PERAN THEME PARK PADA INDUSTRI PARIWISATA DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BATU (Studi pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata)

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. manfaat dalam menciptakan kesempatan kerja dan pelesatrian alam serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata saat ini merupakan industri terbesar di dunia dan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kereta Gantung sebagai Alternatif Wisata dan Pengurai Kemacetan Kota Wisata Batu Jawa Timur

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

Penghitungan skor jawaban sebagai berikut:

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi

PERAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN OBJEK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. Bali terkenal sebagai daerah tujuan wisata dengan keunikan berbagai hasil

BAB IV PENUTUP. wisatawan. Pertama adalah variabel produk yang dinilai sangat baik sesuai dengan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. maju ini, industri pariwisata menjadi sebuah industri yang dapat mendatangkan

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL PADA DAYA TARIK WISATA LEMO, KECAMATAN MAKALE UTARA, KABUPATEN TANA TORAJA

HOTEL RESORT DI KOTA BATU MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin baik, hal tersebut tentunya akan memberikan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

DAFTAR ISI JUDUL PRASYARAT... ABSTRACT...

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA DINAS PARIWISATA, SENI DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 35 TAHUN 2006 SERI E.15 PERATURAN BUPATI CIREBON BUPATI CIREBON

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI GANDORIAH DI KOTA PARIAMAN JURNAL

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

ABSTRACT. A. Name : Nyoman Andika Widiastra B. Title : Development Study Area Tourism Buleleng Lovina With Butler Talc Theory Approach. C.

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL DI KAWASAN WISATA (Studi Pada Masyarakat Sekitar Wisata Wendit, Kabupaten Malang)

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan suatu organisasi dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG KEPARIWISATAAN

ANALISIS MANAJЕMЕN TATA KЕLOLA GUNUNG SЕMЕRU DALAM MЕNYЕIMBANGKAN TRЕN WISATA MINAT KHUSUS (TRЕKKING) DAN PARIWISATA BЕRKЕLANJUTAN

2 4. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di bidang Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indo

2018, No Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Pariwisata; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 T

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

INTEGRASI FUNGSI WISATA PADA FASILITAS AGROINDUSTRI (Studi Kasus : Kusuma Agrowisata, Batu dan Taman Buah Mekarsari, Kab. Bogor)

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sejak dibukanya Jalan Tol Cipularang kota Bandung menjadi tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM

Representasi Budaya pada Rancangan ASEAN Cultural Park Di Kota Batu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. wahana hiburan bukanlah satu hal yang baru, di mana di setiap tempat daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERSEPSI WISATAWAN TENTANG DESTINASI WISATA PANTAI PASIR JAMBAK KOTA PADANG RIO NALDO PAKPAHAN /2011

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram

ANALISIS PERAN SOSIAL MEDIA UNTUK MEMPERKENALKAN DESTINASI PARIWISATA KABUPATEN KARANGANYAR

DATA POTENSI PARIWISATA GUNUNG BERUK DAYA TARIK WISATA ADA/ TIDAK ADA KETERANGAN

Transkripsi:

PERAN THEME PARK PADA INDUSTRI PARIWISATA DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BATU (Studi pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata) Wasesa Amimaitreya Еdriana Pangеstuti Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas Brawijaya Malang Еmail : wasesaami@gmail.com ABSTRACT Batu city is one of the tourism city in East Java, which is dominated by artificial tourist attractions or theme park. Batu City has 22 units of tourist attractions including Museum Angkut and Kusuma Agrowisata is an example of theme park in Batu City. The development of tourist attraction, especially dominated by the theme park certainly has a role for absorb the workforce of Batu city people. The purpose of this research is to know the role of the theme park in the absorption of workforce for the people of Batu City and also the obstacles that occur in the absorption of workforce in Batu City. The research method is qualitative explorative (exploratory research) with data collection through obsevation, interview and documentation. The result of this research (1) workforce absorption at Museum of Angkut and Kusuma Agrowisata majority is society which come from Batu Town. (2) the obstacles that occur in the absorption of workforce in Museum Angkut is the absence of open recruitment at the beginning of its operation, while that happened in Kusuma Agrowisata is the reduction of manpower as well as the existence of contract system applied to the employees. Kеywords: Tourism Industry, Workforce Absobment, Batu City. ABSTRAK Kota Batu merupakan salah satu kota pariwisata di Jawa Timur, yang didominasi oleh daya tarik wisata buatan atau yang biasa disebut theme park. Kota Batu memiliki 22 unit daya tarik wisata, diantaranya Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata merupakan contoh theme park yang ada di Kota Batu. Perkembangan daya tarik wisata, khususnya didominasi oleh theme park tentu memiliki peran bagi penyerapan tenaga kerja masyarakat kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran theme park dalam penyerapan tenaga kerja pada bagi masyarakat Kota Batu dan juga hambatan hambatan yang terjadi dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Batu. Metode penelitiannya adalah kualitatif exploratif (exploratory research) dеngan pеngumpulan data mеlalui obsеrvasi, wawancara dan dokumеntasi. Hasil penelitian ini (1) penyerapan tenaga kerja di Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata mayoritas merupakan masyarakat yang berasal dari Kota Batu. (2) hambatan yang terjadi pada penyerapan tenaga kerja di Museum Angkut adalah dengan tidak adanya perekrutan secara terbuka pada awal operasionalnya, sedangkan yang terjadi di Kusuma Agrowisata adalah pengurangan tenaga kerja dan juga adanya sistem kontrak yang diberlakukan kepada karyawan. Kata Kunci : Industri Pariwisata, Penyerapan Tenaga Kerja, Kota Batu. 196

PЕNDAHULUAN Menurut UU No 10 Tahun 2009 pasal 14 Tentang Kepariwisataan, industri pariwisata memiliki 13 bidang usaha pariwisata yang dapat menciptakan lapangan kerja antara lain 1) daya tarik, 2) kawasan pariwisata, 3) jasa transportasi wisata, 4) asa perjalanan wisata, 5) jasa makanan dan minuman, 6) penyediaan akomodasi, 7) penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, 8) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, 9) jasa informasi pariwisata, 10) jasa konsultan pariwisata, 11) jasa pramuwisata, 12) wisata tirta dan, 13) spa. Adanya industri pariwisata diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru yang akan dapat memberikan lebih banyak peluang ekonomi (Suwantoro, 2004:37). Setiap daerah di Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman industri pariwisata yang menjadi daya tarik bagi calon wisatawan. Salah satu provinsi di Indonesia dengan keanekaragaman industri pariwisata yaitu Jawa Timur. Berbagai daya tarik wisata dapat dijumpai di Provinsi Jawa Timur, salah satunya di Kota Batu. Potensi pariwisata Kota Batu juga dapat dilihat dari daya tarik wisata, seperti wisata alam, wisata budaya dan wisata minat khusus. Menurut data yang diperoleh dari BPS pada tahun 2014-2015 kota Batu memiliki 22 unit daya tarik wisata. Pariwisata Kota Batu yang semakin berkembang dapat dilihat dengan jumlah kunjungan wisatawan yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Batu dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: 4000000 2000000 Jumlah Wisatawan Kota Batu 0 2012 2013 2014 2015 Gambar 1 : Jumlah kunjungan wisatawan di Kota Batu pada tahun 2012-2015 Sumber : BPS Kota Batu (2016) Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa jumlah pengunjung Kota Batu pada setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Menurut data yang diperoleh dari Kepala Seksi Bidang Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata Kota Batu, Bapak Adji (2016), menunjukkan bahwa daya tarik wisata buatan yang mendominasi di Kota Batu merupakan wisata buatan bertema atau biasa disebut dengan theme park. Theme park adalah merupakan sebuah taman hiburan yang dekoratif dan didesain untuk mencerminkan satu tema tertentu sebagai tema utama. Jawa Timur Park Grup merupakan salah satu industri pariwisata terbesar di Jawa Timur dan Pulau Jawa yang banyak terlibat pada pengembangan theme park di Kota Batu (malanglife.com,2016). Salah satu industri pariwisata yang tergabung Jatim Park Grup yaitu Museum Angkut, yang merupakan museum transportasi modern pertama di Indonesia dan Asia yang memadukan unsur seni dan budaya dengan konsep edukasi dan entertainment yang ditampilkan secara langsung (Museumangkut.com,2016). Selain Museum Angkut, Kusuma Agrowisata juga tergolong daya tarik wisata theme park yang ada di kota Batu. Kusuma Agrowisata merupakan pelopor wisata agro di Kota Batu yang berdiri sejak tahun 1991. Berkembang dan bertambahnya sektor pariwisata di Kota Batu tentunya akan banyak menyerap tenaga kerja. Namun berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Batu pada tahun 2016, jumlah angkatan kerja yang menganggur semakin meningkat dalam 2 tahun terakhir yaitu 2014 2015. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih mendalam tentang peranan theme park pada industri pariwisata di Kota Batu dalam penyerapan tenaga kerja sehingga peneliti mengambil judul. Peran Theme Park pada Industri Pariwisata dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Batu (studi pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata). KAJIAN PUSTAKA Tenaga Kerja a) Rekrutmen Tenaga Kerja Menurut Hasibuan (2002) proses rekrutmen dibagi menjadi 2 metode yaitu metode terbuka dan metode tertutup: 1. Metode terbuka Merupakan metode dimana proses rekrutmen diinformasikan kepihak publik seara luas dengan pemasangan iklan ke media masa, cetak maupun elektronik. Metode terbuka diharapkan dapat menarik banyak lamaran yang masuk, sehingga masyarakat dapat berpeluang besar untuk bekerja. 2. Metode tertutup Dimana proses perekrutan diinformasikan kepada para karyawan atau orang tertentu saja. 197

Dengan demikian, untuk pelamar yang ingin masuk relatif sedikit. b) Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja (Todaro, 2003). Menurut Kuncoro (2002), penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja. c) Pemberhentian Tenaga Kerja Menurut Hasibuan (2013:209) mendefinisikan pemberhentian tenaga kerja adalah pemutusan kerja seorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan. Terdapat beberapa alasan - alasan pemberhentian tenaga kerja, yaitu: 1. Undang undang Undang undang dapat mengatur dan menjamin tentang ketenagakerjaan menyebabkan karyawan dapat diberhentikan dari sebauh perusahaan. 2. Keinginan perusahaan Keinginan perusahaan untuk memberhentikan karyawan secara baik ataupun secara tidak terhormat dengan sebab sebab tertentu. 3. Keinginan karyawan Memutuskan pemberhentian kerja atas keinginan pribadi seorang karyawan. 4. Pensiun Pensiun merupakan berherhentinya karyawan atas keinginan perusahaan, karyawan itu sendiri ataupun undang undang yang berlaku. 5. Kontrak kerja berakhir Terjadi bilamana kontrak karyawan telah berakhir dengan perusahaan yang telah diatur telebih dahulu dalam perjanjian penerimaan. 6. Kesehatan karyawan Kesehatan karyawan dapat berpengaruh pada pemberhentian. Hal tersebut berdasarkan keinginan perusahaan ataupun keinginan karyawan. 7. Meninggal dunia Karyawan yang telah meninggal dunia secara otomatis akan terjadi pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan. 8. Perusahaan dilikuidasi Perusahaan dilikuidasi atau penutupan perusahaan akibat kebangkurtan yang secara otomatis karyawan diberhentikan. d) Pemberdayaan Masyarakat Suhendra (2006:74-75) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi masyarakat yang ada secara partisipatif. Pentingnya peran masyarakat ataupun komunitas lokal dalam pembangunan kepariwisataan juga dikemukakan Wearing (dalam Sunaryo, 2013:218) sukses atau keberhasilan jangka panjang suatu industri pariwisata sangat tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari komunitas lokal. MЕTODE PENELITIAN Pеnеlitian ini mеnggunakan jеnis pеnеlitian exploratif dеngan pеndеkatan kualitatif. Fokus dalam pеnеlitian mеliputi (1) penyerapan tenaga kerja pada theme park bagi masyarakat Kota Batu khususnya di Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata dan (2) hambatan hambatan yang terjadi pada theme park dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Batu khususnya pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata. Lokasi pеnеlitian yang diambil olеh pеnеliti yaitu Kota Batu sеdangkan situs pеnеlitian yakni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batu, Dinas Ketenagakerjaan, Kusuma Agrowisata dan Museum Angkut Pеnеlitian ini mеnggunakan sumbеr data primеr dan sеkundеr. Jumlah informan dalam pеnеlitian tеrdiri dari 6 orang yakni staff Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batu, staff Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Batu, personalia Museum Angkut, personalia Kusuma Agro Wisata, karyawan Museum Angkut dan karyawan Kusuma Agrowisata. Pеnеliti mеnggunakan tеknik pеngumpulan data mеlalui obsеrvasi, wawancara dan dokumеntasi. Pеnеliti mеnggunakan instrumеn pеnеlitian sеbagai alat untuk mеngumpulkan data yaitu pеnеliti sеndiri, pеdoman wawancara sеrta alat pеndukung lainnya. Analisis data dilakukan dеngan mеtodе intеraktif modеl Millеs and Hubеrman diantaranya adalah pеngumpulan data, kondеnsasi data, pеnyajian data, dan pеnarikan kеsimpulan. Kеabsahan data dalam pеnеlitian ini dilakukan dеngan triangulasi sumbеr. HASIL DAN PЕMBAHASAN Hasil pada pеnеlitian yang dilakukan di Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata ini antara lain adalah: 198

1. Penyerapan tenaga kerja pada theme park dalam industri pariwisata bagi masyarakat Kota Batu a. Museum Angkut Salah satu industri pariwisata yang mendominasi Kota Batu adalah Jatim Park Grup. Museum Angkut merupakan salah satu industri pariwisata yang dimiliki Jatim Park Grup. Sejak berdiri pada tahun 2014, Museum Angkut semakin berkembang, sehingga berdampak bagi masyarakat Kota Batu khususnya pada penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada di Museum Angkut sebagian besar merupakan masyarakat sekitar. Berdasarkan data karyawan Museum Angkut menurut asal daerah tahun 2016, menunjukkan bahwa mayoritas tenaga kerja di Museum Angkut pada tahun 2016 mayoritas berasal dari Kota Batu. Pekerja yang berasal dari Kecamatan Batu sebanyak 87 pekerja, Kecamatan Bumiaji sebanyak 14 pekerja, Kecamatan Junerejo 10 pekerja dan selanjutnya yang berasal dari Malang sejumlah 30 pekerja. b. Kusuma Agrowisata Kusuma Agrowisata merupakan pioner daya tarik wisata dalam hal wisata agro di Kota Batu. Berdasarkan data karyawan Kusuma Agrowisata menurut asal daerah tahun 2016, menunjukkan bahwa mayoritas tenaga kerja di Kusuma Agrowisata berasal dari Kota Batu. Pekerja yang berasal dari Kecamatan Batu sebanyak 185 pekerja, Kecamatan Bumiaji 19 pekerja, Kecamatan Junrejo 18 pekerja dan luar kota Batu 15 pekerja. 2. Hambatan hambatan yang terjadi pada theme park dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Batu a. Museum Angkut Proses rekruitmen dalam penyerapan tenaga kerja di Museum Angkut menggunakan metode tertutup. Hal tersebut dikarenakan Museum Angkut merupakan salah satu perusahaan Jatim Park Grup, sehingga dalam penyediaan tenaga kerja mereka saling bekerja sama. Hal itu turut dinyatakan oleh kepala personalia bahwa sejak dibukanya Museum Angkut pada tahun 2014 belum pernah ada perekrutan karyawan secara massal. Perekrutan karyawan dengan metode tertutup tersebut merupakan hambatan bagi pencari kerja. Hal tersebut dikarenakan Museum Angkut menginginkan karyawan yang sudah terlatih dan memiliki pengalaman kerja di Jatim Park Grup. Adanya metode tersebut di Museum Angkut menyebabkan peluang yang ada bagi para pencari kerja tidaklah banyak, sehingga kurangnya keterserapan masyarakat di Kota Batu akan tenaga kerja. b. Kusuma Agrowisata Hambatan pada penyerapan tenaga kerja di Kusuma Agrowisata yang pertama adalah dengan adanya penerapan pengurangan tenaga kerja. Adanya pengurangan tenaga kerja di Kusuma Agrowisata berdampak pada pemberhentian kerja pada beberapa karyawan. Pengurangan tenaga kerja yang terjadi di Kusuma Agrowisata berdasarkan keinginan perusahaan dan kontrak kerja yang telah berakhir. Hambatan pada penyerapan tenaga kerja di Kusuma Agrowisata yang kedua adalah penerapan perubahan sistem kebijakan bagi karyawan Kusuma Agrowisata yang sebelumnya bersatatus karyawan tetap sekarang banyak yang menjadi karyawan kontrak. Berdasarkan data karyawan Kusuma Agrowisata menurut kontrak kerja tahun 2016, menunjukkan bahwa data karyawan kontrak lebih banyak dari pada karyawan tetap. Sehubungan dengan pengurangan karyawan dalam operasional perusahaan, pihak Kusuma Agrowisata mangatasi hal tersebut dengan memaksimalkan Sumber Daya Manusia yang ada, dibantu oleh mahasiswa dan siswa yang sedang melakukan kegiatan magang. KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan 1. Tenaga kerja pada theme park di Kota Batu khususnya Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata, mayoritas merupakan masyarakat kota Batu. 2. Terdapat beberapa hambatan yang terjadi pada theme park di Kota Batu dalam penyerapan tenaga Kerja, khususnya Museum Angkut dan Kota Batu. Hambatan yang terjadi di Museum Angkut yaitu proses rekruitmen yang menggunakan metode tertutup. Selanjutnya, hambatan yang terjadi di Kusuma Agrowisata yaitu adanya penerapan pengurangan tenaga kerja dan juga adanya sistem kontrak yang diberlakukan kepada karyawan. 199

Saran Bеrdasarkan hasil pеnеlitian dan fеnomеna yang ditеmukan di lapangan, pеnеliti mеmbеrikan saran bagi: 1. Industri pariwisata Kota Batu 2. Pemerintah Kota Batu 3. Masyarakat Kota Batu DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Batu, 2016. Kota Batu dalam Angka 2016. Batu : Badan Pusat Statistik Hasibuan, Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara Hasibuan, Malayu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara K. Suhendra. 2006. Peran Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Alfabeta Malanglife.com. 2016. Mengenal Jawa Timur Park Group (http:// www.malanglife.com/2012/11/mengenaljawa-timur-park group. html) (diakses 5 Januari 2017) Museumangkut.com. 2016. Profil Museum Angkut (http://www.museumangkut. com /tentang-museum-angkut/# ) (di akses 23 januari 2017) Kuncoro. 2002. Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar- dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Todaro, Michel P. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Alih Bahasa: Aminuddin dan Drs.Mursid. Jakarta: Ghalia Indonesia Undang undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 200