IMPLEMENTATION OF PROVISION OF LEGAL ASSISTANCE FREE OF CHARGE TO DEFENDANT IN COURT KLAS IA PADANG Mila Artika 1, Syafridatati 1, Yetisma Saini 1 1 Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail : andha2805@yahoo.co.id ABSTRAK Law no. 16 of 2011 on Legal Aid is legal services provided by legal aid free of charge to the recipient of legal aid. Free legal aid is given to defendants who can not afford. The formulation of the problem is 1) How can the implementation of the provision of free legal aid to the accused in the Court of Class 1A Padang? 2) what are the constraints encountered by the Padang Legal Aid Institute in the implementation of free legal aid. This type of research is a socio-juridical. Sources of data are primary data and secondary data. The technique of collecting data by interviews and document research. Analysis of qualitative data. Conclusions of the research 1) the implementation of the provision of free legal assistance to the defendant in the District Court of Class IA Champaign that judges appoint legal counsel for the defendant directly, after determination of the defendant was read, accompanied by legal counsel from the beginning of the trial until the case is disconnected.2)the constraints encountered by Padang Legal Aid Institute of funding is still minimal budget funds given to the government's legal aid legal aid agencies to handle cases which were given free legal aid. Keywords: Implementation, legal, aid, the defendant. PENDAHULUAN Bantuan hukum cuma-cuma berdasarkan Undang-undang No 16 Tahun 2011 Pasal (1) adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Bantuan hukum merupakan media yang dapat digunakan oleh semua orang dalam rangka menuntut haknya atas adanya perlakuan yang tidak sesuai dengan kaedah hukum yang berlaku. Bantuan hukum (baik yang berbentuk pemberian nasehat hukum, maupun yang berupa menjadi kuasa dari pada seseorang yang berperkara) yang diberikan kepada orang yang
tidak mampu ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar biaya (honorarium) kepada seorang pembela atau advokat. Indonesia sebagai negara hukum yaitu negara yang menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum sebagai sarana perlindungan hak asasi manusia. Bantuan hukum ini bersifat mendampingi masyarakat yang bermasalah dengan hukum tidak melihat dari latar belakang sosialnya, menjamin dan memenuhi hak bagi penerima bantuan hukum untuk mendapatkan akses keadilan dan mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum. Dalam kenyataan sehari-hari dalam praktek peradilan masih banyak dilihat sekelompok masyarakat miskin atau tidak mampu yang sedang berperkara pidana baik sebagai tersangka maupun terdakwa apakah itu dalam penyidikan, penuntutan, ataupun di persidangan di pengadilan tidak dapat memperoleh keadilan hanya gara-gara tidak mampu membayar seorang Penasihat Hukum (Advokat), sehingga hak-hak mereka dalam proses mencari keadilan sering dilanggar dan terkadang banyak terabaikan. Untuk mewujudkan terselenggaranya gagasan negara hukum (konstitusionalisme) tersebut, maka negara perlu campur tangan karena hal itu menjadi kewajiban negara untuk menjamin hak setiap orang mendapatkan keadilan. Dengan kata lain, negara harus menjamin terselenggaranya bantuan hukum kepada orang miskin atau orang yang tidak mampu sehingga tidak ada yang luput dari akses keadilan yang merupakan amanat konstitusi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Mendapatkan jaminan akses terhadap keadilan agar hak-hak mereka atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum dapat diwujudkan dengan cara memperoleh bantuan hukum dari seorang advokat atau pembela umum (access to legal counsel) adalah hak asasi setiap orang dan merupakan salah satu unsur untuk memperoleh keadilan bagi semua orang, oleh karena itu peranan lembaga bantuan hukum dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma dalam proses perkara pidana bagi orang yang tidak mampu/golongan lemah adalah sangat penting. Seorang penasihat hukum (Advokat) dalam menjalankan propesinya harus selalu berdasarkan pada suatu kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan guna mewujudkan suatu pemerataan dalam bidang hukum yaitu kesamaan kedudukan dan kesempatan untuk memperoleh suatu keadilan sebagaimana yang telah diatur Pasal 22 ayat (1) Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang advokat yang berbunyi Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Bantuan hukum merupakan hak dari tersangka atau terdakwa guna untuk kepentingan pembelaan, jaminan perlindungan untuk mendapatkan kepastian hukum secara adil mulai dari tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan, dan tingkat pelaksanaan putusan pengadilan. Hal tersebut dilaksanakan sebab dalam kenyataannya masih ada perlakuan yang tidak baik terhadap tersangka/terdakwa yang miskin/tidak mampu, sehingga ini merupakan fenomena yuridis yang membutuhkan suatu sarana atau alat yang kiranya mampu untuk memberikan perlindungan dari penegak hukum untuk menegakkan hak-hak para tersangka/terdakwa. Selama Tahun 2013 sudah 79 kasus yang telah mendapatkan Bantuan Hukum cuma-cuma di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang baik kasus itu telah diputus maupun belum diputus. Salah satu kasusnya adalah penggelapan yang dilakukan oleh Yenni Roza. Terdakwa Yenni Roza panggilan Ica dengan sengaja dan melawan hak sesuatu barang yang
sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada dalam tanganya bukan karena kejahatan, yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan oleh ada hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu. Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dalam Pasal 374 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi sebagai berikut: Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang menguasai barang itu karena jabatannya atau karena pekerjaannya atau karena mendapat upah dari itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum Cuma-cuma terdapat dalam Pasal 1 angka 1 yang berbunyi: Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. Di dalam KUHAP diatur dalam Pasal 54 yaitu yang berbunyi sebagai berikut: Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam Undangundang ini. Ketentuan pasal-pasal diatas jelas bahwa, setiap orang termasuk orang yang tidak mampu, mempunyai hak untuk dibela (access to legal counsel), diperlakukan sama di muka hukum (equality before the law), dan keadilan untuk semua (justice for all). Maka berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang diangkat pada tulisan ini adala 1) Bagaimanakah implementasi pemberian bantuan hukum cuma-cuma kepada terdakwa di Pengadilan Negeri Klas IA Padang, 2) Kendala-kendala apa sajakah yang ditemui oleh Lembaga Bantuan Hukum Padang dalam implementasi bantuan hukum cuma-cuma? METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan hukum yuridis sosiologis (empiris),yaitu suatu penelitian yang menggunakan bahan
kepustakaan atau data sekunder sebagai data awalnya kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan. Penelitian yuridis sosiologis digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial dan masyarakat. 2. Sumber Data a. Data Primer Data yang diperoleh langsung di lapangan melakukan wawancara dengan hakim yang bernama Ibu Asmar dan bapak Mahyudin di Pengadilan Negeri Klas IA Padang dan 5 orang advokat yang bernama bapak Rianda Seprasia, Ardyan, Deddi Alparesi, Surya Candra, Friska Yulia Sari yang telah memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang berupa kasus-kasus yang diberikan bantuan hukum kepada terdakwa di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang oleh Lembaga Bantuan Hukum Padang. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis mengumpulkan data sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi secara langsung antara si pewawancara dengan informan di Pengadilan Negeri Klas IA Padang dan Lembaga Bantuan hukum Padang. b. Observasi Observasi yang berarti pengamatan yaitu bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. c. Studi Dokumen Teknik pengumpulan data dengan diperoleh dokumen
yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian. 4. Analisis Data Dari data yang diperoleh baik melalui wawancara kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu dengan mengelompokkan data menurut aspek-aspek yang diteliti, sehingga dapat diberikan jawaban terhadap permasalahan yang akan dituangkan dalam skripsi ini. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Cuma-cuma Kepada Terdakwa Di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-undang No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum menyatakan, Pemberi bantuan hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum berdasarkan Undang-undang ini. Berdasarkan wawancara dengan Hakim ibu Asmar dan bapak Mahyudin di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang proses pemberian bantuan hukum cuma-cuma kepada terdakwa yaitu: a. Dalam persidangan majelis hakim menanyakan kepada terdakwa yang tidak mempunyai penasihat hukum, terdakwa yang tidak mampu dan ingin didampingi oleh penasihat hukum. b. Majelis Hakim menetapkan dan menunjuk penasihat hukum yang terdaftar di Pengadilan Negeri Klas IA Padang untuk memberikan jasa bantuan hukum dan membuat surat kuasa khusus guna bertindak mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lainnya untuk kepentingan
terdakwa selaku Pemohon Bantuan Hukum. c. Hakim membuat penetapan penunjukannya, setelah penetapan dibacakan terdakwa didampingi oleh penasihat hukum dari awal persidangan sampai perkara tersebut telah diputus. d. Berdasarkan penetapan hakim di atas, ada terdakwa yang tidak ingin didampingi oleh penasihat hukum. Alasan terdakwa tidak ingin didampingi oleh penasihat hukum karena proses pemberian bantuan hukum yang lama dan terkadang terdakwa beranggapan tidak ada gunanya didampingi oleh penasihat hukum. 2. Kendala-Kendala Yang ditemui oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang Dalam Implementasi Bantuan Hukum Cuma-cuma kepada Terdakwa di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang Kendala-kendala dalam pemberian bantuan hukum cuma-cuma oleh LBH Padang membuat LBH Padang tidak dapat bekerja secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian penulis, beberapa kendala-kendala yang ditemui oleh LBH Padang dalam implementasi pemberian bantuan hukum cuma-cuma kepada terdakwa di Pengadilan Negeri Padang Klas 1A Padang ialah: a. Anggaran Pendanaan Setelah lahirnya Undang-undang No 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum cuma-cuma kendala keuangan tidak dipersoalkan lagi, tetapi hanya untuk bantuan hukum dalam kota sedangkan dana untuk bantuan hukum di luar kota tidak mencukupi, karena biaya transportasi dan biaya lainnya untuk pergi keluar kota lebih besar, kalaupun didampingi oleh penasihat hukum tidak akan maksimal hanya untuk beberapa kali sidang saja. Ini membuat kinerja penasihat hukum yang ditunjuk oleh LBH Padang tidak
maksimal, karena anggaran dana untuk bantuan hukum cumacuma sebesar Rp 5.000.000, (lima juta rupiah) dana tersebut sudah termasuk ke dalam biaya untuk membayar administrasi di Pengadilan. Untuk mengatasi kekurangan dana tersebut LBH Padang menggunakan biaya anggarannya. Salah satu contoh anggaran pendanaan LBH Padang mengenai masalah bantuan hukum cuma-cuma adalah saat memberikan bantuan hukum cuma-cuma terhadap kasus pidana yang berada di Pengadilan Negeri Solok, dana yang tidak mencukupi mengakibatkan LBH Padang menggunakan biaya anggaran LBH Padang itu sendiri untuk memenuhi kekurangan dana dalam proses persidangan tersebut. b. Belum adanya harmonisasi atau kerjasama antara lembaga bantuan hukum dengan pengadilan. Pengadilan Negeri Padang belum melakukan pertemuan dengan lembaga bantuan hukum Padang mengenai pemberian bantuan hukum cuma-cuma, sehingga pengadilan masih menggunakan Pasal 56 KUHAP yaitu hakim yang menunjuk langsung penasihat hukum untuk terdakwa, sementara di dalam Undang-undang No 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang berhak menunjuk penasihat hukum untuk terdakwa adalah lembaga bantuan hukum. c. Penasihat hukum yang masih sedikit atau keterbatasan penasihat hukum yang ada di lembaga bantuan hukum Padang hanya ada 2 (dua) penasihat hukum tetap. Ini mengakibatkan kinerja LBH Padang tidak dapat bekerja dengan maksimal. SIMPULAN 1. Implementasi pemberian bantuan hukum cuma-cuma kepada
terdakwa di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang adalah: a. Majelis hakim menunjuk langsung penasihat hukum untuk terdakwa dalam menangani kasusnya di Pengadilan Negeri Klas 1A Padang. b. Majelis Hakim menetapkan dan menunjuk Advokat untuk memberikan jasa bantuan hukum dan membuat surat kuasa khusus guna bertindak mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lainnya untuk kepentingan Terdakwa selaku Pemohon Bantuan Hukum c. Hakim membuat penetapan penunjukannya, setelah penetapan dibacakan terdakwa didampingi oleh penasihat hukum dari awal persidangan sampai perkara tersebut telah diputus. d. Dasar hukum hakim memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada terdakwa adalah Pasal 56 KUHAP. e. Pelaksanaan pemberian bantuan hukum oleh advokat di pengadilan Negeri Klas 1A Padang ternyata tidak melalui penunjukkannya melalui lembaga bantuan hukum, karena hakim melihat tidak ada aturan hukum yang khusus untuk mengatur hal tersebut. 2. Kendala-kendala yang ditemui oleh Lembaga bantuan hukum Padang dalam implementasi bantuan hukum cuma-cuma kepada terdakwa di pengadilan Negeri Klas 1A Padang. a. Anggaran pendanaan yaitu masih minimnya dana yang di berikan pemerintah terhadap lembaga bantuan hukum untuk menangani kasus-kasus yang diberi bantuan hukum cuma-cuma. Membuat kerja advokat yang memberikan bantuan hukum cuma-cuma tidak maksimal. b. Belum adanya harmonisasi antara lembaga bantuan hukum dengan pengadilan
c. Advokat-nya yang masih sedikit atau keterbatasan advokat yaitu hanya 2 orang advokat tetap. DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Abdul Hakim, 2003. Dalam suatu Negara Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. Adnan Buyung Nasution, 2001. Bantuan Hukum di Indonesia, LBH, Jakarta., 2013, Neraca Timbangan Bagi Si Miskin, LBH, Jakarta. Bambang Sunggono, Aries Harianto. 1994. Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung: Mandar Maju. Martiman Prodjohamidjojo. 1984. Penasehat dan Organisasi Bantuan Hukum. Ghalia Indonesia. Soerjono Soekanto, 1983. Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis. Ghalia Indonesia.. 2008. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Tudung Mulia Lubis. 1986. Bantuan Hukum Dan Kemiskinan Struktural. Bandung: Alumni. 1981.Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia. Bandung: Alumni Yudha Pandu, 2004. Klien dan Advokat Dalam Praktek, PT. Abadi. B. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan dan Kehakiman Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum C. Sumber Lain http://id.wikipedia.org/wiki/yayasa n_lembaga_bantuan_huk um_indonesia http://berita.apindonesia.com/profil elbh.html http://www.bphn.go.id/bantuanh Bantuan-Hukum. ukum/implementasi- http://wowgi.blogspot.com/2013/0 5/pengertian-dan-definisiobservasi.htm1. diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 21.57.