DOPING, FAIR PLAY, DAN KEHIDUPAN SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
DRS. HERWIN, M.PD.

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi, salam sejahtera bagi kita sekalian. Salam Olah Raga!

PERANAN NILAI SPORTIFITAS PENDIDIKAN JASMANI DALAM MENGAHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JELEKNYA MENJADI ATLET

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BUPATI KULONPROGO. Sambutan Pada Acara FESTIVAL KREASI OLAHAN GEBLEK SE-KULONPROGO DI WADUK SERMO KOKAP Tanggal, 24 Maret 2013

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEJUARAAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

PELANTIKAN PENGURUS KONI KABUPATEN MALINAU MASA BAKTI KAMIS, 31 MARET 2016 YSH. KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN MALINAU; YSH.

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PERTANDINGAN AAJI SPORTAINMENT 2018

KONTRIBUSI SENAM PRESTASI DALAM PEMBENTUKAN SPORTIVITAS DAN RASA PERCAYA DIRI PADA ATLET Oleh :Ch. Fajar Sriwahyuniati, FIK UNY

OPTIMALISASI PEMBENTUKAN KARAKTER DAN FAIR PLAY MELALUI PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI. Oleh: Herwin, M.Pd.*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam

Asyiknya Berolahraga Sepeda

BAB I PENDAHULUAN. kita, baik diperusahaan, dilembaga pendidikan, dilembaga sosial, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

BAB VI SENAM. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 133

BUPATI BANYUWANGI. Assalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlombakan yaitu kiyouruki (fighting) dan poomsae (gerakan. maka peserta ujian tersebut dapat dinyatakan lulus.

SEPAK BOLA PUTRI ANTAR KECAMATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya para pemuda dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan hasil kerja dengan kadar tertentu, dan untuk menampilkan hasil

NARASI KEGIATAN JURI CABOR BOLA VOLI PADA O2SN SMP TINGKAT PROPINSI DIY TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Aquatic Arena di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini olahraga merupakan salah satu aktivitas yang mulai dipilih

Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

, 2015 HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN FUTSAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL ASPROV PSSI JAWA BARAT SAAT MEMIMPIN PERTANDINGAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

BAB I PENDAHULUAN. moral manusia. Olahraga bukan hanya sekedar hobi, tapi olahraga sudah

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN PEKAN OLAHRAGA PELAJAR DAERAH (POPDA) SE-KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Kamis/24

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan

Oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd. l.

Respect For The Rules dalam Permainan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

Assalamu alaikum Wr, Wb.

Persiapan Tim Hockey Jabar Menuju PON 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa untuk mengikuti kegiatan ini tidak memerlukan kecerdasan, bahkan

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA DALAM BIDANG OLAHRAGA

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di

LAPORAN KEGIATAN. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN Judul PkM:

ANGKET KEPERCAYAAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OLIMPIADE SD MATHEMATICS EDUCATION FAIR 2017

II. KAJIAN PUSTAKA. secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus

PEMAHAMAN TENTANG FAIR PLAY PADA GURU KELAS SEKOLAH DASAR PENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

1. Pembinaan olahraga sebaiknya dimulai sejak anak usia dini, berkesinambungan, dan mempertimbangkan kondisi anak atau disesuaikan dengan dunia anak.

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

Siaran Pers Kemenpora: Wakil Presiden Pimpin Rapat Asian Games 2018 di Kemenpora Rabu, 15 Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

GOLDEN RULES A K S I N Y A T A U N T U K M E M B A N G U N K A R A K T E R

MOEHI NATIONAL COMPETITION 2017 PR IPM SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PERTANDINGAN AAJI SPORTAINMENT 2018

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh, karena antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

Wawancara disampaikan dengan bahasa yang baik, sopan dan santun, tidak bernada keras.

9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Transkripsi:

DOPING, FAIR PLAY, DAN KEHIDUPAN SOSIAL Oleh: Margono, M.Pd. Dosen FIK UNY, Sekretaris Pemerhati Tumbuh Kembang Anak. Pendahuluan Ide untuk menulis topik ini muncul setelah membaca makalah Dr. Andy Miah, Olympic Athletes and Science: Ethics and Possibilities for Improvement dari University of Paisley Scotland-Inggris yang diresume oleh Dr. Amung Ma mun dkk., dari UPI Bandung. Makalah yang diresume tersebut disajikan dalam The Sixth Joint International Session for Education and Officials of Higher Institutes of Physical Education, yang berlangsung pada 26 Juni - 2 Juli 2003 di Athena Yunani. Tulisan tersebut ditampilkan di depan forum internasional yang diikuti para educators bidang olahraga dan pendidikan jasmani yang berasal lebih dari 30 negara. Tidak Fair Play Berarti Bukan Olahraga Masyarakat pecinta olahraga sangat paham bahwa dalam olahraga harus ditegakkan fair play. Dalam penyelenggaraan pertandingan atau perlombaan tingkat apa pun, senantiasa terpasang spanduk tegakkan fair play, junjung tinggi fair play. Artinya, mereka telah menyadari (paling tidak saat memasang dan membaca spanduk) bahwa pertandingan olahraga akan dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi dengan jiwa fair play. Mereka telah memahami, bahwa aktivitas olahraga tidak dapat 1

disebut lagi sebagai olahraga lagi apabila dilakukan dengan meninggalkan jiwa fair play. Fair play is very essence of sport. Fair dapat diartikan clear, bright, sunny, dan kata-kata lain semacam itu. Play artinya bermain. Fair play merupakan jiwa dari olahraga. Orang Jawa mengatakan, Yen dolanan ojo urik (ojo urik = jangan curang). Kata dolanan dalam konteks pembicaraan kali ini bukan hanya untuk menjelaskan bermain, tetapi lebih ke pengertian olahraga. Ojo urik dapat berarti jangan menipu, jangan menggunakan cara yang tidak benar, jangan mencuri kesempatan, jangan memanfaatkan kelengahan lawan/petugas/wasit/juri, dan jangan-jangan yang lain yang konotasinya tidak baik. Menjunjung tinggi fair play artinya harus menegakkan peraturan, dan dengan sadar memberikan kesempatan yang sama antara dirinya dan lawan main untuk memperoleh kemenangan. Fair Play, Doping, dan Teknologi Canggih Dua hal yang pertama, fair play dan doping sesungguhnya bukan jodohnya, melainkan sebagai sesuatu yang berlawanan. Apabila dua hal itu dikaitkan, dengan gampang dan enteng dapat dikatakan, kalau dalam pertandingan olahraga kita menggunakan doping artinya tidak menjunjung tinggi fair play. Akan memerlukan energi untuk berpikir ketika ditanyakan mengapa? Jawaban yang sering muncul adalah alasan dari segi kesehatan dan keselamatan atlet. Dari segi ini, doping dianggap dapat membahayakan kesehatan atlet bahkan jiwa atlet. Tampaknya itu benar, walaupun tidak sepenuhnya benar. Dalam kondisi tertentu doping tidak selalu membahayakan kesehatan atlet. Bahkan bila jawaban dikaitkan dengan kesehatan dan keselamatan atlet, banyak olahraga cukup berbahaya dan bahkan sangat berbahaya. Sebut saja beberapa yang 2

populer: GP, F-1, balap sepeda, balap sepeda gunung, balap kuda, berbagai cabang beladiri yang full body contact, terjun payung, panjat tebing. Apabila doping dilarang karena membahayakan jiwa, maka dengan menggunakan alasan yang sama, cabangcabang olahraga berbahaya tersebut perlu dilarang juga. Lebih rumit lagi hal tersebut di atas dilihat dari alasan hak asasi manusia, yakni dalam hal kebebasan untuk memilih. Dengan larangan doping berarti melanggar hak manusia untuk menentukan pilihan. Kebanyakan atlet sudah dewasa dan dapat menentukan pilihan (untuk menggunakan doping atau tidak) dengan pikiran jernih. Bukankah sebagian besar pilihan dalam kehidupan ini mengandung resiko, ada keuntungannya sekaligus ada kerugiannya. Jika jawaban pelarangan doping dikaitkan dengan pemberian kesempatan yang sama antar atlet, yang satu menggunakan dan yang lain tidak, maka kesempatan untuk menang menjadi berbeda, dan ini tidak sejalan dengan ide fair play. Jawaban semacam ini dapat memicu munculnya pertanyaan-pertanyaan sejenis. Misalnya, bagaimana dengan atlet yang menggunakan alat-perlengkapan canggih atau super canggih, sehingga membuat lawan-lawannya kalah karena faktor kecanggihan alat- perlengkapan tersebut. Atlet dari negara berkembang akan senantiasa ketinggalan dari segi ini. Kalau alatperlengkapan berbeda (bahkan berbeda jauh) kualitasnya, maka kesempatan untuk menang juga jauh berbeda. Masihkah pertandingan semacam ini dapat disebut menjunjung tinggi fair play? Sebagai contoh dalam cabang olahraga panahan, kalau busur panahnya kualitas sedang, maka akan kalah jauh ketepatannya bila melawan yang kualitasnya amat baik. Artinya meski dengan kualitas atlet yang sama, dapat diramalkan 3

bahwa atlet yang mempergunakan alat-perlengkapan lebih canggihlah akan tampil sebagai pemenang. Doping sendiri tidak dapat dipisahkan dengan kecanggihan teknologi. Bahanbahan yang memang sejak awal dirancang untuk keperluan doping, menjadi sangat sulit untuk dideteksi di laboratorium yang cangggih sekalipun. Pemeriksaan dengan sampel air seni, pada perkembangan akhir-akhri ini, sudah menjadi cukup mudah untuk diantisipasi dengan teknologi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh negara-negara yang sudah sangat maju teknologinya. Fair Play dan Kehidupan Sosial Masyarakat olahraga sering membanggakan, bahwa dengan olahraga akan diperoleh nilai-nilai baik dari sisi sosial yang akan menempatkan seorang individu pelaku olahraga sebagai warga terhormat. Memang hal yang demikian dapat dilakukan dengan media olahraga. Akan tetapi kenyataan yang berkembang di masyarakat tidaklah mendukung hal tersebut. Masyarakat olahraga tidak jauh berbeda (atau sama saja) dalam kehidupan sosialnya di masyarakat, dalam hal penegakan fair play dalam kesehariannya. Masyarakat olahraga melakukan perilaku yang sama dengan masyarakat nonolahraga, bahkan kadang-kadang berperilaku tidak terhormat. Hasil survai di Amerika menunjukkan, bahwa: (1) ofisial olahraga bertindak lain ketika di depan masyarakat dan di belakang layar; (2) untuk memenangkan medali dan kedudukan yang lebih baik berkaitan dengan perolehan hadiah yang lebih besar, insan olahraga bersedia melanggar etika. Berdasarkan pengamatan dan informasi dari berbagai media massa, tampaknya di sekitar kita sami mawon. Mestinya nilai baik yang 4

dapat dikembangkan melalui olahraga semestinya dapat ditularkan kepada masyarakat nonolahraga, tetapi kenyataannya tidak demikian, kehidupan masyarakat yang justru mempengaruhi dunia olahraga. Telah berkembang luas slogan, No dope, no hope. Ironisnya, slogan tersebut mengandung kebenaran bagi orang-orang yang terlibat, dalam arti: hanya melalui kemenangan sajalah seorang atlet bisa menjadi terkenal dan bisa mendapatkan imbalan materi. Pelatih dan jajaran pengurus olahraga yang bersangkutan akan dinilai makin oke jika atletnya juara. Rentetannya adalah keuntungan, keuntungan dan keuntungan dari segi materi. Doping Sebaiknya Distop Pada orang yang pikirannya masih genep, tentunya setuju 100 persen doping dilarang. Tetapi menjadi tugas yang tidak ringan bagi insan olahraga, khususnya jajaran pimpinannya untuk memberikan reasoning yang dapat diterima masyarakat luas, mengapa doping dilarang. Perilaku doping secara fisik adalah memasukkan sesuatu ke dalam tubuh, yang jangka panjangnya akan mempengaruhi personality atlet dan akan terbawa dalam kehidupan sosialnya sehari-hari. Gaya hidup yang tidak fair, tidak sportif, tidak adil, tidak menghormati orang lain, suka main kayu, suka maling, ingin selalu menang sendiri merupakan gaya hidup yang sangat berbahaya bila berkembang luas di masyarakat. Insan olahraga tentunya tidak boleh pesimis, dan tetap memiliki keyakinan bahwa nilai-nilai baik dari olahraga bisa ditularkan kepada masyarakat olahraga maupun 5

nonolahraga. Marilah bersama-sama optimis, dan berupaya memberikan sedikit hal baik dalam kehidupan. Mudah-mudahan tidak ngoyo woro. Daftar Pustaka H. Amung Ma mun, dkk. (2003). Menelusuri Jejak Sejarah Olimpiade (Sebuah Refleksi Mengikuti the sixth Joint International Session fo Educators and Officials of Higher Institutes of Physical Education). Jakarta: Ditjen Olahraga Depdiknas. Neufeldt, Victoria and Fernando de Mello Vianna. (1993). Webster s New World Dictionary. Jakarta: Modern English Press. Lemlit dan Pengembangan Prasarana. (1972). Fair Play (Semangat Olahragawan Sejati). Jakarta: Ditjen Olahraga dan Pemuda. Sleman, menjelang dies UNY 2004 6