BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

dokumen-dokumen yang mirip
INTEGRASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN DAN MADRASAH DI PONDOK PESANTREN TARUNA AL-QUR AN PUTRI SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dibatasi oleh waktu, kapan pun dan dimanapun disepanjang hayatnya. dan yang terpenting adalah mempunyai akhlak dan moral yang baik.

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Islam, yang mana telah diketahui bahwa Al-Qur an adalah kalamullah (Firman

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas SDM, salah satunya melalui pendidikan. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk memanusiakan manusia. Artinya. pendidikan dapat membentuk manusia dewasa, dalam arti mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN. unutk mencapai tujuan pembangunan, yaitu suatu masyarakat yang sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

B A B III METODE PENELITIAN. ditentukan. Pelaksanaan penelitian membutuhkan banyak waktu, tenaga, alat,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang

MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN ALIRSYAD DITINJAU DARI ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN TESIS

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

pada diri mereka sehingga mudah menguasai bahasa yang dipelajari baik secara aktif maupun pasif. Demikian juga penciptaan lingkungan dan budaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. reasch), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia pendidikan menuntut setiap lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN SOLUSINYA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketahun maka sekolah dasar harus dipersiapkan dengan sebaik baiknya. genersi yang unggul dari sekolah dasar.

BAB I PENDAHULUAN. informasi atau penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran, pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan yang telah mengalami perkembangan, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Setiap orang sejak awal sampai akhir sangat berurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. 1

BAB I PENDAHULUAN. cukup dinamis. Pendidikan yang berkembang dengan pesat secara otomatis akan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menyimpulkan data dengan menggunakan metode atau teknik tertentu guna. mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Suatu bangsa tidak akan. bisa maju tanpa didukung kualitas pendidikan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahapan-tahapan

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam perkembangan dakwah Islam, pondok pesantren merupakan. lembaga pendidikan Islam yang mempunyai peran dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia, di mana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk menyiapkan generasi penerus, perlu dilakukan langkah yang memungkinkan hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama. Memperoleh pendidikan sudah merupakan keharusan dan kebutuhan dalam pribadi, masyarakat dan bangsa. Pendidikan telah dipandang sebagai suatu investasi dalam pembangunan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Semakin tinggi kualitas pendidikan semakin tinggi pula kualitas SDM suatu bangsa dan Negara itu. Di Indonesia, sekalipun menurut undang-undang yang bertanggung jawab di bidang pendidikan adalah Departemen Pendidikan Nasional, namun ada Departemen Agama yang juga mengurus lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Jika Departemen Pendidikan mengelola lembaga pendidikan dari tingkat SD, SMP, SMA serta perguruan tinggi umum, maka Departemen Agama mengelola MI, MTs, MA, dan perguruan tinggi agama Islam. Selanjutnya dengan fenomena ini berdampak ada penggolongan sekolah umum dan sekolah agama. Manajemen pendidikan seperti itu membawa kita kepada apa yang disebut dikotomi penyelenggaraan pendidikan. Kedua lembaga penyelenggara

2 pendidikan tersebut semua diakui sah. Keduanya merupakan bagian sistem pendidikan nasional. Dikotomi ternyata tidak saja menyangkut kelembagaannya, akan tetapi pada sisi lain di Indonesia dan bahkan di dunia juga dikenal dua jenis ilmu, yaitu ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Dalam hal ini untuk menengahi hal tersebut maka Menurut Ziauddin Sardar, untuk menghilangkan sistem pendidikan dikotomis di dunia Islam perlu dilakukan usaha, yang salah satunya perlu diciptakannya teori-teori sistem pendidikan yang memadukan ciri-ciri terbaik sistem tradisional dan sistem modern. Sistem pendidikan integralistik itu secara sentral harus mengacu kepada konsep ajaran Islam, misalnya konsep tazkiyyatun-nafs, tauhid, dan sebagainya. Pendidikan Islam sangat memerlukan kekuatan kultural. Sebab menurut pandangan Islam, ilmu harus diamalkan. Tidak ada gunanya ilmu tanpa membuahkan amal. Oleh karena itu lembaga pendidikan harus dilengkapi dengan sarana yang cukup untuk menumbuh-kembangkan kecintaan pada bidang ilmunya itu melalui pembiasaan maupun ketauladanan. Wahana, iklim dan suasana lembaga pendidikan yang mampu menumbuhkan penghayatan, rasa cinta terhadap ilmu yang dikembangkan itu disebut sebagai kulturalnya itu. Secara konkret, apa yang telah dikembangkan di pondok pesantren Taruna Al-Qur an Yogyakarta yaitu wahana pembelajaran pesantren dan madrasah sangat penting untuk membiasakan para siswa atau santri dalam mengembangkan nilai-nilai spiritual dan akhlak. Materi-materi yang telah santri terima di pesantren dan madrasah secara langsung sudah bisa

3 dipraktekkan di pesantren dan juga pembiasaan-pembiasaan santri dalam memanfaatkan waktu luang dengan kebiasaan belajar atau menghafalkan alqur an sangat berperan dalam mencetak sumber daya manusia unggul dan berkualitas. Ketersediaan sumber daya yang berkualitas tersebut akan sangat menentukan keberhasilan dalam menjawab persaingan globalisasi (Rahim, 2001:128). Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam upaya pembentukan sumber daya manusia (peserta didik) yang berkualitas, termasuk pondok pesantren. Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam, serta menyelenggarakan pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing-masing. Sistem pendidikan ini membawa keuntungan, antara lain : pengasuh mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir setiap saat terdapat perilaku santri, baik yang terkait dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun kepribadiannya. Keuntungan kedua adalah adanya proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat memperkokoh pengetahuan yang diterimanya. Dalam teori pendidikan diakui bahwa belajar satu jam yang dilakukan lima kali lebih baik daripada belajar selama lima jam yang dilakukan sekali, padahal rentangan waktunya sama. Keuntungan ketiga adalah adanya proses pembiasaan akibat interaksinya setiap saat baik sesama

4 santri, santri dengan ustadz maupun santri dengan kiai. Keuntungan lainnya adalah adanya integrasi antara proses pembelajaran dengan kehidupan keseharian. Mastuhu menilai bahwa sistem pendidikan pesantren menggunakan pendekatan holistik. Persentuhan dua sistem pesantren dan madrasah, Kemenag dalam hal ini membagi bentuk pondok pesantren menjadi empat bentuk yang tertuang dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tentang bantuan pondok pesantren menjadi: 1) Ponpes tipe A adalah pondok yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional; 2) Ponpes tipe B adalah pondok yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasi); 3) Ponpes tipe C adalah pondok yang hanya merupakan asrama, sedangkan santrinya belajar diluar; 4) Ponpes tipe D adalah pondok yang menyelenggarakan sistem ponpes sekaligus sistem sekolah dan madrasah. Terkait dengan hal ini penulis akan membahas tentang pondok pesantren dengan tipe D yaitu pondok yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren sekaligus sistem sekolah atau madrasah. Pendidikan madrasah lahir sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta peraturan pemerintah sebagai pelaksanaanya, dijelaskan bahwa pendidikan madrasah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu; dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan

5 memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuainnya dengan lingkungan. Madrasah secara berangsur-angsur diterima sebagai salah satu institusi pendidikan Islam yang berperan dalam perkembangan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Sebagaimana tertuang pada cita-cita pendidikan madrasah sebagai bagian dari pendidikan Islam, yaitu terciptanya insan kamil (manusia sempurna). Dalam pandangan Ahmad Tafsir insan kamil tersebut mempunyai ciri-ciri: jasmani yang sehat serta kuat, hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah, berketerampilan, Akalnya cerdas serta pandai. (Tafsir, 2008: 46). Secara historis perkembangan pendidikan Islam tidak bisa terlepas dari dinamika sejarah pendidikan Islam itu sendiri. Lahirnya lembaga pendidikan Islam merupakan hasil proses akumulasi antara tuntutan zaman (modernisasi) dam ideologi keagamaan (tradisionalisme). Format pendidikan tersebut mencoba mengintegrasikan dua orientasi keilmuan yang masih dianggap dikotomis yaitu ilmu umum (Al-ulum Ad-Dunyawiyah) dan ilmu-ilmu agama (Al-Ulum Ad-Dinniyah). Secara epistemologis tradisi keilmuan pendidikan Islam seharusnya mengacu pada dua basis keilmuan. Pertama tradisi keilmuan pesantren yang lebih bersifat tradisional dan konservatif penuh dengan muatan nilai-nilai agama yang sakral. Kedua tradisi keilmuan modern yang penuh dengan muatan ilmu pengetahuan umum non agama.

6 Madrasah Taruna Al-Qur an (yang selanjutnya ditulis Taruna Al- Qur an saja) Yogyakarta merupakan salah satu sekolah swasta (dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Taruna Al-Qur an) yang turut aktif berperan membantu pemerintah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan. Madrasah tersebut menggunakan sistem asrama (Boarding school) dimana semua siswa sekaligus sebagai santri pondok pesantren Taruna Al-Qur an. Dengan visinya : menumbuhkan semangat untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur an, memiliki aqidah yang lurus, berakhlak mulia, dan tangguh menghadapi tantangan zaman. Madrasah tersebut berupaya mencetak lulusan yang memiliki penguasaan keislaman dan ilmu umum yang tinggi, sehingga nantinya dapat menjadi kader penerus pembangunan bangsa. Dengan asumsi tersebut penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian tentang integrasi pendidikan di pesantren dan madrasah Taruna Al- Qur an,. Judul yang penulis pilih adalah Integrasi sistem pendidikan Pesantren Dan Madrasah di pondok pesantren Taruna Al-Qur an Putri Sleman Yogyakarta B. Penegasan Istilah Untuk memperjelas permasalahan serta guna menghindari kesalahan pemahaman judul skripsi yang penulis susun, maka penulis akan menjelaskan pembatasan istilah yang penulis pergunakan dalam skripsi ini, adapun penjelasan tersebut sebagai berikut:

7 1. Itegrasi Integrasi mempunyai arti menjadikan satu, penyatuan, penggabungan, atau memadukan (dari yang pecah-pecah/ terpisah-pisah) (Pius A, 1995: 264). Adapun yang dimaksud integrasi dalam penelitian ini adalah penyatuan model pendidikan yaitu antara pendidikan pesantren dan pendidikan Madrasah. 2. Pesantren Secara Etimologis, Pondok Pesantren terdiri dari dua kata yaitu Pondok dan Pesantren. Kata Pondok berasal dari kata Funduq yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan dalam bahasa Indonesia mempunyai banyak arti, salah satu diantaranya adalah madrasah tempat belajar agama Islam. Institusi serupa itu pada perkembangan akhirnya lebih dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Sementara pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata cantrik (bahasa sansekerta, atau mungkin jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh perguruan taman siswa dalam sistem asrama yang disebut pawiyatan. (Supomo: 2002). 3. Madrasah Istilah Madrasah adalah istilah khas Arab yang memiliki arti yang sepadan dengan sekolah dalam khasanah Indonsia. Kedua istilah ini sama-sama merujuk pada lembaga pendidikan formal yang berada pada jenjang dibawah perguruan tinggi (Aziz: 2006).

8 Madrasah mengandung arti tempat atau wahana anak mengenyam proses pembelajaran. Artinya di Madrasah seorang anak menjalani proses belajar secara terarah, terpimpin, dan terkendali. Secara umum dapat dikatakan bahwa Madrasah mengandung makna dan fungsi yang sama dengan sekolah, yaitu lembaga pendidikan yang menggunakan sistem klasikal dan kelas dengan segala fasilitasnya seperti kursi, meja dan papan tulis, kecuali aspek tradisi dan kurikulum yang dilaksanakan. Meskipun sekarang posisi madrasah secara yuridis sama, terutama dalam aspek kurikulum (Permendiknas no. 22, 23, 24: 2006), tetapi madrasah secara umum masih mempertahankan ciri khasnya sebagai sekolah yang berciri khas Islam. Adapun yang dimaksud Integrasi sistem pendidikan Pesantren Dan Madrasah di pondok pesantren Taruna Al-Qur an sleman Yogyakarta adalah penyatuan, perpaduan atau penggabungan sistem pendidikan pesantren dan madrasah yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah tanggungjawab pondok pesantren Taruna Al-Qur an Sleman Yogyakarta oleh pengasuh, pembina, kepala sekolah madrasah, wakil-wakilnya, staf pengajar, staf karyawan, dan para siswa. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan penegasan istilah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:

9 1. Bagaimana format integrasi sistem pendidikan pesantren dan madrasah di pondok Pesantren Taruna Al-Qur an Putri? 2. Apa faktor penunjang dan penghambat terjadinya sistem integrasi di pondok pesantren Taruna Al-Qur an Putri? D. Tujuan Dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah: a. Mengetahui format integrasi sistem pendidikan pesantren dan madrasah di pondok pesantren Taruna Al-Qur an Putri b. Mengetahui faktor penunjang dan penghambat terjadinya integrasi pendidikan tersebut. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut: a. Penelitian yang diusulkan diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang berharga bagi para pendidik di Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia khususnya pendidikan pesantren. b. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan alternatif bagi lembaga pendidikan pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikannya. c. Secara praktis penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat terjadinya integrasi guna memperbaiki sistem pendidikan yang berada di pondok pesantren tersebut.

10 d. Bagi penulis (peneliti), dan juga peneliti yang lain, diharapkan dapat menjadi referensi atau tambahan pengetahuan untuk lebih membantu dalam melakukan penelitian lebih lanjut. E. Kajian Pustaka Beberapa penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini diantaranya: 1. Saiful arifin (IAIN sunan ampel: 2010) skripsinya yang berjudul Studi Integrasi Sisitem Pendidikan Madrasah Dan Pesantren Di Pondok Pesantren Darussalam Al-Faisholiyah Sampang Madura menyimpulkan bahwa: pertama, integrasi tersebut dilakukan dalam bentuk pendidikan formal yang ada di madrasah dan juga dalam bentuk pendidikan non formal yang ada di asrama pondok pesantren Darussalam. Kedua, integrasi tersebut terjadi dalam beberapa hal: integrasi kelembagaan, hal ini bisa dilihat dari struktur, tatanilai, lingkungan, visi, misi, tujuan dan lain sebagainya. Integrasi pelaku pendidikan, yang meliputi pendidik, pelajar, karyawan dan pelaku pendidikan lainnya yang ada di Darussalam. 2. Izzatul Laila (UIN sunan kalijaga: 2006) skripsinya yang berjudul kurikulum pondok pesantren muhammadiyah karangasem paciran Lamongan Jawa Timur dalam skripsinya laila meneliti tentang bagaimana konsep kurikulum yang ada pada Pondok Pesantren Muhammadiyah Jatim, serta hambatan dan factor pendukung dari konsep kurikulum yang diterapkan berdasarkan teori-teori kurikulum serta konsep atau tipe output yang dihasilkan dari pondok pesantren muhammadiyah tersebut.

11 3. UIN Malang. Yang telah mencoba mengintegrasikan pendidikan perguruan tinggi dengan ma had dengan menerapkan konsep tarbiyah uli- Albab yang meyakini adanya kehidupan jasmani dan ruhani, dunia dan akhirat, yang harus memperoleh perhatian secara seimbang dan tidak dibenarkan hanya memprioritaskan salah satunya. Pendidikan di UIN Malang tersebut diarahkan untuk menjadikan seluruh mahasiswanya: (1) berilmu pengetahuan yang luas, (2) mampu melihat/ membaca fenomena alam dan sosial secara tepat, (3) memiliki otak yang cerdas, (4) berhati lembut dan (5) bersemangat juang tinggi karena Allah sebagai pengejawantahan amal shaleh. Jika kelima kekuatan ini berhasil dimiliki oleh siapa saja yang belajar di kampus ini, artinya pendidikan ulu al-albab sudah dipandang berhasil. Sebab, dengan ciri-ciri itu seseorang diharapkan akan memiliki kekokohan akidah dan kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan profesional. Dengan menelaah beberapa karya ilmiah di atas, penulis mampu mengambil titik fokus penelitian yang membedakan dengan karya ilmiah tersebut. Yakni mendiskripsikan dan mengungkap format integrasi sistem pendidikan pesantren dan madrasah di pondok pesantren Taruna Al-Qur an Putri yang membahas tentang Pola Pendidikan; yang meliputi: Sistem pendidikan, Model pendidikan, sejarah berdirinya, corak pembaharuan yang dilakukan, Serta Pendekatan sistem pendidikan terintegrasi: yang terdiri dari macam-macam komponen pendidikan, diantaranya tujuan, siswa, pendidik, materi pembelajaran, situasi lingkungan dan alat pendidikan.

12 F. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menemukan atau menggali sesuatu yang telah ada, untuk kemudian diuji kebenarannya yang mungkin masih diragukan (Arikunto, 1997: 102). Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan dan dapat diamati serta dilakukan dalam kehidupan yang nyata dan sebenarnya (Moleong, 2007: 4). 2. Sumber Data Penelitian Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 1998: 114), sebagaimana dikemukakan dari awal, penelitian ini adalah kualitatif, maka sumber data dapat digolongkan menjadi dua, yaitu data primer/utama dan data sekunder. Menurut Lofland dalam Moleong (2004: 112) sumber data utama dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan. Dalam penelitian data primer diperoleh dari wawancara dengan responden. Adapun responden yang penulis wawancarai untuk kelengkapan data skripsi ini ialah: pengasuh pesantren, pembina, dewan guru atau sebagian guru dan staf karyawan. Data sekunder ialah data selain primer atau utama

13 yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari: dokumen, arsip, dan termasuk hasil pengamatan langsung. Dari kedua sumber data itu, primer dan sekunder, diharapkan penulis skripsi ini dapat diselesaikan sesuai rencana penulis. 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Dokumentasi Adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang tertulis sebagai dokumen dan bentuk lainnya. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang letak geografis, jumlah siswa, jumlah guru, struktur organisasi dan data-data lain yang dibutuhkan. b. Metode Interview Atau Wawancara Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer), (Arikunto, 1993: 126) Maksud penggunaan metode ini adalah untuk mencari data yang berhubungan dengan integrasi yang dalam hal ini dilakukan dengan bagian tata usaha, dan pengurus pesantren. c. Metode Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Arikunto, 2006: 229) Melalui metode ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung dengan mengamati gejala-gejala yang tampak atau terjadi pada objek

14 penelitian. Metode ini digunakan penulis untuk mengungkap data yang berhubungan dengan lingkungan pesantren, penerapan kurikulum dan keadaan siswa. 4. Metode Analisis Data Menurut bogdan, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiono, 2009: 334). Untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul kemudian disusun dan diklasifikasikan, selanjutnya dianalisa dan diinterpretasikan dengan kata-kata sedemikian rupa untuk menggambarkan obyek penelitian saat dilakukan penelitian, sehingga dapat diambil kesimpulan yang sistematis dan logis. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif merupakan cara berpikir yang barangkat dari fakta-fakta khusus, yang kemudian peristiwa-peristiwa yang konkrit dan khusus itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penulisan ini terbagi menjadi lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab. Adapun bab-bab tersebut adalah:

15 Bab I pendahuluan: pembahasan dalam bab ini meliputi latarbelakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Integrasi sistem pendidikan Pesantren Dan Madrasah: Membahas tentang pengertian pendidikan, yaitu mencakup lingkungan pendidikan formal, non formal dan informal. Pola Pendidikan Di Pesantren; yang meliputi: pengertian pondok pesantren, sistem pendidikan pondok pesantren, dan unsur-unsur pesantren. Model pendidikan madrasah; yang meliputi: pengertian madrasah, sejarah berdirinya madrasah, macam-macam jenis madrasah, corak pembaharuan yang dilakukan, dan prospek Madrasah di masa depan. Serta Pendekatan sistem pendidikan terintegrasi: yang meliputi macam-macam komponen pendidikan yaitu komponen tujuan, siswa, pendidik, materi pembelajaran, situasi lingkungan dan alat pendidikan. Bab III Gambaran Umum pondok pesantren Taruna Al-Qur an sleman Yogyakarta, yang meliputi: letak geografis, sejarah berdiri, tujuan dan misi pondok pesantren, struktur organisasi, sarana dan prasarana, aktifitas santri di pondok pesantren, dan tata tertib pondok pesantren taruna Al- Qur an. Keadaan pelaku pendidikan, meliputi: ustadz/ ustadzah, santri, dan karyawan. Sistem Pendidikan Terintregasi. Bab IV Analisis terkait yang berhubungan dengan integrasi sistem pendidikan pesantren dan madrasah di pondok pesantren Taruna Al-Qur an

16 serta faktor penunjang dan penghambat integrasi sistem pendidikan pesantren dan madrasah yang ada di pesantren Taruna Al-Qur an. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan, Saran dan Kata Penutup. Bagian akhir dari penyusunan skripsi ini akan dipaparkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.