BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB IV METODE PENELITIAN A.

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE ANALISIS

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang dicari. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahap penelitian, mulai dari pemilihan material beton (pasir, kerikil, abu sekam padi, semen, air) dan bahan tambah (serat bendrat), pengujian material, pembuatan benda uji yaitu beton serat bendrat dengan abu sekam padi sebagai pengganti sebagian agregat halus, pengujian benda uji berupa uji modulus of rupture, uji kuat tekan dan uji kuat kejut beton, analisa data dan penarikan kesimpulan hasil penelitian. Pengumpulan data dilakukan setelah menentukan elemen atau objek yang akan diteliti. Elemen atau objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah nilai MOR (modulus of rupture), kuat tekan, dan kuat kejut beton berserat bendrat dengan abu sekam padi sebagai bahan tambah campuran beton, serta persentase abu sekam padi terhadap agregat halus yang menghasilkan kekuatan maksimum. 3.2. Benda Uji Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk balok dengan ukuran 100 mm x 100 mm x 500 mm untuk uji Modulus Of Rupture dan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 150 mm tinggi 300 mm untuk pengujian kuat tekan dan diameter 150 mm tinggi 50 mm untuk kuat kejut beton. Variasi kadar serat bendrat terhadap berat beton sebesar 0%, 0,10%, 0,15%, 0,20%, sedangkan untuk penambahan abu sekam padi sebesar 10% dari berat semen dan bahan tambah Bestmittel. Tiap-tiap variasi terdiri dari 4 sampel. Total jumlah sampel 33

34 untuk pengujian Modulus Of Rupture, kuat kejut, dan kuat tekan masing-masing sebanyak 16 benda uji. 3.3. Alat Penelitian ini diperlukan berbagai macam alat untuk mendukung pelaksanaannya. Alat pokok yang digunakan diantaranya adalah: 1. Alat uji, terdiri dari Bending Testing Machine, Compression Testing Machine, dan Impact Testing Machine. 2. Timbangan kapasitas 5 kg dan kapasitasnya 25 kg ketelitian. 3. Oven merk Binder 4. Ayakan dan Mesin Penggetar Ayakan. 5. Conical Mould 6. Kerucut Abrams 7. Cetakan balok dari kayu 3.4. Cara Penelitian Penelitian ilmiah harus dilaksanakan dalam sistematika jelas, teratur dan cermat, sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Adapun tahap-tahap penelitian secara rinci dan urut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan sampel dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan lancar. 2. Tahap Pengujian Bahan Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap agregat halus, agregat kasar, abu sekam padi yang akan digunakan untuk membuat sampel balok dan silinder beton. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahan tersebut, selain itu juga untuk mengetahui apakah bahan tersebut memenuhi persyaratan atau tidak. 3. Tahap Pembuatan Benda Uji Langkah-langkah pada tahap pembuatan benda uji adalah:

35 a. Rencana proporsi campuran adukan beton dengan mix design sesuai standart SKSNI S 30-1990-03. b. Pembuatan adukan beton diikuti dengan pemeriksaan nilai slump. c. Pembuatan benda uji yaitu balok beton berukuran 100 mm x 100 mm x 500 mm dan silinder beton berukuran diameter 150 mm tinggi 300 mm dan diameter 150 mm tinggi 50 mm. d. Tahap Perawatan Benda Uji (curing) 4. Tahap Pengujian Benda Uji Pengujian meliputi pengujian Modulus Of Rupture, kuat tekan dan kuat kejut beton. Pengujian Modulus Of Rupture menggunakan alat Bending Testing Machine, balok beton ditekan sampai timbul retakan pada beton kemudian gayanya dicatat. Pengujian kuat tekan menggunakan alat uji Compression Testing Machine dan pengujian kuat kejut menggunakan alat Impact Testing Machine. 5. Tahap Analisis Data Hasil Pengujian Data yang diperoleh pada tahap sebelumnya dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan tentang hubungan antara variabel-variabel yang ada pada penelitian ini. Tahapan penelitian ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 3.1.

36 Persiapan Tahap I Semen Abu Sekam Padi Bestmittel Serat Bendrat Agregat Halus Agregat Kasar Air Uji: Kadar Lumpur Kadar Organik Spesific Grafity Gradasi Uji: Abrasi Spesific Grafity Gradasi Ya Tidak Perhitungan rencana campuran Tahap II Pembuatan adukan beton Uji Slump Tidak Ya Pembuatan Benda Uji Tahap III Perawatan Tahap IV Pengujian Tahap V Analisis Data Tahap VI Kesimpulan Tahap VII Gambar 3.1. Bagan Alir Tahap Penelitian

37 Tahapan analisis data ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 3.2. sebagai berikut : Data Analisis Data Tabel Pengujian Aggregat Halus Tabel Pengujian Aggregat Kasar Tabel Pengujian Kuat Tekan Tabel Pengujian Modulus Of Rupture Tabel Pengujian Impact Diagram Hubungan Kuat Tekan dengan % Serat Diagram Hubungan Modulus Of Rupture dengan % Serat Nilai Tegangan Regangan berbagai % Serat Bendrat Kurva Regresi Kuat Tekan dengan % Serat Kurva Regresi Modulus Of Rupture dengan % Serat Kurva Regresi Impact dengan % Serat Kesimpulan Gambar 3.2. Diagram Alir Tahap Analisis Data

38 3.5. Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar Beton Pengujian terhadap bahan dasar beton perlu dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari bahan dasar beton. Pengujian-pengujian ini dilakukan terhadap agregat halus maupun agregat kasar, untuk standar penelitian dan pengujian bahan agregat dapat dilihat dalam berikut ini: Tabel 3.1. Standar Penelitian Dan Pengujian Bahan Dasar Beton No Jenis Pengujian Standar Pengujian Keterangan 1 Bahan Agregat Halus ASTM C 23 ASTM C 40 ASTM C 117 ASTM C 128 ASTM C 136 Uji berat isi agregat halus Uji kandungan zat organik Uji kandungan lumpur Uji specific grafity Uji gradasi 2 Bahan Agregat Kasar ASTM C 29 ASTM C 127 ASTM C 131 ASTM C 136 Uji berat isi Uji specific grafity Uji abrasi Uji gradasi 3.6. Pengujian Bahan Dasar Beton Pengujian hanya meliputi pengujian terhadap agregat halus, agregat kasar dan abu sekam padi sedangkan terhadap semen tidak dilakukan pengujian. 3.6.1. Agregat Halus dan Abu Sekam Padi Pengujian untuk pasir dan abu sekam padi menggunakan uji yang sama karena keduanya merupakan agregat halus. Dalam agregat halus dilakukan uji kadar lumpur, kadar zat organik, spesifict gravity dan gradasi.

39 3.6.1.1. Pengujian kadar lumpur Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar lumpur yang terkandung dalam pasir sehingga pasir yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan aturan yang terdapat pada standar ASTM C-117 dan PBI NI 1971 pasal 3.3 ayat 3, diantaranya adalah pasir harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Lumpur adalah bagian dari pasir yang lolos ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan adukan beton. Persentase kandungan lumpur dapat dirumuskan sebagai berikut: Prosentase kandungan lumpur = G 0 G1 100% (3.1) Keterangan: G 0 = Pasir sebelum dicuci (kering 110 C, 24 jam) G 1 = Pasir setelah dicuci (kering 110 C, 24 jam) G 0 3.6.1.2. Pengujian kadar zat organik Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat organik dalam pasir. Kandungan zat organik ini dapat dilihat dari percobaan warna Abrams Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3%. Pasir yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan aturan yang terdapat pada standar ASTM C-40 dan PBI NI 1971 pasal 3.3 ayat 4. Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan tesebut pada umur 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama, tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air pada umur yang sama. Kandungan zat organik dalam pasir dapat diketahui dengan melakukan pengamatan warna air yang ada pada gelas ukur, lalu membandingkan warna hasil pengamatan dengan warna pada Tabel 3.2:

40 Tabel 3.2. Kadar Zat Organik Terhadap Penurunan Kekuatan Beton Warna Penurunan Kekuatan ( %) Jernih Kuning muda Kuning tua Kuning kemerahan Coklat kemerahan Coklat tua Sumber: Roosseno, 1954 0 0 10 10 20 20 30 30 50 50 100 3.6.1.3. Pengujian specific gravity Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan beton karena dengan mengetahui variabel tersebut dapat dihitung volume agregat halus yang diperlukan. Pengujian dilakukan berdasarkan standar ASTM C-128. Tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan : 1. Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering dengan volume pasir total. 2. Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total. 3. Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan volume butir pasir. 4. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat pasir kering. Dapat dirumuskan sebagai berikut: A Bulk Specific Grafity (3.2) B D C D Bulk Specific Gravity SSD (3.3) B D C

41 Apparent Specific Grafity A B A C (3.4) Absorbtion D - A x 100% A (3.5) Keterangan: A = pasir kering oven B = berat volumetrik + air C = berat volumetrik + pasir + air D = pasir kondisi ssd 3.6.1.4. Pengujian gradasi Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui variasi diameter butiran pasir, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan merupakan angka yang menunjukan tinggi rendahnya tingkat kehalusan butir dalam agregat. Gradasi dan keseragaman diameter agregat halus lebih diperhitungkan daripada agregat kasar karena sangat menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi campuran adukan beton, selain itu gradasi agregat halus sangat menentukan pemakaian semen dalam pembuatan beton. Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah ASTM C-136. gradasi agregat halus yang baik adalah sebagai berikut: a. Sisa diatas ayakan 4 mm minimal 2% berat. b. Sisa diatas ayakan 1 mm minimal 10% berat. c. Sisa diatas ayakan 0,15 mm minimal 80-90% berat. 3.6.2. Agregat Kasar 3.6.2.1. Pengujian specific gravity dan absorbsi agregat kasar Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan beton, karena dengan variabel tersebut dapat dihitung kebutuhan kerikil yang diperlukan pada saat mix design. Pengujian specific gravity agregat kasar menggunakan standar pengujian sesuai dengan ASTM C 127. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

42 1. Bulk specific gravity, 2. Bulk specific gravity dalam kondisi SSD, 3. Apparent specific gravity, 4. Absorption. 3.6.2.2. Pengujian abrasi agregat kasar Agregat kasar merupakan salah satu bahan dasar beton yang harus memenuhi standar tertentu untuk daya tahan keausan akibat gesekan. Standar ini diketahui dengan alat yang disebut bejana Los Angelos. Agregat kasar harus tahan terhadap gaya aus gesek, bagian yang hilang karena gesekan tidak boleh lebih dari 50%. Standar pengujian abrasi agregat kasar sesuai dengan ASTM C 131. Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui daya tahan agregat kasar terhadap gesekan. 3.6.2.3. Pengujian gradasi agregat kasar Agregat kasar sebagai bahan dasar dalam pembuatan beton sangat mempengaruhi mutu beton. Semakin banyak penggunaan agregat kasar akan menghemat pemakaian semen. Pengujian ini untuk mengetahui susunan gradasi dari agregat kasar. Standar pengujian sesuai dengan ASTM C 136, untuk pengujian gradasi agregat kasar harus memenuhi syarat: a. Sisa diatas ayakan 31,5 mm minimal 0% berat. b. Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90-98 berat. c. Selisih antara nilai komulatif diantara dua ayakan yang berurutan maksimum 60% berat dan minimum 10% berat. 3.6.2.4. Pengujian berat jenis agregat kasar Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui berat per satuan volume agregat kasar. Standar pengujian sesuai dengan ASTM C-29.

43 3.7. Hitungan Rencana Proporsi Campuran Adukan Beton Tujuan dari penghitungan rencana campuran adalah untuk menentukan jumlah dari masing-masing bahan dasar beton yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air, sehingga didapat campuran yang berkualitas baik. Penghitungan rencana campuran pada penelitian ini berdasarkan standar SKSNI S-30-1990-03. Proporsi serat yang digunakan sebagai bahan tambah dalam campuran beton adalah 0,70% dari volume beton, dengan demikian dapat dihitung kebutuhan bahan-bahan dasar beton. Penghitungan rencana campuran beton secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B. 3.8. Pembuatan dan Pengujian Adukan Beton Benda uji dibuat berdasarkan penghitungan rancang campur yang telah dilakukan. Benda uji yang digunakan adalah berbentuk balok dengan ukuran 100 mm x 100 mm x 500 mm dan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm dan diameter 150 mm dengan tinggi 50 mm. Dengan penggunaan bahan tambah serat kawat bendrat dan abu sekam padi sebagai pengganti sebagian agregat halus diharap dapat meningkatkan nilai Modulus Of Rupture, kuat tekan dan kuat kejut beton. Hitungan proporsi selesai maka masing-masing bahan dasar beton dapat dibuat campuran adukan beton dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pembuatan campuran adukan beton a. Mengambil bahan-bahan dasar beton yaitu semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), abu sekam padi, air dan bahan tambah serat kawat bendrat lalu ditimbang beratnya sesuai dengan rencana campuran. b. Mencampur dan mengaduk bahan-bahan diatas yaitu semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), abu sekam padi. c. Menambah air sedikit demi sedikit sesuai dengan nilai faktor air semen yang telah ditentukan serta menambahkan serat kawat bendrat sedikit-

44 demi sedikit agar adukan mudah dikerjakan, setelah itu adukan terus diaduk agar campuran tersebut menjadi adukan beton yang homogen. 2. Menghitung slump a. Kerucut Abrams dibersihkan dan pada bagian dalam dibasahi dengan oli. b. Adukan beton dimasukkan hingga mencapai 1/3 tinggi kerucut kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sebanyak 25 kali dengan tongkat penumbuk. c. Pengisian berikutnya sampai 2/3 tinggi kerucut dan ditumbuk 25 kali. Selanjutnya pengisian dilakukan sampai penuh dan ditumbuk 25 kali. d. Kerucut Abrams yang telah terisi penuh diratakan bagian atasnya kemudian diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas. Seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan diangkat harus selesai dalam jangka waktu 2,5 menit. e. Diamati penurunan yang terjadi dan besar penurunan ini diukur sebagai nilai slump. 3. Setelah didapat nilai slump yang memenuhi standart, adukan beton siap dituang ke dalam cetakan beton. 3.9. Pembuatan dan Perawatan (Curing) Benda Uji 3.9.1. Pembuatan Benda Uji Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk balok dengan ukuran 100 mm x 100 mm x 500 mm dan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 150 mm tinggi 300 mm dan diameter 150 mm tinggi 50 mm. Pencetakan benda uji dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyiapkan cetakan dan melumasi sisi dalamnya dengan oli. 2. Mengisi cetakan dengan adukan lalu dipadatkan dengan vibrator. 3. Setelah cetakan terisi penuh dan diratakan lalu dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. 4. Setelah 24 jam cetakan dibuka.

45 3.9.2. Perawatan (Curing) Perawatan beton ini bertujuan agar menjaga permukaan beton segar selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Perawatan ini dimaksudkan untuk menjamin proses hidrasi semen berlangsung dengan sempurna, sehingga timbulnya retak-retak dapat dihindarkan dan mutu beton dapat terjaga. Perawatan dilakukan dengan cara setelah beton berumur 24 jam beton dilepaskan dari cetakan, dan dilakukan perawatan dengan cara direndam didalam air selama 7 hari, lalu dikeluarkan dari air dengan menyelimuti benda uji menggunakan karung basah sampai mencapai umur 11 hari kemudian beton dianginkan selama 3 hari dan dilakukan pengujian pada umur 14 hari. 3.10. Pengujian Benda Uji 3.10.1. Modulus of Rupture Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai Modulus Of Rupture pada benda uji yang berupa balok beton dengan ukuran 100 mm x 100 mm x 500 mm, dengan panjang bentang digunakan 450 mm. Pengujian ini dilakukan berdasarkan standar ASTM C 78, yaitu metode pengujian kuat lentur (Modulus Of Rupture) beton dengan bentang terbagi dua akibat adanya tumpuan yang bekerja pada tiap jarak 1/3 bentang (third point loading). Momen yang dapat mematahkan benda uji adalah momen akibat beban maksimum dari mesin pembebanan dengan mengabaikan berat sendiri. Besar momen yang mematahkan benda uji dapat dihitung sesuai dengan rumus 2.1. Pada pengujian kuat lentur berdasarkan ASTM C 78 akan terjadi tiga macam tipe kemungkinan patah pada balok uji sebagai berikut :

46 a. Patah pada 3 1 bentang bagian tengah. P 1 P 1 P 2 2 A B C D 2,5 cm 10 cm 10 cm 10 cm 2,5 cm Gambar 3.3. Letak Patah Balok Tipe I. Pada keadaan ini balok uji patah pada bagian tengah (antara B dan C) dan patahnya diakibatkan oleh momen maksimum. Modulus Of Rupture dapat dihitung berdasarkan rumus : MOR = Keterangan : 1 2 P 1 bh 6 1 L 3 PL 2 2 bh MOR = Modulus of Rupture (MPa) P = Beban maksimum pada balok benda uji (Newton) L = Panjang Bentang (mm) b = Lebar balok benda uji (mm) h = Tinggi balok benda uji (mm) (3.6)

47 b. Patah pada bentang antara A-B atau C-D. P 1 P 1 P 2 2 A B C D a 5% 5% a 2,5cm 10 cm 10 cm 10 cm 2,5 cm Gambar 3.4. Letak Patah Balok Tipe II. Apabila balok patah pada bentang A-B atau C-D dengan jarak letak patah tidak lebih dari 5 % panjang bentang, kondisi ini masih dapat diperhitungkan dan balok uji dapat dipakai. Pada kondisi ini modulus of rupture dapat dihitung dengan rumus : 3aP MOR = 2 bh (3.7) Keterangan : MOR = Modulus of rupture (MPa) P = Beban maksimum pada balok benda uji (Newton) a = Jarak rata-rata letak patah dari perletakan (mm) L = Panjang bentang (mm) b = Lebar balok benda uji (mm) h = Tinggi balok benda uji (mm)

48 c. Patah pada bentang antara A-B atau C-D. P 1 P 1 P 2 2 A B C D 5% 5% 2,5 cm 10 cm 10 cm 10 cm 2,5 cm Gambar 3.5. Letak Patah Balok Tipe III. Apabila balok uji patah pada bentang antara A-B atau C-D dengan jarak letak patah dari B maupun C lebih besar dari 5% panjang bentang, maka kondisi ini tidak dapat diperhitungkan kembali dan benda uji tidak dapat dipakai. Adapun langkah-langkah pengujian kuat lentur dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Balok beton yang akan diuji diambil dari tempat perawatan kemudian diukur dimensinya. 2. Mesin uji diatur jarak perletakannya yaitu 300 mm dan balok beton diletakkan pada tumpuan. 3. Meletakan sebuah alat pembagi beban berupa plat baja yang mempunyai dua buah roda dengan jarak antar as roda alat pembagi beban 100 mm. 4. Mesin dijalankan secara elektrik dengan peningkatan beban konstan. 5. Pembebanan dilakukan hingga balok beton patah dan dicatat besarnya beban tertinggi yang telah mematahkan balok uji dengan cara membaca di dial gauge. 6. Melakukan pengamatan letak patah balok.

49 3.10.2. Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang telah berumur 14 hari dengan memberikan tekanan pada benda uji hingga runtuh. Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut: a. Mengukur dimensi benda uji. b. Menimbang benda uji dan memberi tanda/label. c. Meletakkan benda uji pada ruang penekan Compression Testing Machine d. Memutar jarum penunjuk tepat pada posisi nol, kemudian menghidupkan mesin tekan. e. Mengamati setiap perubahan/pergerakan pada jarum pengukurnya. f. Bila jarum sudah tidak bergerak lagi maka mesin dimatikan, dengan kata lain beton sudah hancur. g. Selanjutnya membaca dan mencatat angka pada jarum ukur yang merupakan besarnya beban tekan beton. P 30 cm 15 cm Gambar 3.6. Cara Pengujian Kuat Tekan Beton

50 h. Menghitung besarnya kuat tekan benda uji dengan rumus: f c = (3.8) Keterangan : f c = kuat tekan beton yang didapat dari benda uji (MPa) P = beban tekan maksimum (N) A = luas permukaan benda uji (mm 2 ) 3.10.3. Pengujian Kuat Kejut Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya energi serapan yang diterima oleh benda uji sesudah terjadi tumbukan, besarnya energi serapan dihitung berdasarakan banyaknya jumlah pukulan. Benda uji yang digunakan adalah benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengujin bertujuan untuk mengetahui jumlah pukulan (blow) yang diperlukan untuk membuat benda uji retak pertama kali sampai benda uji mengalami runtuh. Retak pertama kali pada benda uji ditandai terjadinya retak rambut pada permukaan benda uji. Pecah atau terbelahnya benda uji dapat dikatakan benda uji telah runtuh. Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah ITM (Impact Testing Mechine) yang ada di laboratorium. Langkah langkah pengujian sebagai berikut : 1. Meletakkan benda uji pada dudukannya. 2. Memasang alat pemukul (hammer) beserta pipa pralon untuk meposisikan jatuhnya beban. 3. Menjatuhkan alat pemukul dan mengamati retak yang terjadi secara visual, baik saat benda uji mengalami retak pertama maupun pada saat benda uji mengalami retak total. 4. Mencatat jumlah pukulan yang diperlukan untuk membuat benda uji retak pertama dan jumlah pukulan untuk membuat benda uji runtuh total.

51 3.11. Analisis Data Hasil penelitian perlu dianalisis agar dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dalam rangka untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah diketahui data itu normal dan homogen maka selanjutnya adalah menghitung data dengan analisis regresi. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah di mengerti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar nilai Modulus Of Rupture, kuat tekan dan kuat kejut beton dan untuk mengetahui berapa besar persentase optimum penambahan abu sekam padi terhadap agregat halus yang menghasilkan nilai Modulus Of Rupture, kuat tekan dan kuat kejut maksimum. Regresi merupakan garis yang membentuk suatu fungsi yang menghubungkan titik-titik data dengan kedekatan semaksimal mungkin. Data yang telah diperoleh dari hasil pengujian kemudian diproses untuk mendapatkan hubungan dari variabel yang ada pada setiap kondisi beton yang direncanakan.