BAB II TINJAUAN TEORI. menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Peralatan Perlindungan Pekerja

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

ORIENTASI K3 UNTUK PEKERJA BARU

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI


BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

MEMPELAJARI KESELAMATAN KERJA RUANG PLATTING MENGGUNAKAN FREQUENCY RATE & SEVERITY RATE

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN RISIKO K3 (Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko)

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Menyiapkan upaya penyelamatan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993). Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien. Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002). Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja. Menurut Suma nur (1987) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang 12

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting yaitu: (1) Kecelakaan akibat langsung pekerjaan, (2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan kedalam sistem manajemen yang disebut SMK3 (Somaryanto, 2002). Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas. 2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien (Suma mur, 2009). 13

2.2 Kecelakaan Kerja 2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga yang tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebihlebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di ruang lingkup kecelakaan yang disertai kerugian material atau penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting yaitu : 1) Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan 2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan dirumah atau pada waktu rekreasi adalah diluar dari pada makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan kerja perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk pada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya. Sekalipun kecelakaan akibat kerja meliputi penyakit akibat kerja, yang disebut terakhir ini tidak akan dibicarakan disini, melainkan pada ruang lingkup hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. Terdapat tiga kelompok kecelakaan: 14

1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan 2. Kecelakaan lalu lintas 3. Kecelakaan dirumah Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka tersebut sebagai bahaya nyata. 2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja Secara umum kecelakaan menurut Suma mur (2009) disebabkan oleh: 1. Tindakan perbuatan manusia (unsafe human act). Menurut penelitian 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh : a. Karena tidak tahu yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya bahaya yang ada. b. Karena tidak mampu / tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja aman dan bahaya yang ada, tetapi karena belum mampu dan kurang kurang terampil maka dia melakukan kesalahan. c. Walaupun telah mengetahui cara kerja dan peraturan peraturan serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakannya maka terjadi kecelakaan. 15

2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari industrial hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Setiap keadaan / faktor adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan peristiwa keseluruhan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Apabila sebab satu bagian dari rentetan peristiwa dihilangkan kecelakaan tidak akan terjadi. Kecelakaan diselidiki untuk maksud: a. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan. b. Mencegah terjadinya peristiwa serupa. Sedangkan menurut Benny dan Achmadi (1991) sebab kecelakaan kerja mengelompokkannya sebagai berikut: 1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment) a. Faktor Kimia Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada bendabenda mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya. b. Faktor Fisik Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, panas kebisingan dan lainnya. 16

c. Faktor Biologi Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau kebun. d. Faktor Ergonomi Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan. e. Faktor Psikologi Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan. 2. Faktor Pekerjaan a. Jam Kerja Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat mengurangi kecelakaan kerja. b. Pergeseran Waktu Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja. 3. Faktor Pekerja (human Factor) 17

a. Umur Pekerja Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya. b. Pengalaman Bekerja Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja. Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja. 18

d. Lama Bekerja Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya. e. Kelelahan Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja. 2.3 Kecelakaan Kerja di Perkebunan Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit dan karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan.terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS). Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat 19

bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset. Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. Dengan demikian di sektor perkebunan, potensi kecelakaan kerja cukup tinggi. Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan oleh : 1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suara, panas, sinar, dan lainnya) 2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lainnya) 3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain) 4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja. 5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi pemukiman jauh dari kota. 6. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah). Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada sektor kerja perkebunan adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan Lahan 20

Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang tumbang, serangan binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular. 2. Pemeliharaan Tanaman Pemakaian alat babat, cangkul, dodos, dan lain-lain dapat mengancam terjadinya kecelakaan kerja bila tidak dilaksanakan dengan sikap kerja yang kurang hati-hati, luka oleh duri sawit juga merupakan ancaman bagi pekerja pemeliharaan tanaman sedangkan iritasi kulit dan keracunan bahan kimia dapat terjadi akibat pemakaian pestisida dan pupuk, malahan terjadi nekrose (kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup) jaringan tubuh akibat kena tetesan pestisida yang pekat. 3. Panen Kecelakaan akibat menggunakan alat panen yang tidak ergonomis terutama untuk lokasi yang dipanen cukup tinggi seperti penggunaan egrek dapat menyebabkan pemanen kena timpa buah yang dipanen. 4. Pengolahan Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat pemakaian boiler, luka oleh cutting machine, jari terpotong oleh proses machine dan ancaman kecelakaan kerja oleh house keeping yang jelek seperti susunan barang hasil panen yang tidak teratur, tangga yang curam, lantai yang licin yang dapat menimbulkan tertimpa barang, terjatuh dari tangga dan terpeleset. 21

5. Gudang Dapat juga terjadi kecelakaan kerja di gudang yang merupakan lokasi penyimpanan pupuk, bahan kimia dan lain-lain akibat house keeping yang jelek. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya kecelakaan untuk kebakaran. 6. Kabel Listrik Kurang terpeliharanya kabel listrik (tegangan listrik) terutama dibangunan perusahaan dapat mengundang terjadinya kebakaran. 2.4 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja Menurut Suma mur (2009), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 (dua belas) hal berikut : 1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugastugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan. 2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD) 3. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi 22

4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya. 5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, Faktor Kerja dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan. 6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan. 7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi. 8. Pendidikan 9. Latihan-latihan (simulasi) 10. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat 11. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan 12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan Somad, Ismet (2013) memperkenalkan konsep 2E+I dalam pencegahan kecelakaan kerja, yaitu: Engineering, Education and Implementation. Yang masuk dalam lingkung engineering adalah: mencari substitusi material berbahaya, pengurangan penyimpanan material berbahaya, memodifikasi proses, menggunakan sistem peringatan. Lingkup education adalah: melatih pekerja terkait tentang prosedur dan praktik kerja aman, mengajarkan cara pengerjaan suatu pekerjaan secara benar dan penggunaan produk secara aman, serta aktivitas edukasi lainnya. Dan lingkup implementation adalah upaya pencapaian pemenuhan peraturan dan perundangan yang berlaku. 23

2.5 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja. Sistem Manajemen Kerja menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 1 menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Ini adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi Struktur Organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka 24

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif (Santoso, 2004). Peran manajemen dalam meminimalkan kecelakaan kerja sangat sentral. Frank E. Bird Petersen menyatakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktik dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama kesalahan manajemen. I. Manajemen Kurang Kontrol II. Sumber Penyebab Utama III. Gejala Penyebab langsung (praktek dibawah standar) IV. Kontak Peristiwa (kondisi di bawah standar) V. Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda) Gambar 2.1. Peran Manajemen dalam Meminimalkan Kecelakaan Sumber: Santoso (2004) 2.6 Perilaku Selamat (Safety Behavior) Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun yang dapat diamati secara tidak langsung. Lingkungan merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk 25

perkembangan perilaku tersebut. Perilaku selamat merupakan segala yang dikerjakan oleh manusia atau dalam hal ini adalah tenaga kerja dalam rangka menciptakan keadaan selamat. Sistem manajemen K3 sebagai lingkungan mempengaruhi perkembangan perilaku selamat tenaga kerja. Perilaku aman merupakan suatu tindakan ketaatan pekerja dalam mengunakan alat pelindung diri sebagai pencegahan kecelakaan kerja. Dalam konteks ini tentu perilaku manusia dianalisis menurut pembagian klasik yang diberikan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1908 yang mengembangkan perilaku ke dalam 3 (tiga) domain, yaitu: pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan (psychomotor). Terbentuknya suatu perilaku dimulai dengan pengetahuan, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap, akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi berupa tindakan. Pengetahuan pekerja adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja mengenai pekerjaannya, baik melalui buku pedoman kerja, pimpinan atau bahkan yang diperolehnya sendiri melalui pengamatan atau media massa. Pengetahuan yang kurang mengenai pekerjaannya akan berpengaruh pada tindakan mereka dalam bekerja seperti tidak mematuhi prosedur kerja atau tidak memakai alat pelindung diri yang telah disediakan. Menurut Suma mur ( 2009), perilaku selamat adalah tindakan mematuhi prosedur kerja yang telah dibuat oleh perusahaan. Dalam hal ini maka kebijakan K3 perusahaan bertujuan untuk merubah perilaku manusia agar mampu bertindak secara aman atau 26

selamat. Guna meningkatkan dan memperluas kebijakan K3 maka dibuatlah program K3 dengan konsep pencegahan kecelakaan kerja. Pengawas berperan penting dalam mengembangkan perilaku selamat pada tenaga kerjanya melalui pelatihan dan praktek langsung oleh pengawas bagaimana berperilaku yang aman dan selamat dalam bekerja. 2.7 Penelitian Terdahulu Guna mengkaji lebih dalam mengenai dasar dalam penelitian ini, berikut disajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan sistem manajemen kecelakaan kerja. Syahrial Angkat (2008), dalam Tesisnya yang berjudul Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan Perusahaan X. Beliau mengambil penelitian dalam upaya menjawab permasalahan upaya-upaya apakah yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan, bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh rekruitment terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh status pekerja terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap kecelakaan kerja. Populasi penelitian adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan X sebanyak 100 orang. Penganalisaan permasalahan dianalisis dengan Chi Kuadrat 2 x 2. Hasil penelitian: Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan Perusahaan X adalah telah banyak dilakukan oleh pengusaha, kontraktor, serta 27

pekerja, seperti dilakukannya penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja, dilengkapinya rambu-rambu kecelakaan kerja, perlengkapan pemadam kebakaran, pemakaian alat pelindung diri, disediakannya peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan, serta ruangan istirahat pada pekerja yang mengalami kecekalaan dalam bekerja. Pelatihan K3 yang dilaksanakan perusahaan berpengaruh terhadap kecilnya angka kecelakaan kerja, status pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, rekruitmen pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, penggunaan alat pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja. Zamaan Tarigan (2008), dalam Tesisnya yang berjudul Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau. Penelitian ini mencoba memberikan jawaban tentang program-program apakah dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan penyelia pengelola pabrik kelapa sawit Tanjung Medan, berapakah persentasi penggunaan alat pelindung diri yang dilaksanakan pekerja, dan lokasi kerja manakah yang paling sering terjadi kecelakaan kerja. Populasi penelitian ini adalah sebanyak 152 orang yaitu seluruh pekerja pada pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau. Penganalisaan permasalahan dianalisis secara deskriptif, dilengkapi dengan penyajian dalam bentuk tabel frekwensi tangensi. Hasil penelitian: Program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan seperti rekruitmen, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, penggunaan alat pelindung diri, papan peringatan/rambu- 28

rambu kecelakaan kerja, sanksi dan penghargaan, sehingga diharapkan kinerja, keselamatan dan kesehatan kerja semakin meningkat. Namun segi pengontrolan masih kurang sehingga masih ditemukan kecelakaan kecil yang tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja pekerja. Penggunaan alat pelindung diri seperti penggunaan helm sekitar 89,48%, sepatu boot dipakai 63,34% pekerja, sarung tangan dipakai 72,73% pekerja, penutup telinga dipakai 88,24% pekerja, penahan radiasi komputer dipakai 62,50% pekerja, penutup mulut dipakai 77,78% pekerja, pelindung dada dipakai 53,34% pekerja. 29