BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

BAB II LANDASAN TEORI

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB 2 LANDASAN TEORI

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten et al (2004, p12), Information system is an arrangement of

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN ABC METODOLOGI DI PT. GEDESCO SEJAHTERA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. lebih komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berkaitan untuk

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat menyebabkan perusahaan perusahaan sejenis saling berlomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1.

SKRIPSI. oleh. Marius

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sistem informasi yang handal dan reliable untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

METODE PEMBEBANAN BOP

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) sekarang ini memberi pengaruh yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. tergantung satu sama lain dimana mereka bersama-sama menyelesaikan sasaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2005 / 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. motivasi kepada seluruh pekerja yang telah bekerja untuk perusahaan tersebut. Hal itu

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN DAN PENGUPAHAN PT. SILVA INHUTANI LAMPUNG

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PROSES PRODUKSI PADA PT. KARYA SUKSES PLASINDOMAS

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN DAN PERSEDIAAN PADA PD. PASADENA SKRIPSI. Oleh Imam Ashyri

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN PADA PT. ANEKA BAUT ERIC NIM :

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PROSES PRODUKSI DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. DUTA INDAH SEJAHTERA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 2. Landasan Teori

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1. Definisi Sistem Menurut Hall (2011, p.5), Sebuah sistem adalah kumpulan dari dua atau lebih komponen yang berhubungan atau subsistem yang mempunyai tujuan yang sama. Menurut O Brien, Hall (2006,p.29), Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Menurut Gelinas (2008,p.11), Sistem adalah kumpulan dari elemen yang saling tergantung satu sama lain dimana mereka bersama-sama menyelesaikan sasaran yang spesifik. Dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang sama. 2.1.2. Definisi Informasi Menurut O Brien, Hall (2006,p.38), Informasi dapat didefinisikan sebagai data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir tertentu.

10 Menurut Gelinas (2008,p.17), Informasi adalah data yang dipresentasikan dalam bentuk yang berguna untuk aktivitas pengambilan keputusan. Dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi pemakai akhir tertentu. Kualitas Informasi (Gelinas,p.20) : Efektivitas : berkaitan dengan informasi yang relevan dan terkait dengan proses bisnis serta disampaikan tepat waktu, benar, konsisten dan dapat digunakan. Efisiensi : menyangkut ketersediaan informasi melalui penggunaan sumber daya yang optimal (paling produktif dan ekonomis). Kerahasiaan : menyangkut perlindungan informasi sensitif dari pengungkapan yang tidak terotorisasi. Integritas : berkaitan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi serta validitasnya yang berhubungan dengan nilai-nilai bisnis dan harapan. Ketersediaan : berkaitan dengan informasi yang tersedia bila diperlukan oleh proses bisnis sekarang dan di masa depan. Hal ini juga menyangkut pengamanan sumber daya yang diperlukan dan kemampuan yang terkait. Kepatuhan : berkaitan dengan mematuhi hukum, peraturan dan perjanjian kontrak dimana proses bisnis adalah sebagai subjek, yaitu, secara eksternal dikenakan kriteria, sama seperti kebijakan internal. Keandalan : berkaitan dengan penyediaan informasi yang tepat bagi manajemen untuk mengoperasikan entitas dan latihan fidusia dan kewajiban terhadap pemerintahan.

11 2.1.3. Definisi Sistem Informasi Menurut O Brien, Hall (2006,p.5), Sistem Informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut Gelinas (2008,p.13), sebuah sistem informasi adalah sistem yang dibuat manusia yang umumnya mengandung sekumpulan komponen berbasis komputer yang saling terintegrasi dan komponen manual yang dibangun untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur data dan menyediakan output berupa informasi untuk pengguna. Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi dari manusia dan sumber daya yang ada yang saling terintegrasi untuk menyediakan suatu informasi yang berguna bagi penggunanya dalam organisasi. 2.1.4. Definisi Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones dan Rama (2006, p5), The accounting information systems is a subsystem of an MIS that provides accounting and financial information, as well as other information obtained in the routine processing of accounting transactions., yang dapat diartikan : Sistem informasi akuntansi adalah sebuah subsistem dari MIS yang menyediakan informasi akuntansi dan finansial, sebagaimana informasi lainnya yang didapat dari proses rutin dari transaksi akuntansi.

12 Menurut Gelinas et al. (2008, p15), Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah spesifikasi subsistem dari sistem informasi yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan terhadap aspek keuangan dari kegiatan bisnis, yang terintegrasi dengan sistem informasi dan tidak dapat dibedakan sebagai pemisah subsistem. Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah subsistem dari sistem informasi yang menyediakan informasi akuntansi dan finansial dari kegiatan bisnis yang berjalan di perusahaan. 2.1.4.1. Tujuan dan kegunaan sistem informasi akuntansi Menurut Jones dan Rama (2006, p6-7), tujuan dan kegunaan Sistem Informasi Akuntansi ada lima, yaitu : 1. Menghasilkan laporan eksternal Sistem informasi akuntansi mampu menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memuaskan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan. Laporan-laporan tersebut mencakup financial statement, tax returns, dan laporan lainnya yang dibutuhkan oleh perwakilan pihak-pihak yang terkait. 2. Mendukung aktivitas yang rutin Mampu mendukung manajer dalam menangani aktivitas-aktivitas operasi yang bersifat rutin selama siklus operasi perusahaan. 3. Mendukung keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang bersifat non-rutin yang terdapat pada organisasi atau perusahaan.

13 4. Perencanaan dan pengawasan Sebuah sistem informasi sangat dibutuhkan untuk kegiatan perencanaan dan pengawasan. Informasi mengenai anggaran dan biaya-biaya standar disimpan dalam sistem informasi dan laporan digunakan untuk membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan jumlah yang sebenarnya. 5. Pengimplementasian pengendalian internal Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau penggelapan dan untuk menjaga keakuratan data keuangan. Hal tersebut dapat berhasil yaitu dengan membangun suatu sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi. 2.1.4.2. Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Hall (2011, p13-p18), elemen-elemen dari SIA adalah sebagai berikut : 1. Pemakai akhir Dibagi dalam dua kelompok umum : eksternal dan internal. Pemakai eksternal meliputi para kreditur, para pemegang saham, para investor potensial, agen-agen pemuat peraturan, otoritas pajak, para pemasok, dan pelanggan. Para pemakai internal adalah pihak manajemen di setiap tingkat organisasi, juga personel operasi. Berlawanan dengan pelaporan eksternal, organisasi memiliki cukup kebebasan dalam memenuhi kebutuhan pemakai internal. 2. Sumber data Sumber data adalah transaksi keuangan yang memasuki sistem informasi dari sumber internal dan eksternal. Transaksi keuangan eksternal merupakan

14 sumber data yang umum bagi kebanyakan organisasi. Termasuk dalam transaksi ini adalah pertukaran ekonomis dengan entitas bisnis lainnya dan individu dari luar perusahaan. Misalnya, penjualan barang-barang dan jasa, pembelian persediaan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas (termasuk gaji). Transaksi keuangan internal melibatkan pertukaran dan pergerakan sumber daya dalam organisasi. 3. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan tahap operasional pertama dalam sistem informasi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa data-data peristiwa yang memasuki sistem itu sah (valid), lengkap dan bebas dari kesalahan material. Jika transaksi yang salah memasuki pengumpulan data tanpa terdeteksi, sistem mungkin akan memproses kesalahan dan menghasilkan output yang keliru dan tidak dapat diandalkan. 4. Pemrosesan data Tugas dari pemrosesan data bervariasi dari yang sederhana sampai kompleks. Misalnya adalah prosedur-prosedur untuk memposkan dan merangkumkan yang digunakan dalam aplikasi akuntansi. 5. Manajemen database Database organisasi merupakan tempat penyimpanan fisik data keuangan dan non-keuangan. Manajemen database memiliki tiga tugas mendasar, yaitu penyimpanan, perbaikan (retrieval), dan penghapusan.

15 6. Penghasil informasi Penghasil informasi merupakan proses mengumpulkan, mengatur, memformat, dan menyajikan informasi untuk para pemakai. Tanpa memperhatikan bentuk fisiknya, informsi yang berguna memiliki karakteristik berikut ini : a. Relevan Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan. b. Tepat waktu Informasi harus tidak lebih tua dari periode waktu tindakan yang didukungnya. c. Akurat Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. d. Lengkap Tidak boleh ada bagian informasi yang esensial bagi pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang. e. Rangkuman Informasi harus diagregasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakai. 7. Umpan balik Umpan balik adalah suatu bentuk output yang dikirimkan kembali ke sistem sebagai suatu sumber data. Umpan balik dapat bersifat internal atau eksternal dan digunakan untuk memulai atau mengubah suatu proses.

16 2.2. Analisis Dan Perancangan Sistem 2.2.1 Analisis Sistem 2.2.1.1 Pengertian Analisis Sistem Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.792), System analysis is a rigorous and systematic approach to decision making, characterized by a comprehensive definition of available alternatives and exhaustive analysts of marits of each alternatives as a basis for choosing the best alternatives. Dapat diartikan bahwa analisis sistem adalah sebuah pendekatan yang teliti dan sistematik untuk pengambilan keputusan, dikarakteristikkan oleh sebuah definisi komprehensif dari alternatif yang ada dan analisis yang mendalam mengenai setiap alternatif yang pantas sebagai sebuah dasar memilih alternatif yang terbaik. 2.2.1.2 Tahapan Analisis Sistem Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hoopwood (2009, p.500-504), tahapan dalam analisis sistem adalah sebagai berikut: 1. Melakukan survei terhadap sistem yang sedang berjalan sekarang. 2. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan informasi. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan sistem (system requirements). 4. Mengembangkan suatu laporan analisis sistem.

17 2.2.2 Perancangan Sistem 2.2.2.1 Pengertian Perancangan Sistem Menurut Whitten et al. (2005, p.39), Perancangan Sistem merupakan spesifikasi atau konstruksi dari suatu solusi yang berbasis komputer dan teknis bagi kebutuhan-kebutuhan bisnis yang diidentifikasikan dalam analisis sistem. (catatan: rancangan mengambil bentuk dari sebuah working prototype.) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.792), System design is the process of preparing detailed specification for the development of the new information systems. Dapat diartikan bahwa : perancangan sistem adalah proses menyiapkan spesifikasi secara rinci untuk pengembangan sistem informasi yang baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem merupakan persiapan spesifikasi secara detail dari kebutuhan analisis sistem untuk menyiapkan perancangan sistem informasi yang baru. 2.2.2.2 Tahapan Perancangan Sistem Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hopwood (2001, p.511-515), tahapan dalam perancangan sistem adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi alternatif-alternatif perancangan. 2. Mempersiapkan spesifikasi-spesifikasi perancangan. 3. Mempersiapkan dan mengajukan spesifikasi-spesifikasi perancangan sistem. 4. Perencanaan (blueprinting) proses bisnis.

18 2.3. Definisi Metode Analisis Data dan Desain Berorientasi Objek Menurut Mathiassen (2000, p.12), object oriented analysis and design merupakan kumpulan dari pedoman umum yang digunakan untuk melakukan analisis dan perancangan. Object oriented analysis and design merefleksikan empat perspektif pokok pada suatu sistem dan konteksnya, yaitu kandungan informasi dari sistem, bagaimana sistem akan digunakan, sistem sebagai keseluruhan atau satu kesatuan, dan komponen-komponen sistem. Keempat perspektif tersebut dihubungkan dengan empat aktivitas utama object oriented analysis and design, yaitu problem-domain analysis, application-domain analysis, architectural design, dan component design yang dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut : Sumber : Mathiassen (2000, p.15) Gambar 2.1 Aktivitas utama dalam object oriented analysis and design

19 2.3.1. System Definition Menurut Mathiassen (2000, p.24), system definition merupakan deskripsi singkat dari sebuah sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alami. Suatu system definition mengekspresikan properti-properti yang fundamental untuk pengembangan dan penggunaan sistem. Hal tersebut mendeskripsikan sistem dalam konteks, informasi apa yang harus dikandungnya, function mana yang harus tersedia, dimana hal tersebut akan digunakan, dan kondisi pengembangan mana yang diterapkan. Tujuan dari system definition adalah untuk menerangkan berbagai interpretasi dan kemungkinan yang berbeda. System definition membantu menangani gambaran umum dari berbagai pilihan-pilihan yang berbeda, dan dapat digunakan untuk membandingkan berbagai alternatif. System definition yang akhirnya dipilih harus menyediakan pondasi yang diperlukan untuk melanjutkan aktivitas analisis dan desain.

20 2.3.1.1. Kriteria FACTOR Menurut Mathiassen (2000, p39), kriteria FACTOR terdiri dari enam elemen, sebagai berikut: 1. Functionality : Fungsi dari sistem yang mendukung tugas-tugas application domain. 2. Application-domain : Bagian dari organisasi yang mengadministrasi, memonitor, atau mengontrol suatu problem domain. 3. Conditions : Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. 4. Technology : Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan teknologi dimana sistem akan berjalan. 5. Objects : Objek utama dalam problem domain. 6. Responsibility : Tanggung jawab keseluruhan dari sistem dalam hubungan dengan konteksnya. 2.3.1.2. Rich Picture Menurut Mathiassen, et al. (2000, p26), A rich picture is an informal drawing that presents the illustrator s understanding of a situation. Dapat diterjemahkan bahwa rich picture adalah sebuah gambaran informal yang menggambarkan pemahaman ilustrator mengenai situasi yang ada. Rich picture merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan pemahaman pengembang sistem dengan pemakai dalam sistem.

21 2.3.2. Problem Domain Analysis Menurut Mathiassen (2000, p.46), tujuan dari analisis problem domain adalah untuk mengembangkan model. Sedangkan model merupakan gambaran dari class, structure, dan behaviour pada problem domain. Dapat diartikan bahwa problem domain adalah bagian dari konteks yang diadministrasi, dimonitor, dan dikontrol oleh sistem. Pada problem-domain analysis terdapat tiga aktivitas utama, yaitu: 1. Classes, aktivitas ini melakukan pendefinisian dan pengkarakteristikan problem domain dengan memilih class dan events yang menghasilkan event table. 2. Structure, aktivitas ini mengkhususkan hubungan antara class dan object yang ada pada problem domain sehingga menghasilkan class diagram. 3. Behaviour, pada aktivitas ini menggambarkan properti-properti yang dinamik dan atribut-atribut dari setiap class yang dipilih. Tujuan dari behaviour adalah untuk memodelkan kedinamisan suatu problem domain. Sumber: Mathiassen (2000, p.46) Gambar 2.2 Aktivitas problem-domain

22 2.3.2.1. Classes Menurut Mathiassen (2000, p.53), Class is a description of a collection of objects sharing structure, behavioural pattern, and attributes. Dengan demikian, class adalah sebuah deskripsi dari kumpuan object yang berbagi struktur, behavioural pattern, dan atribut-atribut. Menurut Mathiassen (2000, p.49-65), kegiatan kelas merupakan kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Ada beberapa tugas utama dalam kegiatan ini yaitu: abstraksi fenomena dari problem domain dalam object dan event; klasifikasi object dan event; pemilihan class dan event yang akan dipelihara informasinya oleh sistem. Pemilihan class tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event yang dialami atau dilakukan oleh satu atau lebih object bertujuan untuk membedakan tiap-tiap class dalam problem domain. 2.3.2.2. Structure Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000,p.69), structure bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan structural di antara classes dan objects dalam problem domain. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam structure yaitu pembelajaran abstrak, hubungan statis di antara classes; pembelajaran konkrit, hubungan dinamis di antara objects; pemodelan hubungan-hubungan struktural yang diperlukan. Hasil dari kegiatan structure adalah membuat class diagram. Class diagram menggambarkan kumpulan dari classes dan hubungan yang terstruktur.

23 Menurut Mathiassen et al. (2000, p.72-77), hubungan antar class dan object dihubungkan menjadi beberapa jenis, yaitu : a. Class structure i. Generalization Diartikan dengan a kind of karena merupakan jenis dari class tertentu yang lebih besar jadi dapat dipecah menjadi dua bagian, yaitu general class (the super class) dan specialized (subclasses). ii. Cluster Mendefinisikan sekumpulan class yang saling berhubungan. b. Object structure i.aggregation Diartikan dengan a part of karena merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar dan tidak dapat dipisahkan dari hal tersebut karena bila dipecahkan bukan merupakan bagian yang diinginkan. ii.association Diartikan dengan hubungan antar object yang mana object yang satu dapat digunakan oleh object dengan jumlah tertentu.

24 2.3.2.3. Behaviour Mengacu pada pendapat Mathiassen et al. (2000, p.89), kegiatan behaviour bertujuan untuk memodelkan hal-hal yang terjadi dalam problemdomain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dari kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioural pattern) dan atribut dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini adalah behavioural pattern yang diekspresikan secara grafis dalam statechart diagram. Konsep dari behaviour adalah: a. Event trace, mendefinisikan sekumpulan event yang melibatkan object yang spesifik. b. Behaviour pattern, mendefinisikan gambaran dari class atau event. c. Attribute, mendefinisikan gambaran dari class atau event. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.341), A statechart diagram describes the general behaviour of all objects in a specific class and contains states and transitions between them. Dapat diartikan bahwa statechart diagram menggambarkan tentang behaviour umum dari tiap object dalam sebuah class yang spesifik dan berisikan state dan transition diantara mereka. Statechart diagram adalah bagian dari UML. Statechart diagram dapat juga menjelaskan use case, dimana transition melambangkan action.

25 2.3.3. Application Domain Analysis Menurut Mathiassen et al. (2000, p.115), application domain adalah sebuah organisasi yang mengadministrasi, memonitor, atau mengontrol sebuah problem domain. Tujuan dari analisis application domain adalah untuk menentukan persyaratan penggunaan sistem (system requirements). Aktivitas-aktivitas dalam analisis application domain ditunjukkan pada Tabel 2.1 sebagai berikut: Activity Content Concept Usage Bagaimana sistem berinteraksi Use case dan actor dengan user dan dengan sistem lain dalam konteks? Function Bagaimana kemampuan sistem Function dalam memproses informasi? Interfaces Apa target kebutuhan dari interface sistem? Interface, user interface, dan system interface Tabel 2.1 Aktivitas dalam application-domain analysis Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.117) 2.3.3.1. Usage Menurut Mathiassen et al. (2000, p.119), kegiatan usage merupakan kegiatan pertama dalam analisis application domain yang bertujuan untuk menentukan bagaimana actor yang merupakan pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara actor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use case. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.119), use case adalah pola interaksi antara sistem dan actor didalam application domain. Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case, dimana use case

26 dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart karena use case adalah sebuah fenomena yang dinamik. Mengacu pada pendapat Mathiassen et al. (2000, p.343), use case diagram menunjukkan beberapa sequence yang memungkinkan dalam interaksi diantara actor dan sistem. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem. Cara untuk mengidentifikasi actor adalah dengan mengetahui alasan actor menggunakan sistem. Masingmasing actor memiliki alasan yang berbeda untuk menggunakan sistem. Masing-masing actor juga memiliki peran yang berbeda-beda. 2.3.3.2. Function Menurut Mathiassen et al. (2000, p.137-139), function mencerminkan kemampuan sistem dalam memproses informasi. Merupakan fasilitas untuk membuat model bermanfaat bagi actor. Kegiatan function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu actor dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Menurut Mathiassen et al. (2000, p138), terdapat empat tipe utama dari function, dimana masing-masing tipe mengekspresikan hubungan antara model dan konteks sistem. Keempat tipe tersebut, yaitu: 1. Update, function ini disebabkan oleh event problem-domain dan menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut. 2. Signal, function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.

27 3. Read, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan informasi dalam model. 4. Compute, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model, hasil dari function ini adalah tampilan dari hasil komputasi. Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas dapat menyebabkan munculnya function baca dan update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe function. 2.3.3.3. Interface Interface digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sistem. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.151), Interface is the facilities that make a system s model and function available to actors. Dengan kata lain, Interface adalah suatu fasilitas yang menghubungkan model sistem dan functions dengan actor.

28 Menurut Mathiassen et al. (2000, p.152), terdapat dua macam tipe interface: 1. User Interface, yang menghubungkan human actor (manusia) dengan sistem. 2. System Interface, menghubungkan sistem yang sedang dikembangkan dengan sistem lain. Sistem lain bisa berupa: external device dan sistem komputer yang kompleks sehingga dibutuhkan suatu protokol komunikasi. Biasanya interface ini tidak dipakai untuk sistem administratif tetapi lebih sering dalam mengawasi dan kontrol sistem. Adanya interface memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem. Dari interface ini dapat dibuat navigation diagram yang berisi interfaceinterface sistem perusahaan dari awal login hingga logout. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.344), A navigation diagram is a special kind of statechart diagram that focuses on the overall dynamics of the user interface. Yang dapat diartikan bahwa sebuah navigation diagram adalah suatu jenis statechart diagram yang spesial yang berfokus pada kedinamisan user interface secara keseluruhan.

29 2.3.4. Architectural Design Menurut Mathiassen et al. (2000, p.173-176), tujuan dari architectural design adalah menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Restruktur membentuk sistem yang sesuai memenuhi criteria design tertentu. Berfungsi sebagai kerangka untuk pengembangan selanjutnya. Aktivitasnya terdiri dari: 1. Criteria, aktivitas ini mendefinisikan apa saja kondisi dan kriteria yang digunakan pada rancangan yang akan dibuat. 2. Component, mendefinisikan bagaimana suatu sistem distrukturisasikan menjadi komponen-komponen. 3. Process, bertujuan untuk mendefinisikan struktur fisik dari suatu sistem arsitektur. Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176) Gambar 2.3 Aktivitas Architectural Design

30 2.3.4.1. Criteria Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p.177-186), dalam menciptakan sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan mengenai kondisi-kondisi dari setiap proyek yang dapat mempengaruhi kegiatan desain yang meliputi technical, conceptual dan human. Sebuah desain yang baik memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tidak memiliki kelemahan Sebuah desain yang bahkan hanya mengandung satu kelemahan saja dapat menyebabkan desain menjadi tidak bermanfaat dalam praktek nantinya. 2. Menyeimbangkan beberapa kriteria Kriteria-kriteria yang ada dapat saja saling bertentangan, sehingga harus ditentukan kriteria mana yang harus diutamakan dan bagaimana menyeimbangkan kriteria-kriteria yang saling bertentangan tergantung pada kondisi yang ada. 3. Usable, flexible, dan comprehensible Kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek pengembangan sistem. Usability menentukan kualitas sistem bergantung pada bagaimana sistem dapat bekerja dalam konteks. Flexibility menentukan penyesuaian sistem terhadap perubahan organisasi dan kondisi teknik dan comprehensibility menentukan perkembangan yang kompleks dari sistem terkomputerisasi, model dan deskripsi harus mudah untuk dipahami.

31 Mathiassen et al. (2000, p.178), menjelaskan beberapa criteria dasar yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah rancangan yang baik, seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 berikut ini : Criterion Usable Secure Efficient Correct Reliable Maintainable Testable Flexible Comprehensible Reusable Portable Interoperable Measure of Kemampuan sistem untuk beradapatasi dengan organisasi, work-related, dan konteks teknik. Pencegahan atas akses yang tidak sah terhadap data dan fasilitas. Eksploitasi yang ekonomis atas fasilitas dari technical platform. Pemenuhan atas kebutuhan. Pemenuhan atas ketelitian yang dibutuhkan dalam fungsi eksekusi. Biaya utnuk penempatan dan perbaikan kerusakan sistem. Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya sesuai yang diharapkan. Biaya untuk memodifikasi sistem. Upaya yang dibutuhkan untuk memperoleh pemahaman yang logis mengenai sistem. Potensi untuk menggunakan bagian dari sistem pada sistem lain yang berhubungan. Biaya untuk memindahkan sistem pada technical platform yang lain. Biaya untuk merangkai sistem pada sistem lain. Tabel 2.2 Kriteria klasik kualitas software Sumber: Mathiassen et al. (2000, p178)

32 2.3.4.2. Component Architecture Menurut Mathiassen et al. (2000, p.189-206), component architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Komponen merupakan kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk suatu kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas. Sebuah arsitektur komponen yang baik membuat sistem menjadi lebih mudah untuk dipahami, mengorganisasikan pekerjaan desain, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem dan mengubah tugas desain menjadi beberapa tugas yang lebih tidak kompleks. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.189-206), ada tiga pola umum dalam component architecture, yaitu: 1. Layered architecture Bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah layered architecture terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan dimana lapisan yang diatas bergantung kepada lapisan yang dibawahnya. Perubahan yang terjadi pada setiap lapisan akan mempangaruhi lapisan diatasnya. Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.193) Gambar 2.4 Layered architecture pattern

33 2. Generic architecture Digunakan untuk memperinci atau menguraikan sistem dasar yang terdiri dari interface, function, dan model komponen. Dimana model komponen terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan system function dan komponen interface diatasnya. Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.196) Gambar 2.5 Generic architecture pattern

34 3. Client-server architecture Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem diantara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini yaitu sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab daripada server adalah untuk menyediakan database dan resources yang dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan local interface untuk setiap penggunanya. Sumber: Mathiassen (2000, p.197) Gambar 2.6 Client-server architecture pattern Ada beberapa jenis distribusi dalam client-server architecture, seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini: Client Server Architecture U U+F+M Distributed presentation U F+M Local presentation U+F F+M Distributed functionality U+F M Centralized data U+F+M M Distributed data Tabel 2.3 Jenis distribusi pada client-server architecture Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.200)

35 2.3.4.3. Process Architecture Menurut Mathiassen et al. (2000, p.209-227), Process architecture is a system-execution structure composed of interdependent processes. Dengan demikian, arsitektur proses adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantung. Untuk mengeksekusi atau menjalankan sebuah sistem dibutuhkan processor. Sedangkan external device adalah processor khusus yang tidak dapat menjalankan program. Arsitektur proses harus dapat memastikan bahwa sistem dapat dijalankan secara memuaskan dengan menggunakan processor yang telah tersedia. Sebuah sistem dapat terdistribusi pada beberapa processor yang terhubung melalui jaringan. Beberapa pola distribusi, yaitu: 1. Centralized pattern Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p.215), pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya menghandle user interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi bergantung pada server, dan client hanya berperan seperti terminal. 2. Distributed pattern Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p.217) pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern. Pada pola ini, semua didistribusikan kepada client dan server hanya diperlukan untuk melakukan update model diantara clients. 3. Decentralized pattern Pola ini berada diantara kedua pola diatas. Pada pola ini client memiliki data tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan

36 data umum dan function atas data-data tersebut, sedangkan client menyimpan data yang merupakan milik bagian application-domain tersebut. Tahap ini menentukan bagaimana suatu proses sistem didistribusi dan dikoordinasi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan struktur fisikal dari suatu sistem. Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah deployment diagram. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.340), A deployment diagram describes a system configuration in the form of processors and objects attached to the processors. Dapat diartikan bahwa deployment diagram memberi penjelasan konfigurasi sistem dalam bentuk prosessor dan object yang disertakan pada processor. 2.3.5. Component Design Menurut Mathiassen et al. (2000, p.231-233), tujuan dari kegiatan component design adalah untuk menentukan implementasi kebutuhan atau persyaratan sistem dalam kerangka arsitektur. Ada tiga aktivitas utama yang dilakukan pada component design, yaitu: 1. Model component, adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model pada problem domain. Tujuannya adalah untuk menyampaikan data saat ini dan data yang telah lalu ke function dan ke pengguna sistem lain. 2. Function component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan function. Tujuan dari function component adalah untuk memberikan ke user interface dan component dari sistem lain untuk mengakses model.

37 3. Connecting component digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen sistem. Pada connecting component ada dua konsep yaitu: a. Coupling, adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan bagaimana dekatnya hubungan antara dua class atau component. b. Cohesion, merupakan ukuran seberapa kuatnya keterikatan dari suatu class atau component. 2.3.5.1. Model Component Menurut Mathiassen et al. (2000, p.236), komponen model adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Tujuan dari komponen model adalah untuk menggambarkan problemdomain. Hasil dari kegiatan komponen model adalah revisi dari class diagram yang dibuat pada tahap kegiatan analisis. Kegiatan revisi biasanya terdiri dari kegiatan menambahkan kelas, attribute dan struktur baru yang mewakili event. Revisi class diagram dapat dilakukan dengan memperhatikan private events dan common events. Private events adalah event yang melibatkan hanya satu object domain.

38 2.3.5.2. Function Component Menurut Mathiassen et al. (2000, p.252), komponen function adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan dari komponen function adalah untuk memberi akses bagi user interface dan komponen sistem lainnya ke model, oleh karena itu komponen function adalah penghubung antara model dan usage. Sedangkan tujuan dari function component design adalah menentukan implementasi function. Hasil dari kegiatan ini adalah class diagram dengan operations dan spesifikasi dari operations yang kompleks. Sub kegiatan dalam component function akan menghasilkan kumpulan operasi yang dapat mengimplementasikan fungsi sistem seperti yang ditentukan dalam analisis problem domain dan function list. Sub kegiatan yang adalah dalam component function : 1. Merancang function sebagai operation. 2. Menelusuri pola yang dapat membantu dalam implementasi function sebagai operation. 3. Spesifikasikan operasi yang kompleks. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.265), ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu operation specification, sequence diagram, dan statechart diagram.

39 Menurut Mathiassen et al. (2000, p.340), sequence diagram menjelaskan tentang interaksi diantara beberapa objek dalam jangka waktu tertentu. Sequence diagram melengkapi class diagram, yang menjelaskan situasi yang umum dan statis. Sebuah sequence diagram dapat mengumpulkan rincian situasi yang kompleks dan dinamis melibatkan beberapa dari kebanyakan object yang digeneralisasikan dari class pada class diagram. 2.3.6. Sequence Diagram Sequence diagram dapat digambar pada tingkat detail mana saja untuk mencapai berbagai tujuan pada beberapa tahapan pada siklus hidup pengembangan. Aplikasi sequence diagram yang paling umum adalah untuk merepresentasikan interaksi objek secara detail untuk satu use case atau satu operation. Ketika sequence diagram digunakan untuk menggambarkan model behaviour use case yang dinamis, sequence diagram dapat dilihat sebagai spesifikasi detail dari use case. Menurut Bennet (2006, p.252-253), The sequence diagram is semanticly equivalent to a communication diagram for simple interactions. A sequence diagram shows an interaction between objects arranged in a time sequence. Dengan demikian, sequence diagram ekuivalen secara semantik dengan diagram komunikasi untuk interaksi yang sederhana. Sebuah sequence diagram menunjukkan interaksi antara objek yang disusun dalam satu sequence.

40 Dalam sequence diagram yang diadaptasi dari Bennet terdapat satu buah notasi yang disebut fragment. Fragment ini biasa digunakan dalam setiap tipe UML diagram untuk memperjelas bagaimana sequence ini saling dikombinasikan. Fragment terdiri dari beberapa jenis interaction operator yang menspesifikasikan tipe dari kombinasi fragment yang dapat dilihat dalam Tabel 2.4 sebagai berikut: Interaction Operator alt opt break par seq strict neg critical ignore consider assert loop Penjelasan dan penggunaan Alternatives ini mewakili alternatif behaviour yang ada, setiap behaviour ditampilkan dalam operasi yang terpisah. Option ini merupakan pilihan tunggal atas operasi yang hanya akan dieksekusi bila batasan interaksi bernilai true. Break mengindikasi bahwa dalam combined fragment ditampilkan sementara oleh sisa dari interaction fragment yang terlampir. Parallel mengindikasi bahwa eksekusi operasi dalam combined fragment bisa di gabungkan dalam sequence manapun. Weak Sequencing menampilkan dalam urutan dari tiap operasi yang telah dimaintain tetapi keterjadian suatu even adalah berbeda operasinya dalam perbedaan lifeline yang dapat terjadi dalam urutan apapun. Strict Sequencing membuat sebuah strict sequence berada dalam eksekusi sebuah operasi tapi tidak termasuk urutan dalam operasi. Negative menggambarkan sebuah operasi yang bersifat invalid. Critical Region mengadakan sebuah batasan dalam sebuah operasi yang tidak memiliki even yang terjadi dalam lifeline. Ignore menandakan tipe pesan, spesifikasi sebagai parameter, yang seharusnya diabaikan dalam sebuah interaksi. Consider merupakan keadaan dimana pesan-pesan seharusnya dipertimbangkan dalam sebuah interaksi. Assertion merupakan keadaan bahwa sebuah sequence dari pesanan dalam operasi hanyalah satu-satunya yang memiliki lanjutan yang bersifat sah. Loop digunakan untuk mengindikasi sebuah operasi yang diulang berkali-kali sampai batasan interaksi untuk pengulangan berakhir. Tabel 2.4 Tipe interaction operator yang digunakan dalam fragment Sumber: Bennet (2006, p.270)

41 2.4.Definisi Biaya Menurut Hansen & Mowen (2007, p.35), Cost is the cash or cash-equivalent value sacrificed for goods and services that is expected to bring a current or future benefit to the organization, yang dapat diartikan bahwa Biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang dapat memberikan keuntungan saat ini atau di masa yang akan datang bagi perusahaan. Menurut pendapat Horngren, Datar, dan Foster (2006, p.25), Accountants define cost as a resource sacrificed or forgone to achieve a specific objective. A cost (such as direct materials or advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid to acquire goods or services., yang dapat diartikan bahwa Akuntan mendefinisikan biaya sebagai suatu sumber yang dikorbankan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Biaya (seperti bahan baku langsung atau periklanan) biasanya diukur sebagai jumlah moneter yang harus dibayar untuk memperoleh barang atau jasa. Dapat disimpulkan bahwa biaya adalah sesuatu yang dikorbankan atau dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh suatu barang atau jasa yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. 2.4.1. Perilaku Biaya Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006,h.58), perilaku biaya umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Biaya Tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun.

42 b. Biaya Variabel Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya. c. Biaya Semivariabel Biaya Semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variable. Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya hiburan.

43 2.4.2. Klasifikasi umum Biaya Garrison, Noreen, dan Brewer (2006, h.50), membagi klasifikasi umum biaya menjadi : 1. Biaya Produksi Kebanyakan perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori : a. Bahan Langsung (Direct Material) Merupakan bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan baku berkaitan dengan semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan produk jadi;dan produk jadi suatu perusahaan dapat menjadi bahan baku bagi perusahaan yang lainnya. Bahan langsung adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. b. Tenaga kerja langsung (Direct Labor) Istilah tenaga kerja langsung (Direct Labor) digunakan untuk biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Tenaga kerja langsung biasanya disebut juga tenaga kerja manual (touch labor) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas produk pada saat produksi. Biaya tenaga kerja misalnya adalah tenaga kerja bagian perakitan seperti halnya biaya untuk tukang kayu, tukang batu, dan operator mesin. Biaya tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan produk disebut tenaga kerja tidak langsung dan diperlakukan sebagai bagian biaya overhead pabrik.

44 c. Biaya overhead pabrik (Manufacturing Overhead) Biaya ini mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi, asuransi fasilitas-fasilitas produksi, dan lainlainnya. Biaya overhead pabrik ditambah dengan biaya tenaga kerja disebut biaya konversi (conversion cost). Istilah tersebut muncul dari fakta bahwa biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terjadi dalam proses konversi dari bahan baku menjadi produk jadi. Gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dengan bahan langsung disebut biaya utama (prime cost). Seluruh biaya overhead pabrik dicatat secara langsung ke dalam akun overhead pabrik pada saat terjadinya dari hari ke hari selama periode tertentu. Penting untuk dipahami bahwa Overhead Pabrik adalah akun pengendali untuk mungkin ribuan akun pembantu seperti bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, utilitas pabrik, dan sebagainya. Biaya overhead aktual tidak dibebankan ke pekerjaan; biaya overhead aktual tidak tampak dalam kartu biaya ataupun dalam akun Barang dalam Proses. Yang akan tampak dalam kartu biaya dan akun Barang dalam Proses hanyalah biaya overhead yang dibebankan berdasarkan tarif overhead pabrik yang ditentukan di muka.

45 2. Biaya Nonproduksi Umumnya, biaya nonproduksi dibagi menjadi dua : a. Biaya pemasaran atau penjualan Meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut disebut pemerolehan pesanan (ordergetting) dan pemenuhan pesanan (order-filling). Biaya pemasaran meliputi pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan, dan biaya penyimpanan (gudang) produk jadi. b. Biaya administrasi Meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya administrasi ini adalah gaji eksekutif, akuntansi umum, kesekretariatan, humas, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.

46 2.5. Sistem Perhitungan Biaya Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan Krista (2006, h.155), tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya sebaiknya ekonomis untuk dioperasikan dan membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Ada dua sistem akumulasi biaya, yaitu : 1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) (2006, h.127). Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah; suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus ada perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain.

47 2. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing) (2006,h.156). Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi; bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk.

48 Menurut Blocher dkk. yang diterjemahkan Ambarriani (2001, h.553) menyebutkan, perbedaan karakteristik antara sistem biaya pesanan dengan sistem biaya proses adalah : Sistem Biaya Pesanan Sistem Biaya Proses Biaya produksi diakumulasikan berdasarkan biaya yang dikeluarkan Produk dan jasa berbeda-beda Biaya produksi diakumulasikan berdasarkan proses atau departemen Produk dan jasa homogen diproduksi secara massal Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya pesanan total dengan unit produk atau jasa yang diproduksi. Biaya per unit dihitung dengan cara membagi biaya proses total dalam suatu periode dengan unit produk dan Penghitungan biaya per unit dilakukan jasa yang dihasilkan. Perhitungan pada saat pesanan telah selesai biaya per unit dilakukan pada setiap akhir periode. Tabel 2.5. Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing

49 2.6. Activity Based Costing 2.6.1. Definisi ABC (Activity Based Costing) Menurut Carter & Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006,h.496), Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing ABC ) didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor). Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Tetapi, ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. Menurut Garrison,R., Noreen, E., & Brewer, P., (2006,p.440), Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas activity based costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan memengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Dapat disimpulkan bahwa Activity-Based Costing merupakan metode perhitungan biaya dimana biaya overhead dialokasikan sesuai dengan aktivitas masingmasing kegiatan sehingga biaya yang dihasilkan lebih akurat.

50 Dalam ABC (Activity-Based Costing) : 1. Biaya produksi dan nonproduksi dibebankan ke produk. 2. Beberapa biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk 3. Ada sejumlah pul biaya overhead, setiap pul dialokasikan ke produk dan objek perhitungan biaya (costing) lainnya dengan menggunakan ukuran aktivitas masing-masing yang khusus. 4. Basis alokasi biasanya berbeda dengan basis alokasi dalam sistem akuntansi biaya tradisional. 5. Tarif overhead atau tarif aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas dan bukannya dengan kapasitas yang dianggarkan. 2.6.2. Komponen utama yang membentuk ABC Menurut Bustami dan Nurlela (2009, h.25), Dalam penerapan ABC ada lima komponen utama yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Sumber daya (Resources), adalah segala unit ekonomi yang digunakan perusahaan untuk mengadakan aktivitas, seperti : bahan baku, tenaga kerja, perlengkapan yang digunakan dan faktor produksi lainnya. 2. Pemicu Konsumsi Sumber Daya (Resources Driver), dasar yang digunakan untuk melacak sumber daya yang digunakan di dalam setiap aktivitas. Atau ukuran kuantitas dari sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas, contoh luas ruangan yang disewa untuk setiap aktivitas, jumlah orang yang terlibat pada setiap aktivitas, jumlah jam kerja yang dihabiskan untuk setiap aktivitas.

51 3. Aktivitas (Activity), suatu unit dasar pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan membantu perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan bagi manajemen. Jumlah biaya aktivitas ditentukan dengan melacak sumber daya yang dipakai oleh aktivitas dengan pemicu konsumsi sumber daya. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk membebankan biaya ke objek biaya, dikenal dengan aktivitas biaya yang dihubungkan dengan faktor pemicu biaya (cost driver). 4. Pemicu Aktivitas (Activity Drivers), suatu ukuran frekuensi dan intensitas dari permintaan akan suatu aktivitas oleh suatu produk atau jasa layanan. Pemicu aktivitas ini sama seperti pemicu sumber daya guna melacak biaya aktivitas ke objek biaya, yang dipakai untuk membebankan biaya ke produk atau jasa layanan. 5. Objek Biaya (Cost Objects), adalah tempat biaya di mana biaya atau aktivitas diakumulasikan atau diukur, objek biaya ini dapat digunakan untuk menelusuri biaya dan menentukan seberapa obyektif biaya tersebut dapat digunakan. Objek biaya dapat berupa pelanggan, produk, jasa layanan, kontrak, proyek, atau unit kerja lain yang memerlukan pengukuran biaya tersendiri.

52 2.6.3. Penentuan Harga Pokok Berbasis Aktivitas Menurut Krismiaji (2002, h.128), Pengelompokkan aktivitas untuk menentukan harga pokok dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut. 2.6.3.1. Penggolongan Aktivitas dan Penentuan Homoginitas Untuk tujuan penentuan harga pokok, aktivitas yang saling berkaitan digabungkan ke dalam sebuah kelompok yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan kelompok biaya sejenis (homogeneous cost pool). Pengelompokan aktivitas ini mengurangi jumlah tarif BOP, menyederhanakan tugas penentuan harga pokok, dan mengurangi kompleksitas model penentuan harga pokok berbasis aktivitas secara keseluruhan. Untuk dapat digabungkan ke dalam sebuah kelompok, aktivitas harus memenuhi 2 kriteria, meliputi : (1) kriteria tingkat aktivitas, yaitu aktivitas tersebut dilaksanakan pada tingkat kegiatan yang sama, dan (2) kriteria driver, yaitu aktivitas tersebut menggunakan cost driver yang sama. Kedua kriteria ini berfungsi sebagai penyaring (filter) dalam pengelompokkan aktivitas untuk membentuk homogeneous cost pool. 2.6.3.2. Klasifikasi Tingkat Aktivitas Tahap pertama dalam membentuk kelompok aktivitas adalah mengelompokkan aktivitas ke dalam salah satu dari empat kategori aktivitas, yaitu (1) unit-level, (2) batch-level, (3) product-level, dan (4) facility level. Penggolongan ini memudahkan penentuan harga pokok karena biaya aktivitas yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok tersebut memudahkan memahami berbagai macam cost drivers. Unit-level activities adalah aktivitas