BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

PEMBAHASAN Sistem Petikan

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) dan iklimnya, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

UJI PERFORMANSI MESIN PETIK THE KAWASAKI TIPE NV60H PADA LAHAN MIRING SKRIPSI SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN. Institut Pertanian Bogor OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105 o bujur timur. Perkebunan teh paling banyak ditemui adalah di India, China dan Srilanka. Tahun 1999, produksi teh dunia didapat dari beberapa negara diantaranya India (30 %), China (23,5 %), Srilanka (9,5 %), Kenya (7,5 %), Indonesia (5 %) dan Turki (4 %). Di Indonesia tanaman teh tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 400 meter - 1200 meter di atas permukaan laut. Teh mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang berkewarganegaraan Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia, yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Pada tahun 1978 pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari China untuk dibudidayakan di pulau Jawa. Setelah saat itu, Belanda menerapkan politik tanam paksa (Culture Stelsel) kepada rakyat Indonesia, setelah Indonesia merdeka perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah Indonesia hingga saat ini. Dari aspek lingkungan, usaha budidaya dan pengolahan teh termasuk jenis usaha yang mendukung konservasi tanah dan air. (DTI, 2016) Peran komoditas teh dalam perekonomian di Indonesia cukup strategis. Industri teh tahun 2009 diperkirakan menyerap sekitar 3 juta pekerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa. Selain itu, secara nasional industri teh 1

menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 1,2 triliun (0,3 % dari total PDB nonmigas) dan menyumbang devisa bersih USD 110 juta per tahun. Pada tahun 2014 total produksi teh Indonesia mencapai 143.751 ton atau 5,7 % dari total produksi teh dunia dengan produktivitas teh sebesar 1.464 Kg/Ha. Indonesia juga mengekpor teh ke beberapa negara mencapai 66.399 ton atau senilai USD 134.584 ribu pada tahun 2015. Tujuan ekpor teh yaitu Malaysia, Rusia, Pakistan, Amerika, Jerman, China dan lainnya. Harga teh kering domestik tahun 2013 adalah Rp. 17.456,- per kg, sedangkan untuk harga produsen teh dunia USD 6.517 per ton. Konsumsi teh Indonesia pada tahun 2015 adalah 0,61 kg/kapita/tahun dengan jumlah penduduk 258.705 ribu jiwa (DTI, 2016). Menurut Sandeep, Gopinath dan Manas (2010) permasalahan yang dihadapi perkebunan teh di seluruh dunia adalah kekurangan tenaga kerja pemetik dan meningkatnya upah kerja. Dari beberapa penelitian dapat diketahui kebutuhan tenaga kerja pemetik di beberapa perkebunan teh di pulau Jawa. PTPN IX Perkebunan Kaligua, Brebes Jawa Tengah hanya memiliki tenaga kerja pemetik 6 orang per 10 hektar kebun teh (Sajida 2013). PT. Pagilaran, Batang, Jawa tengah memiliki 5 orang per 10 hektar kebun teh (Saraswati, 2008). Sedangkan PT. Sumber Abadi Tirtasentosa Perkebunan Rumpun Sari Kemuning memiliki 7 orang per 10 hektar kebun teh (Kusuma, 2008), PT. Tambi Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah hanya memiliki 6 orang per 10 hektar kebun teh (Marganingrum, 2010), dan PT. Sinar Inesco Perkebunan Sambawa hanya memiliki 6 orang per 10 hektar kebun teh (Kurniawan, 2014). 2

Berdasarkan data di atas perkebunan teh belum mampu mencapai standar kebutuhan tenaga kerja yang ditentukan, oleh karena itu salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah meningkatkan produktivitas tenaga kerja pemetik. Hal tersebut membuat manajemen berfikir untuk alternatif pemetikan teh yaitu pemetikan mekanis. Kebutuhan tenaga kerja di perkebunan teh rata-rata 13 orang per 10 hektar kebun teh dan 70% adalah tenaga kerja pemetik (Herawati dan Nurawan 2009). Areal perkebunan dengan luas 31,14 ha yang memiliki produktivitas 1552,13 kg/ha, membutuhkan 37 orang dengan manual (etem) dan 23 orang menggunakan gunting petik, sedangkan menggunakan mesin petik teh hanya membutuhkan 6 orang/ha (Kurniawan, 2015). Kelangkaan tenaga kerja pemetik pada saat panen dikarenakan banyak orang yang tidak berminat menjadi pemetik teh karena upah yang rendah masih menjadi suatu kendala di tingkat perkebunan teh rakyat ataupun swasta. Dampak dari kelangkaan tenaga kerja pemetik menyebabkan produktivitas kebun tidak maksimal, sehingga target produksi tidak tercapai. Target produksi yang tidak tercapai mengakibatkan perkebunan teh mengalami kerugian, baik material atau non material. Kekurangan tenaga kerja pemetik memiliki dampak terhadap fisiologis tanaman, pucuk teh yang sudah memenuhi syarat untuk di petik tidak dapat dipetik tepat waktu. Hal ini menyebabkan tinggi tanaman perdu menjadi tinggi, sehingga menyulitkan pada saat proses pemetikan. Proses pemetikan yang sulit menyebabkan kualitas hasil petikan menjadi berkurang, pucuk dengan kualitas jelek menyebabkan harga pucuk teh menjadi rendah. PT. Sinar Inesco Perkebunan Sambawa menetapkan upah kerja pemetik berdasarkan 3

kualitas petikan. Petikan halus dihargai Rp 600 per kg, petikan medium Rp 400 per kg dan petikan kasar Rp. 200 per kg, sedangkan upah untuk operator mesin petik tenaga bensin adalah Rp. 200 per kg. Pemetikan mekanis di bagi menjadi dua bagian, pemetikan dengan alat (etem dan gunting petik) dan pemetikan dengan mesin. Pemetikan menggunakan etem memiliki banyak kekurangan, pertama memiliki kapasitas yang rendah yaitu hanya 41,51 kg/ha dan pucuk memenuhi syarat sebesar 49,11%. Pemetikan menggunakan gunting petik memiliki kapasitas kerja pemetik sebesar 66,82 kg/ha dengan pucuk memenuhi syarat 48,84 %. Jika dilihat dari segi kapasitas jauh lebih kecil dibandingkan dengan mesin petik tenaga bensin yang mencapai 224 kg/ha (untuk 1 orang operator). Mesin petik tenaga bensin memiliki permasalahan yaitu berat alat 15 kg, bahkan memiliki berat maksimal 70 kg ketika terisi penuh, sehingga membutuhkan 3 orang operator pria. Tenaga pemetik yang ada di perkebunan teh adalah tenaga kerja perempuan, maka jika mesin petik dioperasikan maka tenaga pemetik akan tergantikan oleh tenaga kerja pria. Selain itu, mesin petik sulit dioperasikan di perkebunan teh di Indonesia yang memiliki kemiringan lahan berbukit dan bergelombang, yang memiliki kemiringan mencapai 70%. Permasalah terjadi pada proses perancangan mesin petik teh sehingga menurunkan kapasitas kerja pemetik dan pucuk memenuhi syarat. Hal ini terjadi dari beberapa aspek yang mempengaruhi, seperti pada kontruksi mesin petik, proses pemetikan, bahan yang di petik dan hasil petikan. Sehingga perlu sebuah persamaan matematis untuk meningkatkan kinerja mesin petik. 4

1.2. Rumusan Masalah Pokok dari permasalahan yang dicari dalam penelitian ini adalah solusi kelangkaan tenaga kerja pemetik yang menyebabkan target produksi tidak tercapai. Permasalahan yang dihadapi dicari penyelesaiannya di dalam penelitian adalah : 1. Perlunya rancangan mesin petik dengan penerapan analisis dimensi sehingga kapasitas kerja pemetik dan pucuk memenuhi syarat meningkat serta pucuk memenuhi syarat menurun. 2. Bagaimana menentukan persamaan matematis hubungan antara kapasitas kerja pemetik, pucuk memenuhi syarat dan pucuk tidak memenuhi syarat terhaadap parameter kontruksi, proses dan hasil yang mempengaruhi? 3. Bagaimana mengaplikasikan mesin petik dengan pendekatan ergonomi kepada tenaga kerja perempuan? 4. Bagaimana menganalisis ekonomi mesin petik? 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Merancang mesin petik teh dengan penerapan analisis dimensi untuk meningkatkan kapasitas kerja pemetik dan pucuk memenuhi syarat serta menurunkan pucuk yang tidak memenuhi syarat. 2. Menentukan persamaan matematis hubungan kapasitas kerja pemetik, pucuk memenuhi syarat dan pucuk tidak memenuhi syarat terhadap parameter konstruksi, proses dan hasil yang mempengaruhi. 5

3. Mengaplikasikan mesin petik teh tipe reciprocating single cutter sumber daya baterai dengan pendekatan ergonomi kepada tenaga kerja perempuan. 4. Menganalisis secara ekonomi mesin petik teh tipe reciprocating single cutter sumber daya baterai. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat sebagai berikut: 1. Diperoleh rancang bangun mesin petik teh yang dapat meningkatkan kapasitas kerja pemetik dan pucuk memenuhi syarat serta menurunkan pucuk tidak memenuhi syarat. 2. Didapatkan persamaan matematis hubungan kapasitas kerja pemetik, pucuk memenuhi syarat dan pucuk memenuhi syarat terhadap parameter konstruksi, proses dan hasil yang mempengaruhi. 3. Diperoleh hasil kapasitas kerja pemetik, pucuk memenuhi syarat, pucuk memenuhi syarat, kebisingan, getaran, keluhan musculoskeletal, ketahanan dan biaya dari mesin petik teh. 1.5. Batasan Masalah Penelitian rancang bangun mesin petik teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) tiper reciprocating single cutter dengan sumber daya baterai hanya meneliti tentang : 1. Tenaga kerja pemetikan yang menggunakan mesin petik teh menggunakan tenaga kerja perempuan. 6

2. Hasil penelitian ini dihitung secara kapasitas kerja pemetik, pucuk memenuhi syarat dan pucuk tidak memenuhi syarat. 3. Persamaan matematis rancangbangun mesin petik teh menggunakan analisis dimensi. 1.6. Hipotesis 1. Rancangbangun mesin petik teh sumber daya baterai dapat meningkatkan kapasitas kerja pemetik sebesar 200 kg/ha. 2. Rancangbangun mesin petik teh sumber daya baterai meningkatkan pucuk memenuhi syarat menjadi 60% dan menurunkan pucuk tidak memenuhi syarat menjadi 40%. 3. Rancangbangun mesin petik teh sumber daya baterai dengan kebisingan kurang dari 85 db, getaran kurang dari 8 m/s 2 dan keluhan tenaga kerja pemetik di bawah 70% pada 6 jam kerja. 4. Rancangbangun mesin petik teh dapat mengurangi biaya pertahun 25% dari pemakaian mesin petik tenaga bensin. 7