TEKNIK PWK. Konsep Pembiayaan Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kecamatan Ngaliyan 1. PENDAHULUAN. B. Djosman 1, A.

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PELAKSANAAN KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

PEMBANGUNAN PERUMAHAN TANTANGAN, VISI, DAN ARAHAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

Penyediaan Hunian Layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

PENAJAMAN RENCANA PROGRAM TA Ditjen. Pembiayaan Perumahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bastary Pandji Indra Asdep Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan. kebutuhan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami kenaikan.

Kebijakan Permukiman dan Perumahan Nasional Kunjungan Kerja Komisi III DPRD Kab. Tana Tidung

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. KPR BTN Sejahtera FLPP adalah kredit pemilikan rumah program

-1- MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

EFEKTIVITAS REGULASI PERUMAHAN DI INDONESIA DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN RUMAH BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR)

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Perumahan. Rumah Sejahtera. Rumah Sejahtera Murah Tapak.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN PEMBERIAN KPR BTN SEJAHTERA FLPP PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS: KABUPATEN KENDAL DAN KOTA PEKALONGAN)

BAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

TEKNIK PWK. Alternatif Lokasi Perumahan oleh Pengembang untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Sekitar Kawasan Industri Ngaliyan 1.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. memadai (reasonable assurance) kepada entitas tidak hanya dalam hal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

2 Menteri Perumahan Rakyat tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Prasaran

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 040 TAHUN 2017

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUALIFIKASI TENAGA AHLI. ( untuk program BSPS 2017 )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 DI KABUPATEN/KOTA K.5.1. Kegiatan Deputi Bidang Pembiayaan

dan Kawasan Permukiman

EFEKTIFITAS PROGRAM KREDIT PERUMAHAN RAKYAT (KPR) BERSUBSIDI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2015 TENTANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN BISNIS PROPERTI MENYONGSONG GLOBALISASI

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2015, No perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Bantuan Uang Muka Bagi Masyarakat Berpenghasilan Renda

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

PERJANJIAN BAKU PEMESANAN RUMAH SUSUN DIHUBUNGKAN DENGAN ASAS KESEIMBANGAN BAGI KONSUMEN. Merry Marshella Sipahutar

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA PT (PERSERO) BANK TABUNGAN NEGARA, Tbk. DI KOTA DENPASAR

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2005 TENTANG

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR SEJAHTERA TAPAK-FLPP) PADA PT BANK SUMUT KANTOR CABANG ISKANDAR MUDA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 05/PERMEN/M/2007 TENTANG

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. Tempat tinggal merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

-1- MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

TENTANG PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN DUKUNGAN FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN MELALUI KPR BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 01/PERMEN/M/2005

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun

SISTEM PERHITUNGAN BUNGA KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH BTN SUBSIDI (RUMAH SEJAHTERA TAPAK FLPP) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan

III KERANGKA PEMIKIRAN

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 24/KPTS/M/2003 TENTANG

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

Soft Infrastruktur Model Untuk Mobilitas Masyarakat di Kawasan Universitas Diponegoro (Studi Kasus: Aplikasi YOKA)

Tahun 2018, Kementerian PUPR Salurkan KPR Subsidi FLPP Rp 4,5 Triliun Bagi Unit Rumah MBR

Transkripsi:

Vol 5(4), 2016, 307-313. E-ISSN : 2338-3526 TEKNIK PWK (Perencanaan Wilayah Kota) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index Konsep Pembiayaan Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kecamatan Ngaliyan B. Djosman 1, A. Manaf 2 1,2 Universitas Diponegoro, Indonesia Article Info: Received: 30 October 2016 Accepted: 30 October 2016 Available Online: 3 November 2017 Keywords: Pembiayaan; Perumahan; Pembangunan; Perencanaan; Ngaliyan; Masyarakat Berpenghasilan rendah Corresponding Author: Bony Djosman Diponegoro University, Semarang, Indonesia Email: bony.djosman16@pwk.undip.a c.id Abstract: One of the basic things that human needs is shelter. Shelter is usually represented by house. Government have obligation to guarantee all people for having proper and affordable house. There are issue in both housing production and housing consumption for low income segment. Lack of ability to pay proper house with affordable cost is problem that low income people problem had to face. Housing finance system that already available is not suit for low income people s characteristic. Ngaliyan District is surrounded by Industrial zone and near from Kendal Regency, so there are many chance there are peoples who work in factory and informal sector. Purpose for this research to review housing finance support and plan suitable housing finance concept for low-income people ini Ngaliyan. Qualitative approach by depth interview is research method for this journal. Community based finance concept is suit for low income by adding government s program (Ministry of Public Works and Public Housing) that already available like FLPP, BSPS, BUM and PSU stimulant. The output is two concept. That two concept are self-helping concept and FLPP concept. Housing finance concept is created by connected four supported finance and the maximize them. Copyright 2016 TPWK-UNDIP This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY-NC-SA) 4.0 International license. Djosman, B., & Manaf, A. (2016). Konsep Pembiayaan Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kecamatan Ngaliyan. Jurnal Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Dan Kota), 5(4), 317 313. 1. PENDAHULUAN Rumah menurut (UU No. 1 tahun 2011) adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Negara memiliki tanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau, segenap warga negara Indonesia yang dimaksud juga termasuk Masyarakat berpenghasilan rendah yang selanjutnya akan disingkat MBR. Permasalahannya adalah saat ini sulit mendapatkan rumah layak dan terjangkau. Pemenuhan perumahan yang layak dan terjangkau terkendala oleh faktor pembiayaan dari MBR. Permasalahan ini menyebabkan kondisi permasalahan di sisi konsumsi dan produksi. Berdasarkan King, 2009 pembiayaan perumahan adalah pengeluaran uang untuk memungkinkan berlangsungnya kegiatan produksi dan konsumsi perumahan. Kegiatan produksi dan konsumsi perumahan untuk MBR memerlukan berbagai pertimbangan. Kegiatan produksi rumah dilakukan oleh delevoper/pengembang perumahan untuk MBR akan mempertimbangkan modal, anggaran, kelayakan proyek, dan keuntungan. Sistem pembiayaan dan besarnya biaya seharusnya menyesuaikan kemampuan membayar dari MBR, sehingga permasalahannya adalah kesesuaian sistem pembiayaan perumahan. Sistem yang ada selama ini belum dapat mengakomodir kemampuan dari MBR. Kendala dalam memenuhi syarat 5C dari perbankan yaitu Character, Capacity, Condition of Economy, Capital, dan Collateral. Pemerintah melalui Kemenpera sebenarnya telah melakukan intervensi dalam membantu pembiayaan perumahan bagi MBR melalui program-programnya. Program programnya adalah KPR FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index 307

Perumahan), BUM ( Uang Muka), dan BSPS ( Stimulan Perumahan Swadaya). Tujuan dari program program ini mengurangi angka backlog perumahan yang telah mencapai 13,5 juta pada tahun 2015 (Kemenpupera dalam Peranan APBN dalam mengatasi backlog perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah(MBR) ) dan membantu MBR dari segi pembiayaan. Kecamatan Ngaliyan merupakan salah satu kecamatan di Kota Semarang. Kecamatan Ngaliyan memiliki lokasi yang dekat dengan Kawasan Industri Wijaya Kusuma, Kawasan Industri Candi, dan Taman Industri BSB. Buruh Industri merupakan salah satu Masyarakat Berpenghasilan Rendah, tak hanya buruh terdapat MBR lain diluar profesi buruh yang berpotensi tinggal di daerah Kecamatan Ngaliyan. Jika diasumsikan pendapatan MBR Kecamatan Ngaliyan dan sekitarnya sama dengan UMK Kota Semarang (Keputusan Gubernur Jateng No. 560/50 tahun 2015) yaitu Rp. 1.685.000, maka biaya untuk pemenuhan rumah yang terjangkau adalah maksimal Rp. 505.500. pembiyaan yang disediakan diharapkan dapat membantu keterbatasan membayar. Permasalahannya kemampuan bagi MBR yang segmentasinya bekerja di sektor informal dan yang memiliki pendapatan dibawah UMK. MBR Kecamatan Ngaliyan yang menjadi objek perencanaan tugas akhir perencanaan ini. Karakteristik MBR Kecamatan Ngaliyan menjadi Faktor penting untuk penyusunan konsep kedepannya. Pembiayaan perumahan bagi MBR informal yang tidak bankable memiliki permasalahan dalam kemampuan menyicil serta tidak mampu untuk memenuhi syarat syarat bank. Tujuan dari Tugas Akhir ini berdasarkan latar belakang adalah mengkaji sistem pembiayaan perumahan yang telah ada dan merencanakan konsep sistem pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Ngaliyan 2. DATA DAN METODE 2.1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 2, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer menurut (Sugiyono, 2010) adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sementara sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara kualitatif (Creswell, 2010) dilakukan dengan face to face interview dengan partisipan mewawancarai dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok. Pengumpulan data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh dari Sumber primer selanjutnya adalah mengumpulkan dokumendokumen (Creswell, 2010). Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary, surat, dan, e-mail.) Dokumen seperti kebijakan - kebijakan terkait pembiayaan perumahan bagi MBR, dokumen pembiayaan perumahan bantuan bagi MBR, dan dokumen terkait konsep untuk pembiayaan perumahan 2.2. Teknik Sampling Teknik purposive sampling merupakan teknik untuk menentukan sampel penelitian dalam beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2010). Kemudian, teknik purposive sampling merupakan teknik sampling dengan cara menentukan sampel dengan suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan dari penelitian tersebut. Teknik purposive sampling berkaitan dengan penelitian ini. Konsep pembiayaan pembangunan perumahan bagi Masyarkat berpenghasilan rendah sampel yang dipilih adalah developer atau pengembang perumahan bagi segmentasi masyarakat berpenghasilan rendah dan bank sebagai lembaga keuangan dan perbankan. Pengembang perumahan dipilih karena produksi perumahan bagi segmentasi lebih dapat dipahami dibanding pengembang yang menengah dan mewah. Proses produksi seperti pembangunan dan pembiayaan dapat menjadi informasi dalam penelitian ini. Perbankan dipilih karena berhubungan dengan lembaga keuangan yang memiliki peluang dalam pembiayaan perumahan E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index 308

2.3. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan pada tugas akhir ini adalah metode analisis kualitatif. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Demikian pula metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Pada dasarnya ada tiga unsur utama. Pertama, data, bisa berasal dan bermacam sumber; biasanya dari wawancara dan pengamatan. Selanjutnya, unsur kedua penelitian adalah penandaan atau coding bisa bermacam-macam sesuai pengetahuan, pengalaman, dan tujuan peneliti (Corbin dan Strauss, 2003). Prosedur - prosedur lain yang juga merupakan bagian analisis meliputi sampling non statistik (Schatzman dan Strauss, 1973 dalam Corbi dan Strauss, 2003), penulisan memo, dan pembuatan diagram hubungan konseptual. Unsur Ketiga penelitian kualitatif ialah laporan tertulis dan lisan. Laporan ini dapat dikemukakan dalam jurnal ilmiah atau konferensi. Bentuknya bisa beragam, tergantung pada khalayak dan aspek-aspek temuan atau teori yang disajikannya. Metode kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Hasil dari pendekatan kualitatif ini adalah mengenai permasalahan pembiayaan untuk konsumsi dan produksi perumahan bagi MBR, peluang-peluang pelung pembiayaan bagi MBR, sehingga menghasilkan konsep atau strategi dalam penyediaan perumahan tapak terjangkau bagi MBR. Analisis Perbandingan Sistem Pembiayaan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, analisis ini membandingkan pembiayaan yang tersedia bagi MBR. Analisis yang digunakan adalah analisis perbandingan. Analisis digunakan untuk mengetahui peluang peluang pembiayaan untuk digunakan dalam konsep. Analisis Jangka waktu perolehan bantuan, analisis jangka waktu bersifat kualitatif. Analisis bersifat tekstural ini menggambarkan skenario jangkau waktu dalam perolehan bantuan. Data yang menjadi pendukung adalah hasil wawancara. Analisis jaminan pembiayaan perumahan, analisis ini untuk mengetahui jaminan yang harus diberikan oleh MBR sebagai syarat jika ingin mengangsur rumah dengan KPR. Data pendukung yang digunakan adalah hasil wawancara dengan perbankan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Perbandingan Pembiayaan Perumahan Pada tugas akhir perencanaan ini kebijakan yang menjadi fokus adalah FLPP, BSPS, BUM dan PSU. Ketiga ini menjadi fokus karena pengadaan rumah yang dilakukan pada perencanaan ini adalah pembangunan baru. Ketiga program tersebut akan dibandingkan untuk melihat bagaimana penerapannya untuk membantu konsep pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Ngaliyan. Perbandingan yang akan dilihat analisis ini adalah jenis bantuan, syarat, jangka waktu, besar bantuan, dan sasaran. Program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) Stimulan Perumahan Swadaya Tabel 3.1 Perbandingan program bantuan untuk membantu pembiayaan (Analisis, 2016) Jenis Syarat Jangka waktu Besar Sasaran Kredit perumahan dengan bunga yang rendah Subsidi bantuan pembangunan rumah Tidak memiliki rumah dan belum pernah menerima subsidi pemerintah untuk pemilikan rumah; Memiliki atau menguasai tanah dan belum memiliki rumah atau 10, 15, dan 20 tahun tergantung mas pinjaman Tidak dapat diperkirakan tergantung proses verifikasi dan ketersediaan lahan Rp. 112.758 dari kredit perumahan komersial bunga terendah Rp. 30.000.000,00 Masyarakat berpenghasilan dibawah Rp.4.000.000,00 MBR dengan penghasilan dibawah upah minimum provinsi rata-rata nasional E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index 309

Program Uang Muka Prasarana Sarana Utilitas Jenis Syarat Jangka waktu Besar Sasaran Stimulan dana untuk uang muka rumah dengan KPR sederhana stimulan untuk dana pembiayaan PSU memiliki dan menghuni rumah tidak layak huni Telah diterima oleh seleksi FLPP Pengembang yang telah membangun 50 unit rumah dengan minimal total 100 unit. Langsung diterima Tidak bergantung Rp. 4.000.000,00 Rp.6.000.000,00 per unit rumah Masyarakat berpenghasilan dibawah Rp.4.000.000,00 Pengembang perumahan Gambar 3.1 Bagan Hubungan Pembiayaan (Analisis, 2016) Masyarakat Pengembang Perbankan Kemenpupera BUM FLPP PSU BSPS KONSUMSI PRODUKSI 3.2. Jangka Waktu Pembiayaan Jangka waktu merupakan waktu yang harus dilalui oleh untuk memperoleh manfaat dari bantuan yang menjadi fokus pada tugas akhir perencanaan ini. Pada FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) atau KPR sederhana, pihak bank pelaksana telah menetapkan tenor atau masa pinjaman. Masa pinjaman dapat 10, 15, sampai 20 tahun tergantung proses pada saat di perbankan. Perbandingan FLPP yang ditawarkan oleh bank yang menjadi mitra dapat dibandingkan dengan produk kredit dari BPR khusus untuk pembiayaan perumahan. BPR tersebut adalah BPR MAA (Mandiri Artha Abadi) terdapat program kredit MAA griya dan KPR bangun. Perbedaan dari produk KPR tersebut adalah besarnya kredit dan jangka waktu peminjaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BPR MAA, syarat yang ditetapkan lebih mudah dibanding FLPP, walaupun bunganya lebih tinggi yaitu 0,95% per bulan (http://bprmaa.com/produk-dan-layanan/kredit/kpr-maa-griya/ tahun 2016), sehingga jika di simulasi per E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index 310

bulan harus membayar Rp. 1.385.111 jika harga rumah yang dibayar belum termasuk uang muka Rp. 92.000.000. Perbandingan dengan angsuran KPR FLPP mencapai Rp. 777.952, tetapi syaratnya menurut pihak BPR MAA lebih mudah dibanding KPR FLPP. PSU merupakan bantuan stimulan pemenuhan prasarana utilitas. Berdasarkan hasil survei pengembang, bantuan tersebut dapat digunakan jika sudah memenuhi beberapa syarat. Syaratnya adalah sebagai berikut rumah telah terbangun dan terjual dibuktikan dengan SP3K dari bank, perizinan dan sertifikat lengkap, sehingga pembuatan prasarana harus dibuat oleh terlebih dahulu oleh pengembang. Jadi jangka waktu penerimaan bantuan tidak dapat ditentukan sesuai dengan progress dari proyek yang telah dikerjakan. 3.3. Kepemilikan Jaminan Sistem Pembiayaan Perumahan Program FLPP merupakan bantuan melalui kredit murah, bantuan ini terkait dengan adanya jaminan yang harus diberikan. Sistem pembiayaan FLPP ini mengharuskan konsumen untuk membayar angsuran sehingga mereka bisa mendapatkan hak atas rumahnya tersebut. Jaminan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan pinjaman. Proses mendapatkan pinjaman calon peminjan telah melalui beberapa proses seperti seleksi. KPR sederhana di Bank Rakyat Indonesia menetapkan jaminan pada saat mengangsur adalah rumah yang telah dibeli. Pihak yang bekerja sama dengan Bank BRI adalah asuransi Askrindo. Program lainnya seperti BUM, PSU, dan BSPS merupakan bentuk bantuan langsung yang dihibahkan sehingga tidak terdapat jaminan yang harus diberikan oleh calon penerima. 3.4. Analisis sebab-akibat dan tujuan Analisis masalah dan tujuan dibuat sebelum merumuskan kerangka kerja logi s. Kerangka kerja logis merupakan alat untuk tingkatan tujuan-tujuan proyek serta hubungan sebab akibat pada setiap tingkatan indikator dan sasaran kinerja. Kegunaan dari logical framework adalah untuk memahami dan mencapai kesepakatan serta untuk mengetahui secara rinci mengenai tujuan proyek. Analisis masalah dibuat untuk menstrukturkan masalah. Penyajian analisis sebab akibat/masalah melalui bagan atau biasa yang disebut pohon masalah/sebab-akibat. Masalah ini bisa merupakan gap yang harus ditangani pada konsep pembiayaan yang akan dibuat. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber terdapat permasalahan dalam segi produksi perumahan. Gambar 3.2 Bagan Analisis sebab-akibat (Analisis, 2016) Dampak yang lebih luas Meningkatnya perumahan informal dan swadaya yang kumuh Backlog Perumahan Dampak langsung MBR menetap dengan menyewa MBR membangun rumah secara swadaya MBR masih menumpang pada tempat tinggal orang tua Masalah Pokok Sistem pembiayaan yang belum sesuai bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Ngaliyan Kekurangan dalam keluaran Terdapat masyarakat yang non-bankable Supply perumahan terjangkau terbatas Pengembang perumahan masih belum mendapat kemudahan Kebijakan/Institusi Kebijakan FLPP dan BSPS untuk konsumsi Kebijakan PSU untuk produksi Masukan Kurang terjangkaunya pembiayaan perumahan yang layak bagi MBR di Kecamatan Ngaliyan Analisis selanjutnya analisis tujuan, analisis tujuan ini didasari dari analisis sebab-akibat. Konversi ini untuk menyelesaikan tujuan dampak kunci dan dampak yang lebih luas. Masukan dari tujuan adalah E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index 311

peluang pembiayaan yang telah tersedia dan peluang yang akan diciptakan. Tujuan yang lebih luas ini dapat digunakan sebagai impact dan outcome di kerangka kerja logis. Gambar 3.3 Bagan Analisis sebab-akibat (peneliti, 2016) Dampak yang lebih luas Berkurangnya potensi perumahan informal dan swadaya yang kumuh Berkurangnya Backlog Perumahan Dampak langsung MBR dapat menetap di rumah permanen MBR dapat memiliki rumah terjangkau Kualitas bermukim menjadi lebih baik Dampak kunci Pembiayaan menjadi terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak Tetap di Kecamatan Ngaliyan Perbaikan dalam keluaran Menyesuaikan sasaran bantuan Supply perumahan terjangkau terbatas Mempermudah syarat untuk pengembang perumahan sederhana Kebijakan/Institusi Kebijakan FLPP dan BSPS untuk konsumsi Kebijakan PSU untuk produksi Masukan Terdapat peluang pembiayaan perumahan yang dapat dimanfaatkan 3.5. Konsep pembiayaan Konsep yang dapat menyesuaikan kemampuan membayar dari masyarakat non-bankable adalah konsep pembiayaan perumahan yang mengandalkan metode swadaya dan berbasis komunitas. Metode swadaya merupakan masyarakat yang ingin mempunyai rumah terjangkau dan layak mengusahakan sendiri proses pemenuhan dari tempat tinggalnya. Proses dari pencarian lahan, perizinan, Pembuatan rencana anggaran biaya konstruksi rumah, dan mencari bantuan. Berbasis komunitas yang dimaksud adalah mencari kelompok masyarakat dengan keinginan dan tujuan yang sama agar dapat secara bersama saling membantu mengusahakan biaya perumahan. Masyarakat secara swadaya membuat biaya konstruksi sesuai dengan kemauan dan kemampuan untuk membayar. Rencana anggaran biaya ini akan menjadi salah satu syarat untuk mengajukan BSPS. Terdapat peluang bagi pihak lain seperti kelompok tukang bangunan dan penjual material bangunan. Konsep selanjutnya adalah Konsep non swadaya dilakukan dengan mengumpulkan dana kelompok masyarakat untuk keperluan uang muka. Uang Muka untuk syarat bantuan FLPP adalah 20% dari harga dan sisanya dibayar secara angsuran dengan kredit FLPP. Uang muka 20% sebesar Rp. 18.000.000 dengan cara menarik iuran Rp. 15.000/hari diperlukan 40 bulan atau 3 tahun 4 bulan. Pada konsep non swadaya ini, terdapat pilihan jangka waktu angsuran seperti 10, 15, dan 20 tahun. Pemilihan jangka waktu pinjaman akan berdampak pada besar angsuran E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index 312

Tabel 3.2 Besar cicilan untuk FLPP (Analisis, 2016) Lama cicilan (tahun) 20 15 10 Angsuran yang harus dibayar per bulan (Rupiah) 475.168 569.371 763.672 4. KESIMPULAN Keempat bantuan ini dapat melengkapi satu sama lain untuk membantu pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Ngaliyan. Konsep ini yang dibagi menjadi dua yaitu konsep swadaya dengan memanfaatkan BSPS dan konsep non-swadaya dengan memanfaatkan FLPP. Konsep yang telah dibuat dapat menyelesaikan permasalahan keterjangkauan masyarakat yang pada angsuran konvensional diharuskan membayar per bulan, konsep ini membuat masyarakat membayar per hari. Kedua konsep yang telah dirumuskan mampu menjawab permasalahan pembiayaan perumahan. Tantangan untuk konsep ini adalah jangka waktu pencapaian, perubahan kebijakan yang berlaku, dan peluang kemitraan. Implikasinya kedudukan perencanaan ini di PWK adalah perencanaan pembiayaan perumahan untuk mendukung perencanaan penyediaan perumahan secara fisik dan pemberdayaan masyarakat dari tidak berdaya menjadi mandiri sebagai yang mengusahakan dan penerima manfaat itu sendiri secara non-fisik. Jika secara praktik dilihat dari dokumen perencanaan yang direncanakan dan ditetapkan institusi terkait seperti Kemenpupera maka, konsep ini berupa pendukung kebijakan-kebijakan yang telah ada sehingga manfaatnya lebih didapatkan. 5. REFERENSI Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kementerian Keuangan. (2015). Peranan APBN dalam mengatasi backlog perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Kementerian Keuangan: Jakarta. King, P. (2009). Understanding Housing Finance meeting needs and makin choices. New York: Taylor and Francis. Republik Indonesia. (2015). Keputusan Gubernur Jateng No. 560 /50 tahun 2015 tentang upah minimum 35 kota/kabupaten di provinsi jawa tengah tahun 2016. Sekretariat daerah. Semarang Republik Indonesia. (2011). Peraturan Daerah No. 20 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Kendal tahun 2011-2031. Sekretariat daerah. Kendal Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan permukiman. Sekretariat negara. Jakarta Sugiyono, S. (2008). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Strauss, A., & Juliet, C. (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/index 313