BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang diambil oleh penulis disini yaitu tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI yang tercatat di dalam Bank Indonesia, serta Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2010). 1.1.1 Profil Singkat Bank Indonesia Berdasarkan situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id, Bank Indonesia pada awalnya bernama De Javasche Bank yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1828 yang berfungsi sebagai bank sirkulasi yang mencetak dan mengedarkan uang. Barulah pada tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi dan peran dari De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran. Selain itu juga melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya. Pada tahun 1968, Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Babak baru bagi Bank Indonesia terjadi pada tahun 1999 yang ditetapkannya tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah berdasarkan UU No.23/1999. Hingga pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan PerPPU No.2 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No.23/1999 tentang Bank 1
Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Setelah melintasi kurun waktu yang cukup panjang, Bank Indonesia terus berupaya menjalankan visinya yaitu menjadi bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Begitu pula dengan misinya yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal itu, Bank Indonesia memiliki kewenangan dalam melaksanakan tiga tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. 1.1.2 Profil Singkat Bursa Efek Indonesia Berdasarkan data dari situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id, Bursa Efek pertama kali didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1912. Antara tahun 1925-1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali setelah adanya Perang Dunia I serta dibukanya Bursa Efek di Semarang dan di Surabaya. Kemudian dalam tahun 1977-1987, Presiden Soeharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta yang dijalankan dibawah BAPEPAM, meskipun perdagangan di Bursa Efek pun masih lesu dengan jumlah emiten yang hanya ada 24. Pada 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa 2
Efek Surabaya. Hingga pada tanggal 22 Mei 1995, Sistem otomasi perdagangan di BEJ menggunakan sistem komputer JATS (Jakarta Auotomated Trading System) yang kemudian pada tahun 2000 diaplikasikannya sistem perdagangan tanpa warkat. Dan akhirnya pada tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Surabaya ke Bursa Efek Jakarta dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Sampai dengan saat ini, perkembangan Bursa Efek Indonesia pun sangat baik, sudah terdapat 120 brokers dan 112 participants dengan total 432 perusahaan yang tercatat di dalamnya. Adapun visi dari Bursa Efek Indonesia itu sendiri yaitu menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Sedangkan misinya yaitu menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance. 1.2 Latar Belakang Penelitian Pasar Modal merupakan salah satu sarana yang dinamis untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Darmadji & Fakhruddin (2011:1), pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. 3
Sebagaimana dikemukakan oleh Dahlan Siamat (2005:487), pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Salah satu indikator cerminan perkembangan pasar modal secara umum adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggunaan IHSG sebagai indikator dikarenakan menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Sehingga nilai dari IHSG itu sendiri dapat menggambarkan atau mewakilkan pergerakan harga seluruh saham yang ada di BEI. Pada sekitar tahun 1998, krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah menghancurkan sektor perekonomian negara. Dampak dari krisis ini ditunjukkan dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari posisi IHSG yang sempat mencapai titik terendah di level 263,23 pada tanggal 28 September 1998. Kemudian setelah krisis ekonomi tahun 1998, nilai IHSG pun mulai stabil dan terus membaik perlahan-lahan. Bahkan pada tanggal 7 Januari 2008, nilai IHSG bisa meningkat hingga berada pada level 2830,26. (Sumber : http://finance.yahoo.com/). Namun hal ini tidaklah berlangsung lama, terjadinya krisis ekonomi global pada pertengahan tahun 2008 menyebabkan nilai 4
IHSG kembali menurun hingga pada titik terendah pada tahun itu yaitu mencapai level 1146,28 pada tanggal 17 November 2008. Seiring dengan membaiknya kondisi krisis ekonomi global, nilai IHSG pun juga ikut membaik dan terus meningkat hingga menutup tahun 2010 pada titik yang cukup tinggi yaitu 3703,51. Berikut adalah Gambar 1.1 Nilai IHSG Tahun 1998-2010. Gambar 1.1 Nilai IHSG Tahun 1998-2010 Sumber : http://finance.yahoo.com/ Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa terjadinya krisis ekonomi global pada pertengahan tahun 2008 sangatlah mempengaruhi pergerakan nilai IHSG. Nilai IHSG yang sebelumnya sedang mengalami grafik menanjak pasca krisis ekonomi 1998, langsung menurun tajam. Berfluktuasinya nilai IHSG disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai IHSG yang berasal dari dalam negeri yaitu tingkat suku bunga SBI. Menurut Dahlan Siamat (2005:455), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjual 5
belikan dalam bentuk diskonto. SBI digunakan oleh Bank Indonesia sebagai alat mekanisme untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Ketika terjadi krisis ekonomi global pada pertengahan tahun 2008, Bank Indonesia mengeluarkan SBI dengan nilai yang cukup tinggi guna menjaga nilai rupiah agar tetap stabil. Tingginya nilai SBI tentu saja membuat para investor merasa tertarik untuk berinvestasi terhadap SBI yang memiliki resiko sangat kecil dibandingkan dengan instrumen keuangan lainnya seperti saham. Hal tersebut mengakibatkan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia menjadi lesu dan akhirnya membuat nilai dari IHSG melemah dan akhirnya terus menurun. Faktor dalam negeri lainnya yang mempengaruhi nilai IHSG adalah meningkatnya inflasi. Inflasi berdasarkan situs resmi Badan Pusar Statistik Indonesia www.bps.go.id adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Dengan melemahnya nilai mata uang rupiah disaat terjadinya krisis ekonomi global pada pertengahan tahun 2008, membuat para masyarakat maupun investor saham lebih berhati-hati dalam menggunakan uangnya dan lebih memilih menggunakan uang mereka dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan hidup dibandingkan berinvestasi khususnya pada saham yang tentu saja memiliki resiko tinggi. Hal itulah yang kemudian membuat perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia melemah dan mengakibatkan nilai dari IHSG itu sendiri menjadi turun. Berikut adalah Gambar 1.2 Tingkat Inflasi Tahun 2006-2010. 6
GAMBAR 1.2 TINGKAT INFLASI 2006-2010 Sumber : http://www.bi.go.id/ Dapat dilihat dari gambar diatas, bahwa tingkat inflasi masih sangat tinggi pada awal tahun 2006 hingga berkisar 17.92%. Namun ketika mulai memasuki awal tahun 2007, tingkat inflasi mulai menurun dan menjadi lebih stabil yaitu berada pada kisaran 6%. Tetapi terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008, membuat tingkat inflasi naik kembali hingga menembus kisaran 12.14% pada bulan September dan baru bisa normal kembali pada tahun 2009 setelah krisis ekonomi global usai. Bahkan tingkat inflasi mencapai titik terendahnya pada November 2009 di kisaran 2.41%. (Sumber : http://www.bi.go.id/). Dengan berfluktuasinya nilai Indeks Harga Saham Gabungan, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI dari tahun 2006 hingga 2010, serta melihat adanya pengaruh disaat meningkatnya tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI yang menyebabkan menurunnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan, 7
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi apakah terdapat pengaruh antara tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Oleh karena itu penulis mengajukan topik penelitian dengan judul : PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (PERIODE 2006-2010). Ruang lingkup dalam penelitian ini penulis batasi dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu tahun 2006-2010, dimana diantara kurun waktu tersebut terjadinya fenomena krisis ekonomi global yaitu pada tahun 2008. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian terhadap dua variabel yang dapat mempengaruhi nilai IHSG, yaitu tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI. Penulis memilih dua variabel tersebut karena melihat adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kedua variabel tersebut terhadap pergerakan nilai IHSG. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian, maka penulis mengidentifikasi masalah masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan tingkat inflasi selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010? 2. Bagaimana perkembangan tingkat suku bunga SBI selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010? 3. Bagaimana perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010? 8
4. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010? 5. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diidentifikasikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perkembangan tingkat inflasi selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. 2. Mengetahui perkembangan tingkat suku bunga SBI selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. 3. Mengetahui perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. 4. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. 5. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. 9
1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan khususnya tentang saham. 2. Bagi pihak akademis dan perguruan tinggi di Indonesia, dapat dijadikan sebagai masukan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 3. Bagi pelaku bisnis dan pihak lain, dapat menjadi informasi yang berharga dalam mempertimbangkan keputusan investasi. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan penulisan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang beserta perumusan masalahnya, serta tujuan dan kegunaan dari penelitian ini. Bab II Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian Bab II memaparkan rangkuman dari teori-teori yang bersangkutan, penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Pada bab III menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 10
Menguraikan hasil dari penelitian yang dilakukan beserta pembahasannya secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran Menyajikan kesimpulan dan memberikan saran hasil dari penelitian yang dilakukan. 11