BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perubahan kedua dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran menurut Yuwono (2005:27) adalah rencana terinci yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memiliki sumbangsih paling potensial. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 2001

A. Struktur APBD Kota Surakarta APBD Kota Surakarta Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil peneletian ini diharapkan bisa menjadi. sumber referensi dalam melakukan peneletian lainnya yang sejenis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Terminologi Retribusi Daerah. Nomor 34 Tahun 2000 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II KAJIAN TEORI. pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi. rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada daerah untuk menggali

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

yang tidak perlu, mendorong kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam mengejar kesejahteraan, walau dalam

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi hasil pajak dan bukan pajak. b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari : 1) Pajak Daerah Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Menurut Siahaan (2005:7),

pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan dan pembangunan. Menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang dimaksud pajak daerah adalah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri. Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu : yakni : a) Pajak Provinsi Jenis pajak provinsi berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 (1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, (2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, (3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, (4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

b) Pajak Kabupaten / Kota Jenis-jenis pajak kabupaten/kota antara lain : (1) Pajak Hotel, (2) Pajak Restoran, (3) Pajak Hiburan, (4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, (6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C, (7) Pajak Parkir. 2) Retribusi daerah Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu : a) Retribusi Jasa Umum, b) Retribusi Jasa Usaha, c) Retribusi Perizinan Tertentu. 3) Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : a) Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah,

b) Bagian Laba Lembaga Keuangan Daerah, c) Bagian Laba Lembaga Keuangan Non bank, d) Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi. 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, b) Penerimaan jasa Giro, c) Penerimaan bunga deposito, d) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, e) Penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan daerah. 2. Pajak Daerah a. Pajak Provinsi 1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air yaitu semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, teermasuk alat-alat besar yang bergerak.

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha. 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas bahan baker yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan baker yang digunakan untuk kendaraan diatas air. 4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan atau air permukaan untuk digunakan untuk orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. Tarif Pajak Provinsi adalah : 1) pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%, 2) bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10%, 3) pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%, 4) pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah 20%.

b. Pajak kabupaten/kota 1) Pajak Hotel Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel yaitu bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau beristirahat, memperoleh pelayanan dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. 2) Pajak Restoran Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran, yaitu tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai kopi, kedai mie, warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiskotik dan berkaraoke, usaha jasa katering dan usaha jasa boga. 3) Pajak Hiburan Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelengaraan hiburan, yaitu semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran tidak termasuk pengangguran fasilitas untuk berolahraga. 4) Pajak Reklame Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum

kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. 5) Pajak Penerangan Jalan Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. 6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 7) Pajak Parkir Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri. Tarif Pajak Kabupaten/Kota adalah : 1) pajak hotel 10%,

2) pajak restoran 10%, 3) pajak hiburan 35%, 4) pajak reklame 25%, 5) pajak penerangan jalan 10%, 6) pajak pengambilan bahan galian golongan C 20%, 7) pajak parkir 20%. 3. Retribusi Daerah Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu : a. Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum : 1) pelayanan Kesehatan, 2) pelayaran Persampahan/Kebersihan, 3) penggantian Biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil, 4) pelayanan pemakaman dan penguburan mayat. 5) Pelayanan Parkir di tepi jalan 6) Pelayanan Pasar 7) Pengujian Kendaraan Bermotor 8) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran

9) Penggantian biaya cetak peta 10) Pengujian Kapal Perikanan b. Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial meliputi pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan swasta karena pada dasarnya dapat pula disediakan pihak swasta. Jenis Retribusi Jasa Usaha : 1) Pemakaian Kekayaan Daerah, 2) Pasar Grosir/Pertokoan, 3) Tempat Pelelangan, 4) Terminal, 5) Tempat Khusus Parkir, 6) Tempat Penginapan/Pesanggerahan/Villa, 7) Penyedotan Kaskus, 8) Rumah Potong Hewan. c. Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam barang, prasarana, sarana ataupun fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu : 1) Izin mendirikan bangunan, 2) Izin tempat Penjualan minuman Beralkohol, 3) Izin gangguan, 4) Izin Trayek. 4. Belanja Modal a. Pengertian Belanja Modal Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja modal dibagi menjadi : 1) belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja public : pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian mobil ambulans, 2) Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung oleh operator. Contoh belanja operator : pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas,

Menurut Halim (2004:73), belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (PP Nomor 24 Tahun 2005). Dengan kata lain belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. b. Klasifikasi Belanja Modal Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu: 1) Belanja Modal Tanah Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai, 2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/pernggantian/ dan peningkatan kapasitas

peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai, 3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai, 4) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai, 5) Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan / pembangunan / pembuatan / serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang

purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel Hasil 1. Irma Syahfitri (2008) 2. Anton Dwi Handoko (2009) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten /Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara Pengaruh pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah terhadap peningkatan Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Indepen : 1.Pertumbuhan ekonomi 2.Pendapatan Asli Daerah (PAD) 3.Dana Alokasi Umum (DAU) Dependen : 1.Belanja Modal Independen : 1.Pendapatan Daerah (PAD) Dependen : 1.Belanja Modal Asli 1. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal sedangkan Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh signifikan negative terhadap Belanja Modal. 2. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. Pertumbuhan PAD mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal

3. Abdullah Syukriy (2006) Utara Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dari Sumber pendapatan Independen 1.Pendapatan Daerah (PAD) Dependen : 1.Belanja Modal Asli Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah. 1. Pada penelitian ini memiliki dua variabel baru yaitu Pajak daerah dan Retribusi Daerah yang juga merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah. Disini peneliti ingin menguji apakah variabel ini juga berpengaruh terhadap Belanja Modal. 2. Sampel penelitian pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya, sampel yang digunakan sebanyak 12 kabupaten/kota, sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 19 kabupaten/kota. 3. Tahun penelitian pada penelitian ini lebih banyak daripada penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya tahun yang digunakan untuk penelitian mulai dari tahun 2004-2007, sedangkan pada penelitian ini, peneliti menambah tahun penelitian dari tahun 2005-2008.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan dalam menggali sumber keuangan sendiri dalam membiayai sendiri segala kegiatan daerahnya. Sumber penerimaan keuangan yang mmemberikan kontribusi terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah yaitu : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah itu sendiri bersumber dari masyarakat dan sudah selayaknya Pemerintah Daerah mengalokasikannya dalam bentuk belanja modal untuk mendukung kegiatan pemerintah, memfasilitasi, kegiatan perekonomian masyarakat dalam bentuk sarana maupun prasarana untuk pelayanan publik lainnya sebagai tujuan meningkatkan kualitas layanan publik. Pajak Daerah (X1) Retribusi Daerah (X2) Belanja Modal Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah : H1 : Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. H2 : Retribusi Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal.