sedangkan responden pada kelompok perguruan tinggi bersikap negatif (100%). Pendidikan cukup berperan untuk menentukan sikap yang diambil bagi para responden ini sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2010) dimana dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. 4 Tabel 7. Distribusi frekuensi sikap wanita usia berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Positif Negatif Bekerja 8 50,0 8 50,0 16 100 Tidak 37 52,1 34 47,9 71 100 Bekerja 45 51,7 42 48,3 87 100 248

Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa responden pada kelompok yang bekerja memiliki sikap yang imbang antara positif dan negatif yaitu masing-masing 8 responden (50,0%), sedangkan pada kelompok responden yang tidak bekerja sebagian besar bersikap positif yaitu 37 responden (52,1%). Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 9 Tabel 8. Distribusi frekuensi sikap wanita usia berdasarkan paritas Paritas Positif Negatif Primipara 15 44,1 19 55,9 34 100 Multipara 14 48,3 15 51,7 29 100 Grandem 16 66,7 8 33,3 24 100 ultipara 45 51,7 42 48,3 87 100 Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa pada kelompok primipara sebagian besar bersikap negatif yaitu 19 responden (55,9%), pada kelompok multipara sebagian besar bersikap negatif yaitu 15 responden (51,7%), dan pada kelompok grandemultipara sebagian besar bersikap positif yaitu 16 responden (66,7%). Disini terlihat bahwa responden dengan Grandemultipara lebih banyak yang bersikap positif karena ibu dengan Grandemultipara lebih banyak pengalaman. Tabel 9. Hubungan pengetahuan dengan niat wanita usia subur melakukan deteksi dini di Kelurahan Kagok Slawi Peng etahu an P Tidak val ue F % F % F % 0,01 Baik 33 61,1 21 38,9 54 100 Kura 11 33,3 22 66,7 33 100 ng 44 54,0 43 46,0 87 100 Hasil uji korelasi Chi square dengan menggunakan SPSS (terlampir) dengan df = 1 nilai kemaknaan 0,05 diperoleh X 2 tabel = 3,841 didapatkan X 2 hitung 6,323 yang berarti X 2 hitung lebih besar dari pada X 2 tabel (6,323>3,841) dan korelasi antara tingkat pengetahuan dengan niat wanita usia subur melakukan deteksi dini kanker serviks didapatkan ρ value = 0,012 yang menunjukan bahwa ρ value < α. Hal ini menunjukan bahwa Ha diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan niat wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Hasil penelitian sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan pengetahuan merupakan strategi perubahan perilaku yang penting untuk menimbulkan kesadaran dan akhirnya berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4 Menurut Wawan (2010) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 9 Pengetahuan mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku seseorang dan niat merupakan faktor yang berkaitan dengan terbentuknya perilaku seseorang. Sehingga pengetahuan merupakan hal yang penting dalam membentuk tindakan seseorang, dalam hal ini adalah niat wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks dan deteksi dini maka wanita usia subur tersebut semakin berniat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Tabel 10. Hubungan sikap dengan niat wanita usia subur melakukan deteksi dini di Kelurahan Kagok Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2016 2 249

Tidak F % F % F % Positif 23 51,1 22 48,9 45 100 Negatif 21 50,0 21 50,0 42 100 44 50,6 43 49,4 87 100 Hasil uji korelasi Chi square dengan menggunakan SPSS (terlampir) dengan df = 1 nilai kemaknaan 0,05 diperoleh X 2 tabel = 3,841 didapatkan X 2 hitung 0,011 yang berarti X 2 hitung lebih kecil dari pada X 2 tabel (0,011<3,841) dan korelasi antara sikap dengan niat wanita usia subur melakukan deteksi dini kanker serviks didapatkan ρ value = 0,918 yang menunjukan bahwa ρ value > α. Hal ini menunjukan bahwa Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan niat wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Priyoto (2014) dimana seharusnya sikap menjadi faktor untuk terbentuknya suatu niat. Hal ini dikemukakan oleh Priyoto (2010) yaitu Kehendak atau niat ditentukan oleh sikap dan norma subyektif, komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. 10 Selain sikap ada beberapa faktor yang berperan dalam pembentukan niat yaitu Norma subyektif yang diartikan sebagai keyakinan mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita lakukan. Menurut Teori Reason Action seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tidak dibatasi pertimbanganpertimbangan kesehatan. 10 Selain itu terdapat 4 komponen yang melandasi terbentuknya suatu niat yaitu, Self efficacy yang memiliki arti kemampuan diri sendiri. Orang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan yakin bahwa dia mampu berhasil merubah perilaku dirinya sendiri. 10 P va lu e 0, 91 8 Respon efektivitas yang merupakan keyakinan seseorang bahwa perilaku yang direkomendasikan akan efektif dalam mengurangi atau menghilangkan bahaya. Respon ini secara efektif akan mempengaruhi seseorang untuk merubah perilaku sesuai anjuran. Semakin positif respon efektivitas, maka semakin positif responnya. 10 Vulnerability adalah kerentanan yang dianggap sebagai hasil yang tidak diinginkan. Hal ini mengacu pada persepsi subjektif seseorang tentang risiko kejadian negatif yang terjadi kepada mereka atau kerawanan terserang suatu penyakit. 10 Severity adalah tingkat kegawatan atau cara pandang seseorang terhadap bahaya dan tidaknya suatu penyakit. Dimensi ini meliputi evaluasi baik konsekuensi medis (misalnya, kematian, cacat, dan nyeri) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (misalnya dampak kondisi pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). 10 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembentukan niat bukan hanya dipengaruhi oleh sikap, namun terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya niat namun tidak diteliti dalam penelitian ini. 4. Kesimpulan a. Hubungan pengetahuan dengan niat wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Kagok Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2016 sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan niat wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Kagok Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2016 jadi Ha diterima. b. Hubungan sikap dengan niat wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Kagok Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2016 sebagai berikut : Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada 250

hubungan yang signifikan antara sikap dengan niat wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Kagok Slawi jadi Ho diterima. 5. Daftar Pustaka [1] Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan 2015 (diunduh pada tanggal 25-01-2016). Tersedia dari http://www.depkes.go.id/resources/ download/ pusdatin/buletin/buletinkanker.pdf. [2] Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal. 2015. Data Hasil Pemeriksaan Deteksi Dini Ca Serviks dan Penderita Ca Serviks di Kabupaten Tegal. [3] Irianto, Koes. 2015. Kesehatan Reproduksi Reproductive Health Teori dan Praktikum. Bandung : Alfabeta. [4] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [5] Priyoto. 2014. Teori dan Perilaku Dalam Kesehatan Dilengkapi Dengan Contoh Kuesioner. Yogyakarta : Nuha Medika Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika. [6] Tilong, Adi D. 2012. Bebas Dari Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta : Flashbooks Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [7] Wawan, A dan Dewi M. 2010. Pengetahuan, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. [8] Widyastuti, Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya. 251