BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut (Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005). Pada kasus

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan. Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya pelaporan kecurangan. Menurut Hwang et al. (2008) pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. kasus kecurangan yang menjadi perhatian. Kecurangan (fraud) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap orang dituntut untuk memiliki perilaku jujur dalam melakukan pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan banyak perusahaan besar melakukan kecurangan seperti penipuan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. melakukan whistleblowing. Penelitian ini mengacu pada penelitian Liyanarachchi

BAB I PENDAHULUAN. akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang menuntut terwujudnya Good Governance. Pengertian Good

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah keuangan yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan bahkan kasus yang terjadi di Indonesia. Dengan munculnya isu-isu

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Pada sektor pemerintahan, menurut Hardjapamekas (2008), ada

BAB I PENDAHULUAN. para akuntan masih buruk. Pelanggaran-pelanggaran tersebut membuat timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya profesi akuntan menunjukan citra akuntan yang tidak profesional

BAB I PENDAHULUAN. perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring

Bab 1. Pendahuluan. Diawal tahun 2000 dunia dikejutkan dengan merebaknya kasus-kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. maupun praktisi (Dechow dan Skinner 2000; Merchant dan Rockness 1994) sebab

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian opini merupakan hasil akhir dari pekerjaan seorang auditor.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk profesional. Selain itu, akuntan juga harus menjaga harkat dan

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan instansi

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dekade ini, kecurangan pelaporan keuangan menjadi isu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berat, oleh karena itu perbaikan kompetensi seiring

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan yang muncul tentang keadilan, kejujuran, hak dan kewajiban,

SKRIPSI. Oleh : RISTIYANA /FEB/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2014

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi UNDIP dan UGM)

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perokonomian Indonesia sekarang masih mengalami krisis

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

Bab I. Pendahuluan. baik, jujur, bertanggung jawab, dan memiliki integritas yang tinggi. manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan berbagai upaya mencegah hal tersebut. Menurut penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjadi akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah, dan akuntan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan adalah profesi yang memiliki tujuan fundamental sebagai penyedia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir. Mulai dari kasus Enron di Amerika Serikat sampai dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemakai laporan keuangan. Perkembangan profesi akuntan publik di suatu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. terungkap, maka auditor melakukan penilaian risiko terhadap klien.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya (profitmaking)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. auditing masih sangat begitu kuat. Hal ini tampak dengan banyaknya bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menyebutkan bahwa informasi asimetri mempunyai dua tipe. Tipe pertama

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen laba (earnings management) merupakan isu akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. beberapa perusahaan besar seperti Enron, Merck, Allied Carpet, Sunbean, World

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad kedua puluh, dunia dikejutkan dengan skandal Enron dan WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh karyawannya (Menk, 2011). Enron yang merupakan satu dari tujuh perusahaan terbesar dan terinovatif di Amerika menurut majalah Forbes, mengalami kebangkrutan dalam enam bulan. Hal ini terjadi karena Enron menyembunyikan sejumlah hutang pada laporan keuangan dan memanipulasi laporan keuangannya agar kinerjanya terlihat baik. Pelanggaran etika pada skandal akuntansi perusahaan Enron inilah yang kemudian memicu Wakil Presiden Enron, Sherron Watkins mengungkapkan skandal korporasi yang terjadi di Enron kepada publik. Sama halnya dengan Enron, Worldcom melaporkan bahwa perusahaan telah mengklasifikasikan beban sebagai pengeluaran modal. Terungkapnya kasus tersebut diketahui berasal dari laporan Cynthia Cooper, auditor internal WorldCom kepada kepala komite audit perusahaan. Selanjutnya laporan ditindaklanjuti oleh KPMG, auditor eksternal WorldCom saat itu yang akhirnya menemukan adanya indikasi fraud yang dilakukan pihak manajemen. Tanpa karyawan yang bersedia mengungkap ke publik, tindakan tidak etis kedua perusahaan tidak akan dapat ditemukan (Menk, 2011). Di Indonesia, kasus whistleblowing mulai popular ketika munculnya Khairiansyah dan Komisaris Jendral (Komjen) Pol. Susno Duaji yang mengungkap 1

kasus korupsi di Institiusi tempat mereka bekerja. Komjen Pol. Susno Duadji merupakan orang pertama yang mengungkap praktik mafia hukum Gayus Tambunan kepada publik. Susno Duadji mengungkapkan bahwa skandal rekayasa perkara pembebasan kasus Gayus terkait dengan pencucian uang. (Semendawai, et al,. 2011). Kasus-kasus di atas terjadi karena adanya penyimpangan etika yang dilakukan oleh akuntan. Padahal menurut Chan dan Leung (2006) dalam Dalimunthe (2015), perilaku etis yang dimiliki oleh para akuntan profesional sangatlah penting dalam penentuan status dan kredibilitas profesi di bidang akuntansi. Maka dari itu, etika menjadi poin penting dalam setiap diskusi mengenai profesionalisme di bidang akuntansi dan audit (O'Leary & Radich, 2001), sehingga profesi akuntan sangat dianjurkan untuk melakukan whistleblowing internal (Elias, 2008) Mengingat pentingnya etika oleh profesi akuntan, Accounting Education Change Commission mensyaratkan mahasiswa akuntansi untuk lebih menekankan keterampilan intelektual dan kemampuan untuk mengidentifikasi isu-isu etis serta menerapkan value-based reasoning system. Hal ini diharapkan agar lulusan mahasiswa akuntansi memiliki penalaran etika yang lebih baik. Selain itu, pendidikan etika harus dimasukan ke dalam program pengajaran akuntansi (Benke dan Hermanson 1993 dalam Elias 2008). Pendidikan etika disarankan sebagai bahan ajar mahasiswa akuntansi karena pada saat itu pendidikan etika belum masuk sebagai bagian dari akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari laporan Cohen dan Pant (1989) dalam O'Leary & Radich (2001) bahwa dari 2

144 sekolah bisnis, 20% diantaranya menawarkan kursus etika bisnis di luar program di tahun 1979 dan meningkat hingga 40% di tahun 1989. Pemberian program kursus etika bisnis tersebut merupakan bagian dari solusi jangka panjang untuk meningkatkan penalaran etika para profesional di masa depan. Setelah diterapkannya pendidikan etika bisnis pada mahasiswa akuntansi, penelitian mengenai isu etika dan moralitas mahasiswa akuntansi mulai dilakukan di berbagai negara. Beberapa diantaranya O'Leary & Radich (2001) yang melakukan penelitian pada mahasiswa akuntansi tingkat akhir terkait etika. Lebih dari 50% mahasiswa akan menjadi whistleblower terkait fraud dengan pegawai pajak maupun shareholders, dan 8% lainya hanya akan menjadi whistleblower jika terkait dengan kasus mencontek pada saat ujian. Hal serupa juga dilakukan oleh Chiu (2002) yang melakukan penelitian pada mahasiswa MBA di China terkait dengan whistleblowing. Locus of control secara signifikan dapat memoderasi ethical judgment dalam whistleblowing intention. Penelitian lain disimpulkan oleh Elias (2008) bahwa whistleblowing perlu dilakukan jika masalah yang dihadapi serius, tetapi mahasiswa enggan untuk melakukannya sendiri karena takut sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang serupa dikemudian hari. Menk (2011) melakukan penelitian pada mahasiswa akhir tahun keempat di Virginia Commonwealth University mengenai Materiality, Personality traits, dan Ethical Position terhadap niat mahasiswa untuk melakukan whistleblowing. Ethical position memilki pengaruh yang paling kuat terhadap niat mahasiswa melakukan 3

whistleblowing, sedangkan variabel yang lain memiliki pengaruh, tetapi tidak signifikan. Sebelumnya, Liyanarachchi dan Newdick (2009) menguji pengaruh tingkat moral reasoning mahasiswa akuntansi di New Zealand dan retaliation terhadap kecenderungan mereka untuk melaporkan kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa moral reasoning dan retaliation secara signifikan berpengaruh positif terhadap kecenderungan untuk melakukan whistleblowing. Mustapha dan Ling (2012) meneliti sebanyak 105 mahasiswa akuntansi tingkat akhir di Malaysia mengenai persepsinya terhadap whistleblowing. Hasilnya tingkat keseriusan, ras, dan academic s performance memiliki pengaruh yang positif terhadap whistleblowing, sedangkan gender tidak mengindikasikan adanya pengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan whistleblowing. Penelitian mengenai locus of control, penalaran moral, dan materiality terhadap whistleblowing mulai dilakukan di Indonesia, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Banda (2012) yang meneliti mengenai pengaruh penalaran moral, sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap whistleblowing intention pada auditor internal Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Yogyakarta. Penelitian menunjukan bukti bahwa penalaran moral dan persepsi kontrol perilaku berpengaruh pada niat auditor internal untuk melakukan whistleblowing, sedangkan sikap dan norma subyektif secara empiris berpengaruh positif terhadap whistleblowing intention. Dalimunthe (2015) menunjukkan hasil sedikit berbeda, penalaran moral dan kolektivisme berpengaruh secara positif terhadap whistleblowing intention. Hal ini 4

sejalan dengan penelitian Larasati (2015) yang menguji pengaruh penalaran moral, retaliasi, rasa bersalah, dan rasa malu terhadap kecenderungan individu dalam melakukan whistleblowing. Penalaran moral, retaliasi, dan rasa bersalah berpengaruh positif dalam melakukan whistleblowing intention dan individu dengan penalaran moral yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam melakukan whistleblowing. Septianti (2013) menggunakan variabel yang berbeda untuk mencari faktor yang mendorong indvidu untuk melakukan whistleblowing. Berdasar penelitiannya, status manajerial, locus of control, komitmen organisasional, personal cost, dan status pelanggar tidak berpengaruh terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing, tetapi keseriusan pelanggaran dan suku bangsa berpengaruh signifkan terhadap niat melakukan whistleblowing. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di gambarkan bahwa mahasiswa akuntansi adalah bagian dari masa depan profesi akuntan, sehingga mahasiswa akuntansi menjadi objek potensial yang harus dibekali pendidikan etika sejak dini. Maka dari itu, mahasiswa akuntansi semestinya memiliki penalaran etis yang lebih tinggi daripada mahasiswa lainnya. Dari gambaran tersebut, penulis ingin meneliti mengenai pengaruh locus of control, penalaran moral, dan materiality terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing. Selain itu, penulis juga ingin menguji secara empiris mengenai perbedaan tingkat penalaran moral serta intensi untuk melakukan whistleblowing antara mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan akuntansi dan 5

mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan nonakuntansi di Universitas Gadjah Mada. 1.2. Rumusan Pertanyaan Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah locus of control secara signifikan berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing? 2. Apakah penalaran moral secara signifikan berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing? 3. Apakah faktor materiality secara signifikan berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing? 4. Apakah ada perbedaan tingkat penalaran moral yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan nonakuntansi? 5. Apakah ada perbedaan tingkat whistleblowing intention yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan nonakuntansi? 1.3. Tujuan Penelitian Bardasarkan latar belakang serta pertanyaan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penulisan penelitan ini adalah sebagai berikut: 6

1. Menguji secara empiris pengaruh locus of control mahasiswa terhadap niat melakukan whistleblowing. 2. Menguji secara empiris pengaruh penalaran moral mahasiswa terhadap niat melakukan whistleblowing. 3. Menguji secara emipris pengaruh faktor materiality terhadap niat melakukan whistleblowing. 4. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai perbedaan tingkat penalaran moral antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan nonakuntansi. 5. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai perbedaan tingkat whistleblowing intention antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang nonakuntansi. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Bagi peneliti lanjutan maupun akademisi yang ingin memperoleh pengetahuan dibidang whislteblowing, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melanjutkan penelitian berikutnya, maupun sekedar untuk menambah wawasan. 7

2. Manfaat Praktis Manfaat bagi perusahaan, sebagai tambahan pengetahuan dan bahan pertimbangan untuk memutuskan menggunakan whistleblowing system sebagai bagian dari sistem pengendalian internal (SPI). Selain itu, hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi pendidikan etika di jurusan akuntansi. 1.5. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisi uraian latar belakang masalah pemilihan topik penulisan, rumusan pertanyaan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab II berisi uraian landasan teori-teori yang menjadi dasar analisis penelitian, yaitu berupa kajian literatur baik secara teoritis maupun empiris dari penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis disertai kerangka penelitian. BAB III METODA PENELITIAN Bab III berisi uraian tentang desain penelitian, pemilihan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisis data berupa uji kualitas data yaitu uji validitas, dan uji reliabilitas, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 8

Bab IV berisi uraian mengenai proses pengujian data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil survei sesuai dengan alat statistik yang diperlukan. BAB V PENUTUP Bab V berisi simpulan dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, keterbatasan, dan saran-saran. 9