TUGAS BROADCASTING Nama : Rahmadi Nim : 08.12.3059 Kelas : S1-SI-5E STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010
ANAK KORBAN MERAPI Written By Rahmad Cp : Rahmad Puluhdadi, Depok, Sleman E-mail : rahmad_taurus@ymail.com Copyright by Rahmad All Right Reserved FINAL DRAFT Desember, 2010
INT. LERENG GUNUNG MERAPI Didalam rumah yang sederhana, ada sebuah keluarga yang sangat bahagia, tentram dan sejahtera. Keluarga tersebut tinggal di lereng GUNUNG MERAPI. Ada seorang lelaki paruh baya SALEH namanya, dan mempunya seorang istri yang bernama AISAH. Keduanya telah menikah hampir 15 tahun, dan di karunia dua anak yang bernama dan SHINTA. saat itu sudah menginjak di bangku kelas 5 SD, sementara itu adiknya SHINTA baru menginjak kelas 2 SD. INT. Dibangku Makan. PAGI Anton, Shinta dan kedua orang tuanya sedang sarapan pagi. Sambil diiringi dengan obrolan santai, yang penuh dengan canda dan tawa. (Makan dengan rakus, menu sarapan favorit yang disiapkan oleh ibunya) SHINTA (Ngelihatin kakaknya yang sedang makan, heran rakus sekali dan ngejekin) Duhh...Kakak, Makannya kok banyak banget. Ntar tambah gendut lho DISSOLVE TO INT. Di ruang TV Anton dan Sintha bergegas menonton TV, sambil menunggu temannya untuk berangkat sekolah bareng. & SHINTA (Melihat berita di TV )
& SHINTA mama,...papa...liat ada berita status gunung merapi AWAS AISAH & SALEH (merasa kaget) Mana anakku...? itu mam...aku takut SALEH (menenangkan perasaan kedua anaknya dan mengantar mereka kesekolah pakai sepeda ontel) Udah nak, tenang aja gak usah takut, lagian itu juru kunci Merapi MBAH MARIJAN saja belum turun, ya udah ayo papa anterin kesekolah & SHINTA (percaya ucapan papanya dan mengangguk, dan berpamitan kepada mamanya) iya papa, ayo berangkat...da mama EXT. Di halaman sekolah. PAGI jam 7 Sesampai di sekolah Anton dan Shinta berpamitan kepada ayahnya, dan SALEH ayah mereka memberi kedua anaknya uang saku.
& SHINTA (Senyum kepada, kemudian mereka berdua memeluk ayahnya dan mengucapkan hati-hati, dengan perasaan was was takut terjadi apa apa dengan MERAPI) Hati-hati Ayah, jaga Ibu dirumah ya, aku takut merapi meletus ayah SALEH (Dengan tenang menjawab) iya anakku, percaya ayah dan ibu akan baik-baik aja kok EXT.Di pinggir jalan depan sekolah. SIANG Anton & Shinta menunggu ayahnya menjemput untuk pulang, tapi sudah 30 menit tak datang juga ayahnya. Kemudian beberapa menit kemudian terdengar ada berita awas panas MERAPI melanda desanya. Mereka pun panik dan ternyata orang tua meninggal mereka ikut menjadi korban Keganasan wedus gembel. & SHINTA (menangis dan sangat terpukul mendengar berita dari seseorang tersebut, seakan akan tidak percaya apa yang terjadi ini) GURU (Menenangkan Anton & Shinta, mengatarkan ia ke pengungsian) DISSOLVE TO
INT. Di Tenda Pengungsian. Malam Hari Semenjak itu mereka hidup sebatang kara di pengungsian, tak mempunyai ayah dan ibu lagi. Kini tinggal kenangan masa masa kebahagiaan bersama kedua orang tuanya. Anton dan Shinta tak berhenti menangis, dan para relawan pun tidak bisa menghentikan tangisannya. RELAWAN (menenangkan dan membujuk Anton dan Shinta berhenti menangis dan makan) INT. Di Pengungsian Maguwoharjo. SIANG Tak terasa Anton dan Shinta seminggu tlah berlalu di pengungsian MAGUWOHARJO. Selama di pengungsian Anton dan Shinta dirawat oleh seorang relawan mahasiswi, INTAN namanya. INTAN adalah seorang mahasiswi AMIKOM semester V. INTAN (Sedang merawat Anton dan Shinta menyiapkan makan) & SHINTA (mengucapkan terima kasih) terima kasih ya mbak INTAN DISSOLVE TO INT. Di Pengungsian MAGUWOHARJO. PAGI Hampir 1 bulan Shinta dan Anton di pengungsian, mereka bingung mau tinggal dimana? karena rumahnya hancur di lalp oleh wedus gembel yang dasyat itu. Lambat laun Anton & Shinta mulai lebih mengenal dengan Intan. Saat itu mereka bertiga ngobrol-ngobrol, dan tak tersadar Anton dan Shinta Curhat dengan Intan., SHINTA & INTAN
(Mereka bertiga duduk di tikar sambil mengobrol) (Muka murung) Mbak Intan, mau jadi apa nasibku? Aku dan adikku dah nggak punya apa-apa! Hidup sebatang kara di pengungsian INTAN (Ikut sedih mendengar curhatnya Anton) Sudahlah Anton sayang, ada mbak Intan disini. Masa depanmu masih Panjang dik Anton (Cemberut, dengan wajah yang putus asa) Terus gimana mbak coba? tempat tinggal aja aku nggak punya! INTAN Sabar Anton, semuanya pasti ada hikmahnya, kamu pasti bisa melewati cobaan dari Allah INT. Di Pengungsian Maguwoharjo Seminggu kemudian Shinta gak mau makan, dia keingat dengan ibu dan dan ayahnya. Sementara itu Anton membujuk adiknya buat maem, tetapi Shinta masih tetap tidak mau makan. (Merayu adiknya untuk makan) Shin,...ayolah cepet maem,,, ntar kamu sakit lho, udah jangan sedih lagi, jangan tangisi orang tua kita SHINTA (masih menangis memikirkan ayah dan ibunya)
DISSOLVE TO INT. Diruang Rumah sakit RSUD Sarjito Shinta ketika itu sakit tipus, karena telat maem, sampai sampai lambungnya infeksi. Dan Anton, menunggu adiknya di ruang operasi. Anton bingung dengan keadaan ini, mau bayar biaya perawantan adiknya pakai apa? Beberapa menit kemudian Intan bersama kedua orang tuanya menjenguk Shinta, dan orang tuanya berniat membiayai semua biaya perwatan Shinta. BAPAK INTAN (berbicara kepada Anton, kakak Shinta) sudahlah nak biar semua Om yang nanggung biaya perawatan adikmu (tertegun mendengarkan ayah Intan) Tapi Pak...??? INTAN (Menyambungi obrolan Ayahnya dan Anton) Sudahlah Anton sayang, biarkan kami membantumu IBU INTAN Malahan Kami semua bersedia merawat kamu selamanya jadi anak angkatku nak Anton dan nak Shinta, sungguh aku pengen sekali kalian mengisi di keluarga kami, biar tambah rame nak Anton (Mengucapkan terima kasih) Hemmmmm,...Terima kasih Bapak Ibu dan Mbak Intan atas semuanya. Saya dan adiku tidak bisa membalas dengan apa apa, Karena kami sudah nggak tau lagi jalan hidupku mau di bawa kemana IBU INTAN
Iya nak, tenang saja, kami akan menjagamu selamanya sampai tumbuh dewasa kelak INT. Diruang Perawatan RSUD Sarjito. Pagi 2 hari kemudian Shinta Adik Anton sudah siuman dari masa kritisnya, dan penyakit tifusnya sudah mendingan sembuh, kemudian mereka semua di ajak pukang kerumah Intan