BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

3 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan kekuatan geser self adhesive semen

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

Objective: To study there are any difference of shear bond strength between two cementation materials.

COMPARATIVE OF TENSILE STRENGTH BETWEEN CEMENT RESIN AND GLASS IONOMER CEMENT TYPE 1 TO MICROHYBRID COMPOSITE RESIN INDIRECT VENEER RESTORATION

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

NANO HIBRID RESIN KOMPOSIT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Veneer a. Definisi Veneer adalah material lapisan sewarna gigi yang diaplikasikan untuk gigi yang berubah warna dengan cara restorasi lokal maupun restorasi general (Heymaan et al, 2011). b. Macam-macam veneer 1) Partial veneer diindikasikan untuk gigi yang berubah warna secara lokal dan bagian yang berubah warna karena faktor intrinsik. 2) Full veneer diindikasikan untuk gigi yang berubah warna secara general dan gigi yang berubah warna sampai bagian permukaan depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011). 2. Veneer Resin Komposit a. Macam-macam veneer resin komposit 1) Secara direk adalah suatu cara yang membutuhkan satu kali pertemuan 2) Secara indirek adalah suatu cara yang membutuhkan waktu lama karena proses pembuatan di laboratorium (Welbury et al, 2005). b. Indikasi 1) Diskolorisasi 2) Enamel defect 8

9 3) Diasema 4) Malposisi gigi 5) Restorasi yang besar ( Welbury et al, 2005). 6) Kontraindikasi 7) Kebiasaan buruk 8) Kekurangan enamel untuk dilakukan perlekatan (Welbury et al,2005) 3. Anterior Veneer a. Definisi Restorasi veneer resin komposit secara indirek adalah pemilihan perawatan dengan situasi tersebut :- 1) Abrasi : Beragam resin komposit digunakan berbagai struktur gigi yang asli dan bukan disebabkan iatrogenic terhadap gigi antagonis. 2) Darkly stained teeth : resin komposit indirek dapat menutupi warna gigi yang gelap tanpa bahan yang membuat warna tersebut memudar. 3) Konservasi struktur gigi : Preparasi gigi untuk melapisi veneer resin komposit akan menjadi lebih konservatif dari pada restorasi dengan porselen karena resin komposit tidak memerlukan ketebalan 0.5 mm seperti porselen walaupun ketebalan sangat tipis tetapi berfungsi dengan baik. 4) Pembuatan alternatif : Melapisi veneer resin komposit indirek dapat dibuat di klinik maupun laboratorium dibuat menggukan

10 resin composit microfilled, partikel ukuran kecil atau komposit hybrid serta dapat disinari dengan light-cure. Partikel kaca yang kecil dalam resin komposit hybrid dapat dilapisi dengan hidrofluorik terlebih dahulu untuk menyediakan pertahanan menarik yang sama dengan bahan porcelen (Aschheim et al, 2001). 4. Resin Komposit a. Definisi Secara umum restorasi komposite disarankan untuk kelas III-V dan untuk kelas I digunakan apabila tidak ada masalah pada occlusal stress. Kekuatan komposit lebih kurang dibandingkan amalgam tetapi komposite didesain untuk restorasi kelas II posterior dan di aplikasikan jumlah lima puluh persen untuk restorasi kelas ini. Komposit diklasifikasi berdasarkan tujuan penggunaan sebagai packable, flowable, microfilled and nanofilled. Komposit juga digunakan untuk restorasi sementara dan core build up dan fiber-reinforced pots (Craig et al, 2004). b. Komposisi Komposit mengandung tiga bagian yaitu resin matriks, bahan pengisi / filler, bahan pengikat / coupling agent untuk menghasilkan perlekatan yang baik antara matrik dan bahan pengisi. 1) Resin matriks Resin yang paling umum adalah berdasarkan dimethacrylate (Bis-GMA) atau urethanedimethacrylate (UDMA) aligomers,

11 Monomer yang jumlah paling banyak adalah sebuah kelompok organik sebagai finil, methyl, karboksil, hidroksil dan amida (Craig et al, 2004). Bis-GMA dan UDMA aligomers adalah cairan kental dengan berat molekul rendah, hal tersebut bertujuan untuk mengontrol konsistensi pasta komposit, Aligomers dan monomer molekul rendah merupakan karakteristik rantai karbon yang merubah partikel menjadi polimer (Craig et al,2004). 2) Bahan pengisi / Filler Partikel pengisi dihasilkan dari penggilingan dan pengolahan kaca atau quartz karena untuk menghasikan partikel yang berkisar 0.1-100 mikron (Anusavice, 2004).Quartz, lithium, aluminium silika dan barium, strontium, seng atau kaca menjadi bahan pengisi yang baik (Craig et al,2004). Untuk memasukkan bahan pengisi di dalam suatu matrik secara tepat akan meningkatkan sifat bahan matrik apabila bahan pengisi berikatan dengan bahan matrik (Anusavice, 2004). 3) Bahan pengikat / coupling agants Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan untuk menyediakan perlekatan yang baik antara bahan pengisi inorganik dan resin matrik, (Craig et al, 2004), hal ini membuat matrik polimer lebih fleksibel dan meneruskan tekanan ke bahan pengisi lebih keras. Dengan menggunakan bahan pengikat yang sesuai

12 dapat meningkatkan sifat mekanik dan fisik serta memberikan kekuatan hidrolitik yang stabil (Anusavice, 2004). 4) Insisiator-Akselerator Prinsip yang digunakan untuk keberhasilan polimerisasi / setting adalah visible light-curing system, di sistem ini komposit berpolimerisasi dengan cara eksposur intensitas blue light, cahya tersebut diabsorbsi oleh diketon yang mana organic amina memulai reaksi polimerisasi sistem. Waktu yang perlu untuk polimerisasi yaitu 20-40 detik karena waktu tersebut dibutuhkan untuk membantu kerja blue light (Craig et al,2004). 5. Komposit Nanohybrid Resin composite Dentsply Duo Ceramic merupakan jenis resin komposit nanohybrid yang mengandung bis-gma, UDMA, TEGDMA dan bis-ema (Kobussen et al, 2009), Nano hibrid resin komposit merupakan salah satu jenis hibrid resin komposit yang mengandung partikel filler yang berkuran nano (0.005-0.01 mikron) pada matriks resinnya. Nano hibrid resin komposit dapat dikategorikan sebagai resin komposit universal pertama dimana kemampuan penanganan dan kemampuan polish didapat dari mikrofill komposit, serta kekuatan dan ketahanan pemakaian dari komposit makro hibrid, sehingga nano hibrid resin komposit dapat digunakan sebagai restorasi pada gigi anterior dan sekaligus dapat dipakai sebagai restorasi pada gigi posterior (Panto, 2011).

13 6. Self Adhesif Semen a. Definisi Semen berbasis resin adalah kelompok semen yang tidak larut di dalam cairan mulut dan diindikasikan untuk ikatan langsung dengan dentin. b. Komposisi Semen berbasis resin mengandung organofosfonat, hidroksietil metakrilat (HEMA) dan 4-metakriletil trimellitik anhidrat (4-META). Sebagian besar semen berbasis resin mirip dengan bahan tambalan resin komposit karena sebagian besar permukaan gigi yang dipreparasi adalah dentin dan monomer tersebut mengandung gugus yang berfungsi untuk menciptakan ikatan dengan dentin (Anusavice et al, 2004). c. Polimerisasi Polimerisasi dapat diperoleh dengan cara aktivitas sinar dan sistem konvensional menggunakan penambahan peroksida-amin dan beberapa sistem menggunakan kedua cara aktivitas sinar maupun sistem konvensional disebut sistem pengerasan ganda (Anusavice et al, 2004). d. Sifat biologi semen berbasis resin bisa menjadi iritasi terhadap pulpa gigi, jadi diperlukan pelapis pulpa gigi dengan bahan melapisi seperti kalsium hidroksida maupun pelapik ionomer kaca, jika sesuatu restorasi tidak langsung dengan pulpa dan area perlekatan terjadi pada

14 email atau melibatkan bagian dentin yang tersisa masih cukup tebal sifat iritasi tidak akan menonjol (Anusavice et al, 2004). e. Menipulasi jenis semen mengandung dua sistem komponen yaitu bubuk dan cairan atau dua pasta, dua komponen adalah inisiator peroksida dan aktivator amina digunakan dengan cara pengadukan di atas kertas khusus selama 20-30 detik (Anusavice et al, 2004). f. Sifat kimia dentine dapat diperoleh dengan membentuk ikatan kimia antara sistem resin dengan baik komponen organik maupun anorganik dari dentin. Komponen target yang paling umum adalah collagen atau ion kalsium dalam hidroksiaptit. Molekul yang dirancang untuk tujuan ini disebut sebagai molekul M-R-X, dimana M adalah gugus Metakrilate, E adalah pembuat celah seperti rantai hidrokarbon, dan X adalah gugus fungsional yang berfungsi untuk membentuk perlekatan terhadap jaringan gigi. Gugus X tipikal dipercaya membentuk ikatan terhadap kalsium selama pelapisan dentin dengan bahan primer, jadi lama polimerisasi, gugus metakrilat dri molekul M-R-X akan beraksi dengan bahan komposit dan membentuk ikatan kimia antara komposit dan dentin (Anusavice et al,2004). 7. Self Adhesif Semen Self adhesif semen Relyx TM U 200 adalah self adhesif semen yang terdiri dari acidic dan hidrofilik di saat aplikasikan kemudian berubah menjadi netral dan hidrofobik setelah setting. Hal tersebut dapat lebih baik untuk menahan air dan selalu stabil (3M ESPE).

15 a. Komposisi Adhesive resin monomer merupakan komposisi yang paling penting dalam proses ikatan karena bahan tersebut mengandung functional gruop seperti MDP:10-methacryloyloxydecyl dihydrogen phosphate, phosphoric acid deriative atau 4-META, bahan tersebut merupakan komponen yang membuat ikatan kimiawi antara struktur gigi dan bahan restorasi. (Sirimongkolwatthana dan Assadornmingmit, 2012) b. Sifat kimia dentin dapat diperoleh dengan membentuk ikatan kimia antara sistem resin dengan baik komponen organik maupun anorganik dari dentin. Komponen target yang paling umum adalah collagen atau ion kalsium dalam hidroksiaptit. Molekul yang dirancang untuk tujuan ini disebut sebagai molekul M-R-X, dimana M adalah gugus Metakrilate, E adalah pembuat celah seperti rantai hidrokarbon, dan X adalah gugus fungsional yang berfungsi untuk membentuk perlekatan terhadap jaringan gigi. Gugus X tipikal dipercaya membentuk ikatan terhadap kalsium selama pelapisan dentin dengan bahan primer, jadi lama polimerisasi, gugus metakrilat dri molekul M-R-X akan beraksi dengan bahan komposit dan membentuk ikatan kimia antara komposit dan dentin (Anusavice et al,2004). c. Mikromekanikal retensi Ikatan mikromekanikal terjadi dalam keadaan asam oleh monomer phosphoric, karena monomer ini dapat membentuk mikropit

16 pada permukaan gigi menjadi kasar sehingga resin semen bisa berikatan dengan permukaan gigi terjadi ikatan mikromekanikal antara resin semen dan permukaan gigi (Sirimongkolwatthana dan Assadornmingmit, 2012) 8. Semen Ionomer Kaca a. Definisi Semen ionomer kaca adalah sekelompok bahan yang menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat yang mengandung gugus karboksil (Anusavice et al, 2004) b. Komposisi Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut dalam asam kemudian memanaskan sampai 1100-1500 derajat Celsius. Lathanum, strontium, barium maupun oksida seng ditambahkan tuntuk menambah sifat radiopak setelah itu kaca dingeris sampai dapat ukuran 20-50 mikron, untuk cairan dalam semen ionomer kaca adalah larutan asam poliakrilat dengan konsentrasi 50% dan untuk semen ionomer kaca yang baru berada dalam bentuk kopolimer dengan asam itakonik, maleik atau trikarboksilik karena dibentuk dalam kopolimer dapat mengurangi ikatan hidrogen di antara molekul-molekul asam sehingga mengurangi bentuk gel (Anusavice et al, 2004). c. Proses kimia dan Pengerasan Ketika bubuk dan cairan sudah dicampurkan permukaan partikel akan menjadi asam, ion-ion kalsium maupun aluminium dilepaskan ke

17 dalam media yang sifat air dan asam poliakrilat terdapat ikatan silang dengan ion-ion tersebut menbentuk padat kemudian selama 24 jam terbentuk fase baru di ion aluminium terikat hal tersebut membuat semen menjadi lebih kaku. Bagian yang tidak beraksi dari partikel kaca akan diselubungi oleh gel silika yang bentuk selama pelepasan kation dari permukaan (Anusavice et al, 2004). 9. Semen Ionomor Kaca Tipe I Semen ionomor kaca Fuji luting and lining cement Type I, GC, Japan tersedia dalam jenis konvensional berupa bubuk dan cairan poliasam serta jenis penambah air untuk pengerasan. Membentuk lapisan setebal 25 mikron atau lebih tipis dan perlu waktu untuk pengerasan yang berbeda tergantung merk, untuk berbagai merk biasanya antara 5-9 menit serta semen yang menggunakan air pengerasan lebih cepat dari pada semen yang menggunakan poliasam. Kekuatan garis tengah dan kekuatan kompresi dari semen ionomor kaca Tipe I lebih tinggi dibandingkan dengan semen seng fosfat tetapi sifat elastic hanya separuh dari semen seng fosfat. Untuk menghindari dari kontaminasi air selama 24 jam setelah semen sempurna maka akan menjadi semen non resin yang paling tahan terhadap kelarutan (Anusavice et al, 2004). Ada dua sifat utama semen ionomer kaca yang menjadikan bahan ini diterima sebagai salah satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada enamel dan dentin dan karena kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu karakteristik dari semen ionomer kaca adalah kemampuannya untuk berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme

18 pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena adanya peristiwa difusi dan absorbsi yang dimulai ketika bahan berkontak dengan jaringan gigi. Beberapa penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik semen ionomer kaca dalam melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss membuktikan bahwa ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas tetapi juga aluminium, sodium, kalsium dan strontium (Batubara, 2011) 10. Kekuatan Geser Kekuatan adalah tekanan yang menyebabkan fraktur atau sejumlah perubahan bentuk tertentu (Anusavice, 2004). Kekuatan geser (shear bond strength) adalah kekuatan maksimum suatu objek terhadap kekuatan yang menyebabkan gerakan geser yang berlawanan tetapi paralel dan putar balik pada permukaan yang berlekatan sebelum atau selama berikatan bonding (Babbush et al, 2008).Uji kekuatan ikatan merupakan uji yang sering digunakan untuk menganalisis maupun mengevaluasi bahan-bahan kedokteran gigi, dan salah satu adalah uji kekuatan ikatan geser. Uji kekuatan geser adalah lazim dilakukan untuk mengukur kekuatan bonding sebagai bahan perekat antara enamel dan resin komposit (Powers dan Sakaguchi, 2007). Rumus kekuatan geser: (τ) = F/πdh τ : Kekuatan Geser (MPa) F : hasil mesin uji geser (N) π : 3,14

19 d : diameter pukulan (mm) h : ketebalan spesimen (mm) B. Landasan Teori Estetika gigi diperhatikan oleh masyarakat terutama warna gigi, sebagian orang menginginkan warna gigi yang putih ketika tersenyum dan dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perhatian masyarakat akan perbaikan warna gigi menjadi lebih tinggi dari sebelumnya dan melihat dari produk kesehatan gigi yang digunakan terdapat komponen kimia yang memutihkan gigi. Karena hal tersebut veneer adalah salah satu perawatan yang sesuai dengan masalah estetika. Veneer adalah material lapisan sewarna gigi yang diaplikasikan untuk gigi yang berubah warna dengan cara restorasi lokal maupun restorasi general, macam-macam veneer dibagi menjadi dua yaitu partial veneer dan full veneer. Bahan untuk pembuatan veneer biasanya digunakan porselen maupun resin komposit tetapi karena biaya porselen yang lebih mahal maka veneer resin komposit menjadi pilihan. Pada veneer resin komposit dibagi menjadi dua teknik adalah secara direk dan indirek tetapi dua teknik tersebut membutuhkan bahan perekat sebagai bahan yang menempelkan resin komposit dengan bagian gigi. Para dokter gigi memilih self adhesif semen dan semen adhesif konvensional menjadi bahan perekat. Self adhesif semen adalah kelompok semen yang tidak larut di dalam cairan mulut dan diindikasikan untuk ikatan langsung dengan dentin dan memiliki sifat iritasi terhadap pulpa gigi, jadi diperlukan pelapis pulpa gigi dengan bahan melapisi seperti kalsium hidroksida maupun pelapik ionomer kaca, jika sesuatu restorasi tidak langsung

20 dengan pulpa dan area perlekatan terjadi pada email atau melibatkan bagian dentin yang tersisa masih cukup tebal sifat iritasi tidak akan menonjol. Untuk semen adhesif konvensional disini adalah semen ionomer kaca luting Tipe I yaitu semen yang tersedia dalam jenis konvensional berupa bubuk dan cairan poliasam serta jenis penambah air untuk pengerasan. Membentuk lapisan setebal 25 mikron atau lebih tipis dan perlu waktu untuk pengerasan yang berdeda tergantung merk, untuk berbagai merk biasanya antara 5-9 menit serta semen yang menggunakan air pengerasan lebih cepat dari pada semen yang menggunakan poliasam. Kekuatan garis tengah dan kekuatan kompresi dari semen ionomor kaca Tipe I lebih tinggi dibanding dengan semen seng fosfat tetapi sifat elastik hanya separuh dari semen seng fosfat. Untuk mengetahui kualitas dua bahan tersebut dilakukan uji mekanis yaitu uji kekuatan geser self adhesif semen dan semen adhesif konvensional terhadap restorasi veneer indirek resin komposit nanohibrid.

21 C. Kerangka Konsep Masalah estetika Restorasi veneer resin komposit indirek Material restorasi Resin komposit nanohybrid Dentsply Duo Ceramic Sistem adhesif Self sdhesif semen Relyx TM U200 Dengan ikatan mikromekanikal dan kimiawi pada instruktur gigi Semen Ionomer Kaca Tipe 1 GC Fuji Dengan ikatan kimiawi pada instruktur gigi Kekuatan geser Gambar 1. Kerangka konsep