PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DENGAN DAN TANPA DISKUSI KELOMPOK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI APLIKASI TURUNAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA METODE SNOWBALL DRILLING DAN METODE DISKUSI

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI PEMBELAJARAN EKOSISTEM SISWA KELAS VII SMPN 35 BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penilitian ini adalah Eksperimental-semu

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan Bangunan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Perlakuan dalam

PENGARUH PENGUNAAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN 1 MIDANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Januari s/d 24 Januari 2014 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen untuk menerapkan suatu model

PENGARUH MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SD

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tilamuta, data hasil penelitian ini disajikan dalam dua kelompok, yaitu:

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen dengan hanya mengambil satu

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN E-LEARNING PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMA AL-ISTIQAMAH SIMPANG EMPAT ABSTRACT

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Bandarlampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Berbasis Aktivitas Menggunakan Kartu Pertanyaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Palu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Ketapang. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Ketapang yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complex Instruction Terhadap Hasil Belajar IPS

BAB III METODOLOGI PENEITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment), di mana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, merupakan pendekatan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

BAB IV. A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data

Journal of Mechanical Engineering Learning

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN mulai dari tanggal 18 Mei sampai tanggal 8 Juni 2013 di SMP. Muhammadiyah Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA sebanyak 5 kelas

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS MACROMEDIA FLASH 8 TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Jalan Jhon Ario Katili Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara. Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE SYNERGETIC

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2010). Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian atau objek oleh. peneliti adalah siswa SMP Negeri 35 Pekanbaru.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VIIIA - VIIIG. Pengambilan sampel dengan

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 5 Bandar

EFEKTIVITAS MODEL PENGAJARAN PENCAPAIAN KONSEP PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR TERHADAP AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini digolongkan kedalama penelitian True Experimental Design,

Pengaruh Pemberian Tugas Terstruktur dengan Umpan Balik Individual Terhadap Hasil Belajar Siswa

METODE PENELITIAN. penyajian pelajaran dimana, siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan. efektif dan efisien jika diterapkan di suatu tempat.

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.

Transkripsi:

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DENGAN DAN TANPA DISKUSI KELOMPOK Sukamdi 1, Hidayat 2 Pendidikan Matematika, SMP Negeri 1 Meranti Email: sukamdi@yahoo.co.id Abstract This study aims to determine differences in student learning outcomes in the learning of addition operations and reduction of fractions that apply guided discovery methods through group discussion with guided discovery methods without group discussion. The type of this research is experimental research with the design used is Randomized Control Group Pre Test - Post Test Design. The location of this research in SMA Negeri 1 Meranti. The sample used in this research consists of 2 classes, experimental class (VII - 4) that is the class which is treated by guided discovery through group discussion, control class (VII - 5) that is class which apply method of discovery guided without group discussion. By using t-statistic test at significant level (α = 0,05) in proving hypothesis obtained t Count = 4,675 and t Table = 2,046. This indicates that the t calculation price is within the rejection area of H o and accepts H a which states that there is a difference in student learning outcomes between the teaching that apply guided discovery method through group discussion with guided discovery method without group discussion on the addition operation and the reduction of the fraction in class VII SMP Negeri 1 Meranti. Keywords: guided discovery, learning outcomes, fractional numbers Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan yang menerapkan metode penemuan dengan metode penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan disain yang digunakan adalah Randomized Control Group Pre Tes Pos Tes Design. Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 1Meranti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas, kelas eksperimen ( VII 4 ) yaitu kelas yang diberi perlakuan penemuan, kelas kontrol ( VII 5 ) yaitu kelas yang menerapkan diskusi kelompok. Dengan menggunakan uji statistik t pada taraf signifikan ( α = 0,05 ) dalam pembuktian hipotesis diperoleh t Hitung = 4,675 dan t Tabel = 2,046. Ini menunjukkan bahwa harga t perhitungan berada dalam daerah penolakan H o dan menerima H a yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa antara pengajaran yang menerapkan metode penemuan tanpa diskusi kelompok pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan di kelas VII SMP Negeri 1 Meranti. Kata kunci :penemuan terbimbing, hasil belajar, bilangan pecahan 75

Peningkatan ilmu dan relevansi pendidikan merupakan salah satu program pembangunan nasional dan sangat erat kaitannya dengan pengembangan Sumber Daya Manusia ( SDM ). Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manussia ( SDM ) yang berkualitas dan satu satunya wadah yang dapat dipandang dan sesogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Untuk mencapai pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan. Maka upaya meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Seperti dikemukakan oleh Budi Raharjo ( 2003 : 3 ) Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional khususnya pendidikan dasar dan menengah pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, antara lain dari berbagai pelatihan guru, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah.namun berbagai indikator menunjukan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Salah satu indikator rendahnya mutu pendidikan adalah hasil belajar siswa yang rendah.rendahnya hasil belajar siswa diantaranya disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan guru. Hasil belajar siswa yang rendah juga terjadi pada mata pelajaran matematika. Dalam pelajaran matematika di sekolah dasar materi pecahan dan operasinya sudah diajarkan akan tetapi berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Meranti. ( informasi: Sumar, S.Pd, 10 November 2015 ) mengatakan: Kemampuan siswa dalam menyelesaikan operasi bilangan pecahan masih mengalami kesulitan.. Hal ini disebabkan metode yang digunakan belum sesuai masih bersifat konvensional, sehingga siswa kurang aktif dalam proses belajar, hal ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang matematika, khususnya dalam materi operasi pecahan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor eksternal maupun internal.faktor faktor non sosial dapat dikatakan tidak terbilang banyak jumlahnya seperti kondisi sekolah dan sarana prasarana sekolah. Hal tersebut harus diatur sedemikian rupa, diusahakan agar dapat memenuhi syarat syarat menurut pertimbangan, psikologi dan paedagogis. Faktor faktor sosial ini adalah faktor hubungan antara guru dengan siswa dan hubungan antara siswa dengan siswa. Ketidakharmonisan mereka sangat mempengaruhi siswa dalam belajar. Hal ini perlu diatur agar dapat berlangsung sebaik baiknya. Faktor faktor psikologis, pada faktor ini harus ditinjau, sebab terjadi yang melatar belakangi aktivitas belajar. Misalnya : Intelegensi, pada umumnya dapat diartikan sebagai psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan 76

lingkungannya secara tepat. Setiap siswa mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda beda oleh karena itu harus di asa agar dapat mencapai tingkat yang diinginkan. Sikap adalah gejala atau yang berdimensi efektif berapa kecendrungan untuk mereaksi respon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.oleh karena siswa harus bisa menjaga sikapnya dengan baik. Minat dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar dalam studi hasil belajar tertentu. Karena apabila siswa tidak minat dengan suatu pelajaran tertentu maka hasilnya akan kurang maksimal. Motivasi, motivasi mencapai hasil dan motivasi memeliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih terjaga dibandingkan dengan motivasi hadiah atau motivikasi keharusan dari orang tua dan guru. Di dalam ini orang tua dan guru harus memberi motivasi agar anak / siswa dapat termotivasi untuk belajar, guna untuk mencapai kesuksesan anak tersebut. Hal di atas sangat berpengaruh dalam belajar siswa. Apalagi pembelajaran difokuskan tingkat hapalan sehingga siswa banyak mengalami kesulitan. Kurangnya penguasaan konsep dengan benar mengakibatkan siwa tidak mengembangkan konsep yang dimiliki, sehingga siswa cendrung menghapal langkah langkah penyelesaian yang diberikan secara konvensional. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Meranti jln. Karya No : 95 Meranti. Sekolah ini dijadikan lokasi penelitian karena peneliti mengadakan pra penelitian untuk menanyakan masalah masalah yang di hadapi siswa dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Meranti tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 6 kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara acak sebanyak 2 kelas dari ( kelas VII-4 dan kelas VII-5 ) dari 6 kelas ( Kelas VII-1 s/d VII-6 ). Kemudian dari 2 kelas yang terpilih secara acak dipilih kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 32 siswa ( 12 Laki laki dan 20 Perempuan ) dan kelas VII-5 sebagai kelas kontrol yang terdiri atas 32 siswa ( 15 Laki laki dan 17 Perempuan ). Pengambilan sampel secara acak dilakukan karena setiap kelas memiliki karakteristik yang sama yang ditinjau dari hasil tujuan penerimaan siswa baru. Dalam penelitian eksperimen terdapat beberapa variabel. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi pecahan, aljabar dan perbandingan, sebagai variabel terikat. Sedangkan sebagai variabel bebas adalah pembelajaran dengan menerapkan metode penemuan dan penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok. Penelitian ini dikatagorikan kedalam penelitian eksperimen yaitu membandingkan satu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan yaitu 77

pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok dengan satu kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran tanpa diskusi kelompok. Dalam hal ini eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen tentang perbedaan hasil belajar siswa yang menerapkan metode penemuen terbimbing melalui diskusi kelompok dengan metode metode penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok di SMP Negeri 1 Meranti. Disain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Pre Tes Pos Tes Desaign seperti digambarkan dibawah ini. Kelompok Pretes Treatmen t Postes A T1.E X1 T2.k B T1.k X2 T2.k Keterangan : Kelas A = Kelas Esperimen Kelas B = Kelas Kontrol T1 = Pemberian Pretes X1 = Perlakuan yang diberikan. pada kelas eksperimen yaitu Pembelajaran metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok. X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol yaitu pembelajaran metode penemuan terbimbimg tanpa diskusi kelompok. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini kelas yang diambil secara acak dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol. Hasil Pretes dan Postes diperiksa sebagai data hasil belajar siswa. Data yang terkumpul berupa data sekor yang diperoleh dari hasil tes yaitu Pretes dan Postes yang berjumlah 10 butir soal. Soal yng diberikan berbentuk essay dengan soal, kunci jawaban, pedoman pensekoran, hasil Pretes dan Postes dan selisih Pretes dan Postes terlampir. Sebelum tes diujikan pada kelas penelitian, terlebih dahulu tes dianalisis apakah tes layak untuk diujikan. Untuk mengetahui apakah tes layak uji dilihat validitas dan reabilitas dari tes itu. Untuk itu tes diuji cobakan di luar sampel dan diperoleh karakteristik soal. Dengan menggunakan rumus Product Moment diperoleh validitas setiap butir soal dari tes dengan merujuk pada nilai r untuk setiap butir soal maka sepuluh butir soal dinyatakan valid. Dengan menggunakan rumus Alpha untuk menentukan reabiltas tes, maka diperoleh reabilitas yaitu r11 = 0,945 perhitungan selanjutnya ada pada lampiran 19 ) dengan rtab = 0,308. Ternyata r11> rtab, sesuai karakteristik pengujian realibilitas maka tes dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil analisis tes diperoleh data hasil belajar, yang dapat disajikan pada tabel dibawah ini : Pembelajaran Peningkatan Varians Penemuan Terbimbing Diskusi 49,625 48,548 Kelompok Tanpa Diskusi Kelompok 42,575 40,045 Dari tabel di atas, beda tingkat hasil belajar siswa pada operasi antara metode penemuan terbimbing 78

melalui diskusi kelompok dengan diskusi kelompok adalah 49,625 42,575 = 7,05 atau tidak sama dengan nol, karena beda tingkat hasil belajar siswa dalam menyelesaikan operasi antara metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok dengan diskusi kelompok sebesar 7,05, ini berarti ada perbedaan antara hasil belajar siswa dengan metode penemuan terbimbing dengan dan tanpa diskusi kelompok. 1. Uji Normalitas Data Dari hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh χ 2 hit = 8,2013 dan pada kelas kontrol diperoleh χ 2 hit = 7,4708 ( perhitungan selengkapnya pada lampiran 23 ). Berdasarkan tabel distribusi Chi-kuadrat untuk dk = k -1 = 6 dan α = 0,05 diperoleh χ 2 tabel = 12,6. Ternyata pada kedua kelas sampel χ 2 tabel> χ 2 hit. Menurut kriteria pengujian normalitas data pada Bab III disimpulkan bahwa terima H0 yang menyatakan data peningkatan hasil belajar pada operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok maupun metode penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok adalah berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Varians Kedua Kelas Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu diuji homogenitas varians dan peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal operasi dari kedua kelas sampel karena berkaitan dengan rumus t yang akan digunakan. Dari hasil perhitungan pada lampiran 24, diperoleh Fhit = 1,212. Berdasarkan tabel F untuk dk pembilang = 39 dk penyebut = 39 serta α = 0,05 diperoleh F( 0,05 ; 39 ; 39 ) = Ftab = 1,705. Ternyata Fhit< Ftab. Berdasarkan kriteria pengujian homogenitas varians kedua kelas sampel pada Bab III disimpulkan bahwa kedua data tingkat perubahan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal operasi memiliki varians yang homogen. Dari hasil uji persyaratan di atas diketahui data tingkat hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal opererasi penjumlahan dan pengurangan pecahan kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, sehingga untuk menguji apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara pengajaran yang menerapkan metode penemuan tanpa diskusi kelompok dlam menyelesaikan soal operasi penjumlahan dan pengurangan pechan digunakan statistik t. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 25 diperoleh thit = 4,675 dan setelah dikonsultasikan terhadap tabel distribusi tuntuk α = 0,05 dan dk = 78 diperoleh ttab =2,046. Ternyata 4,675 tidak terletak antara -2,046 dan 2,046. Maka kriteria pengujian hipotesis adalah menolak Ho dan menerima Ha yang menyatakan adanya perbedaan hasil belajar siswa antara pengajaran yang menerapkan metode penemuan tanpa diskusi kelompok pada operasi di kelas VII SMP Negeri 1 Meranti. 79

Berdasarkan perhitungan ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen pada lampiran 26 dan ketuntasan belajar kelas kontrol pada Pembelajaran Kelas Penemuan Terbimbing Diskusi Kelompok Eksperimen Tanpa Diskusi Kelompok Kontrol Dari tabel dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal operasi melalui diskusi kelompok secara individual mencapai 34 orang siswa dinyatakan tuntas belajar atau tingkat keberhasilan secara klasikal 85%. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar secaa klasikal dapat disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa. Pada diskusi kelompok, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 27 orang siswa atau tingkat keberhasilan secara klasikal 67,5 % hal ini dapat disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa. Selisih postes dan pretes pada kelas eksperimen adalah 49,625. Hal ini menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok rata rata 49,625. Pada kelas kontrol selisih pretes dan postes adalah 42,575. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar pada operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan metode penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok dalam pelajaran rata rata lampiran 27 dan merujuk pada kriteria ketuntasan diperoleh data sebagai berikut: Tuntas Persentase Ketuntasan Individual Ketuntasan Klasikal 34 Orang 85 % Tuntas 27 Orang 67,5 % Tidak Tuntas 42,575. Selisih rata rata hasil belajar siswa dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah 7,05, ini berarti ada perbedaan hasil belajar siswa antara pengajaran yang menerapkan metode penemuan dengan penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok. Karena tingkat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol dan dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa antara pengajaran yang menerapkan metode penemuan tanpa diskusi kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui diskusi kelompok lebih cepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Pada pembelajaran yang menerapkan metode penemuan siswa yang mencapai tuntas belajar 85% berdasarkan ketuntasan belajar siswa, metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok ini tuntas secara klasikal. Sedangkan metode penemuan terbimbing tanpa diskusi kelompok siswa yang mencapai tuntas 80

belajar 67,5%, hal ini berarti tidak tuntas secara klasikal. Hal ini menunjukkan pembelajaran penemuan terbimbing melelui diskusi kelompok lebih baik untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa. SIMPULAN 1. Ada perbedaan hasil belajar siswa antara pengajaran yang menerapkan metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok dengan diskusi kelompok. 2. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan sedangkan diskusi kelompok tidak mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Saran 1. Guru sebaiknya memilih metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok ketika melakukan pembelajaran pada materi pecahan. 2. Pembelajaran dengan penerapan metode penemuan terbimbing DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsini. 2005. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Azhar. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya : Usaha Nasional melalui diskusi kelompok sangat baik dilakukan pada siswa yang aktif. Untuk siswa yang kurang aktifpenemuan terbimbing melalui diskusi kelompok dapat dilakukan jika guru dapat mengelompokkan siswa secara benar dan guru memiliki kemampuan dalam memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam berdiskusi. 3. Pada pembelajaran dengan penerapan metode penemuan terbimbing melalui diskusi kelompok guru merupakan fasilisator yang mampu mengarahkan pembelajaran benar benar bermakna, agar ini dapat tercapai hendaknya guru menguasai metode penemuan terbimbing itu sendiri, menguasai materi, menguasai bahan, memahami psikologi siswa dan mampu menguasai cara pengelompokkan diskusi kelompok. 4. Bagi peneliti yang akan melakukan tentang metode penemuan terbimbing hendaknya dikembangkan melalui teknik yang lain misalnya : melalui latihan (drill), penugasan peroyek atau dengan melalui tutor sebaya. Ruseffendi E.T. 1980. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembengkan Kompetensinya Pengajaran Dalam Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito 81

Sudjana, Nana. 2006. Peneilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya. Sukmawati, 2012. Evaluasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Matematika 82

83