Seminar Tugas Akhir. Sirkuir Motocross dan Supercross di Lahan Pasca Galian C Kali Unda, Klungkung BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

FAKULTAS TEKNIK, JURUSAN ARSITEKTUR 2012 E-SPORT ARENA BERSTANDAR INTERNASIONAL DI BADUNG, BALI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PUSDIKLAT Tenis Lapangan Bali di Denpasar BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil

BANGUNAN FASILITAS SIRKUIT BALAP OTOMOTIF ROAD RACE DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

otomotif dapat dijadikan alternatif untuk lebih mengoptimalkan potensi tersebut.2 Sirkuit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

meningkat dari tahun 2013 dengan jumlah atlet 250, tahun 2014 dengan jumlah atlet 297, dan pada tahun 2015 dengan jumlah atlet renang 311.

PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I

BAB III ELABORASI TEMA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. SIRKUIT TERPADU TAWANG MAS DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur High Tech)

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. ii Denpasar Aquatic Centre

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Medan Tennis Center- Structure as Architecture BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SIRKUIT MOTOR PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEPAKBOLA JAWA TENGAH DI SEMARANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MOTOCROSS DI TABANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN -1- pepeoeoeoekonhcfkjsnfo. SEMINAR TUGAS AKHIR FASILITAS PENUNJANG pepeoeoeoekonhcfkjsnfo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANGGARAN KAS

PUSAT PELATIHAN BASKET KLUB SAHABAT SEMARANG BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Deskripsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SIRKUIT INTERNASIONAL SURAKARTA

SIRKUIT DRAG RACE DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Fasilitas Wisata Air di Blahkiuh 1

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN UNIVERSITAS DHYANA PURA DI BADUNG 1

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Internasional yang dikenal dengan Tour de Singkarak. (Kompas, 2012 : 2

BANJAR BARU INTERNATIONAL CIRCUIT

BAB I PENDAHULUAN. I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Revitalisasi GOR Trilomba Juang Semarang

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangangan kendaraan bermotor saat ini khususnya kendaraan. untuk mencapai kecepatan maksimum dari posisi keadaan kecepatan 0

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mental, manusia juga dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan dengan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Perancangan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan memelihara kebugaran dan kesehatan jasmani. Dalam perkembangannya olahraga dijadikan kegiatan untuk mencari prestasi maupun hanya sebagai kegiatan yang menghibur. Olahraga juga merupakan kegiatan positif untuk mengisi waktu luang atau menjadi sebuah profesi. Menurut Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga (1987) mengkategorikan olahraga menjadi 7 jenis yaitu olah raga rekreasi, olah raga profesional, olah raga massal, olah raga prestasi, olah raga tradisional, olah raga khusus dan olah raga rehabilitasi. Salah satu dari olahraga tersebut yang sekarang ini cukup banyak dilakukan oleh generasi muda adalah olahraga prestasi dan menjadi dapat mengembangkan bakat yang dimiliki. Pada Undang Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005) Pasal 1 Poin 13 menyatakan olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. 1

Olahraga balap motor merupakan bentuk olahraga otomotif yang saling mengadu kemampuan serta kecepatan mesin dan cukup berbahaya, baik mengandari mobil maupun sepeda motor. Selain dari bakat dan hobi juga membutuhkan keberanian yang cukup besar. Karena bahaya yang selalu mengancam dan bisa berakibat kecelakaan yang membawa cacat atau bahkan kematian. Dalam hal ini olahraga Motocross yang termasuk dalam olahraga extreme juga termasuk olahraga prestasi. Sudah banyak perlombaan Motorcross atau Supercross yang diadakan dan mendapatkan antusiasme masyarakat yang cukup banyak. Para pengghobi olahraga balap motor yang tidak mendapatkan tempat yang sesuai untuk menyalurkan hobbinya akan melakukan tindakan balap motor di tempat umum dimana hal ini dapat dikatakan balap motor yang tidak legal karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tindakan balap liar telah melanggar Pasal 297 UU Nomor 22 Tahun 2009, dengan sanksi maksimal 3 tahun dan denda maksimal Rp. 3.000.000.00. Balap liar juga membuat bakat bakat dari anak muda di Kabupaten Klungkung yang tidak terbina, sehingga perlunya pengadaan sebuah fasilitas sebagai penyalur hobi dan bakat anak muda di bidang balap motor. Di daerah Kabupaten Klungkung, juga tidak sedikit adanya anak muda yang bermain motocross di lahan Pasca galian C tanpa fasilitas yang memadai, dimana penghobi olahraga ini hanya dapat memamfaatkan jalan yang tidak rata karena belum adanya pengerasan jalan di daerah Pasca galian C ini. Melakukan olahraga yang bersifat berbahaya tanpa dilengkapi dengan fasilitas yang sesuai standar dapat menyebabkan kecelakaan hingga kematian, sehingga banyak bakat bakat generasi muda daerah Klungkung yang terbuang sia sia. Maka dari itu diperlukannya fasilitas berupa sirkuit motocross dan supercross permanen sebagai tempat latihan sekaligus juga menjadi tempat untuk mengadakan perlombaan atau event event yang terkait dengan olahraga Motorcross. Keberadaan sirkuit motocross dan supercross yang dapat mewadahi para penghobbi, sekaligus sebagai tempat melaksanakan event nasional diharapkan dapat menjadi sebuah penunjang destinasi wisata yang baru di Kabupaten Klungkung. Olahraga yang memacu adrenalin ini menjadi daya tarik bagi 2

wisatawan yang ingin menonton sebuah pertunjukan balap motor dilintasan tanah dan menunjukkan skill dari tiap pembalap. Melalui event event yang diadakan dapat menjadi sebuah ajang promosi atau upaya meningkatkan daya tarik daerah. Karena Bali merupakan destinasi wisata domestik maupun internasional dapat menjadi peluang yang besar untuk menarik penonton maupun wisatawan. Ditambah lagi dengan adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Klungkung yang merencanakan lahan Pasca galian C menjadi wilayah parawisata. Keberadaan sirkuit motocross dan supercross di lahan Pasca galian C dapat sebagai tindakan untuk menghidupkan lagi wilayah yang sudah rusak karena aktivitas pertambangan sebelumnya. Ditambah lokasi galian C yang dekat dengan jalan arteri yaitu Jalan Bay Pass Prof. Ida Bagus Mantra dapat memudahkan akomodasi menuju sirkuit motocross dan supercross dari arah Denpasar maupun arah Pelabuhan Padang Bai. Dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan sirkuit Motocross dan Supercross dapat menjadi fasilitas olahraga yang dapat mengembangkan bakat bakat dari generasi muda dalam meningkatkan prestasi di bidang olahraga balap. Tentunya, pernyataan tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin, mengingat saat ini olahraga extreme sedang mendapatkan antusiasme masyarakat yang besar dan olahraga ini dapat dicoba oleh segala kalangan jika sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Pengadaan fasilitas Sirkuit Motocross dan Supercross di Lahan Pasca Galian C Kali Unda ini diharapkan mampu memenuhi target-target sasaran tersebut dengan cara memberikan fasilitas bagi masyarakat umum khususnya di daerah Klungkung. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa saja fasilitas yang akan menunjang keberadaan dari sirkuit motocross dan supercross sehingga dapat menjadi destinasi parawisata olahraga di lahan Pasca galian C? 2. Bagaimana tema yang akan diterapkan di arena sirkuit motocross dan supercross di Lahan Pasca Galian C Kali Unda, Klungkung? 3

3. Bagaimana perencanaan sirkuit motocross dan supercross yang mampu mengadaptasi budaya lokal sehingga dapat menjadi sebuah penunjang destinasi wisata di Kabupaten Klungkung? 1.3 Tujuan Tujuan dari perancangan sirkuit motocross dan supercross dapat menjadi fasilitas olahraga dan hobi positif yang dapat mengembangkan bakat bakat generasi muda di bidang olah raga motocross dan supercross. Sekaligus menciptakan destinasi wisata olahraga baru di daerah lahan Pasca galian C Yeh Unda. 1.4 Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.4.1 Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan sumbernya (Wasito, Drs. Hermawan, 1992): a. Data Primer Data primer diperoleh melalui : Wawancara Teknik wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab yang dilakukan dengan narasumber yang memiliki informasi mengenai perancangan sebuah sirkuit motocross dan supercross yang dapat mewadahi event tingkat daerah maupun nasional sekaligus menjadi destinasi parawisata olahraga. Observasi Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada lingkungan site maupun disekitar site yang akan dipakai sebagai sirkuit motocross dan supercross untuk mendapatkan data data mengenai kondisi existing dari site. Observasi juga dilakukan pada proyek proyek sejenis yang berada di daerah lain dan mencari data data mengenai sirkuit motocross dan supercross dan mengetahui kelemahan kelemahan yang dimiliki sehingga saat perencanaan dapat dicarikan sebuah 4

solusi terbaik agar dapat merencanakan sebuah sirkuit yang lebih baik dari proyek sejenis yang ada. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui : Data Literatur Data yang didapat dengan mencari sumber sumber yang dapat mendukung data sirkuit motocross dan supercross serta data data lain dari Ikatan Motor Indonesia (IMI), perpustakaan dan literatur lainnya. Data Instansional Dengan mencari data yang menyangkut dengan peraturan peraturan dan kebijakan-kebijakan baik daerah maupun nasional yang mempengaruhi perencanaan sirkuit motocross dan supercross di lahan Pasca galian C Kali Unda, Klungkung Studi Banding Studi banding merupakan teknik mencari data dengan mencari fasilitas atau proyek sejenis yang menyangkut tentang sirkuit motocross maupun supercross dengan cara browsing di internet, sehingga mendapatkan perbandingan dan contoh mengenai fasilitas utama dan fasilitas penunjang maupun pengelolaan yang ada. 1.4.2 Teknik Analisis dan Sintesis Pada laporan ini menggunakan informasi yang dikumpulkan dari berbagai literatur yang berkaitan kemudian dikelompokkan dan dilakukan pengolahan data sebagai berikut : 1. Studi Deskriptif, yaitu memaparkan hal hal yang berhubungan secara sistematis. 2. Metode Komperatif, yaitu teknik mencari sebab akibat terhadap sebuah permasalahan yang muncul dan mencoba mencarikan solusi melalui rancangan yang sudah didasari dengan teori yang ada. 5

3. Metode Sintesis, merupakan penggabungan kedua metode yang ada di atas. 1.4.3 Penarikan Kesimpulan Kesimpulan diambil sebagai rangkuman dari semua jawaban atas masalah yang telah diangkat. Proses penarikan kesimpulan menggunakan teknik deduktif, yaitu teknik pengambilan kesimpulan dari hal-hal bersifat umum mengarah pada kesimpulan yang bersifat khusus. 6